Air Tersebut Suci Atau Najis? Manakah Yang Dikuatkan?
Yurifa Iqbal
Dalam keseharian boleh jadi kita mengalami keraguan atau kebimbangan terkait status air yang akan digunakan, entah itu untuk berwudhu ataupun selain berwudhu, apakah air tersebut suci atau tidak suci.
Dalam hal ini manakah yang dimenangkan? Manakah yang lebih dikuatkan?
Berikut penjelasan ringkas fuqaha.
Di dalam kitab Ad Durrotul Fadzdzah Syarhun Nubdzah
الدرة الفذة شرح النبذة
halaman 13 yang ditulis oleh Syaikh Doktor Labib Najib - حفظه الله - disampaikan :
وإذا شك الشخص في ماء هل هل هو طهور (طاهر مطهر) أو (طاهر غير مطهر) أو نجس ، فإن الأصل كونه طهورا فيصح التطهر به
Apabila seseorang ragu terkait status air apakah air tersebut suci mensucikan (thohur) sehingga dapat dipakai untuk bersuci, atau air tersebut suci namun tidak bisa dipakai untuk bersuci, atau bahkan air tersebut adalah air najis, maka hukum asalnya status air tersebut adalah suci dan mensucikan (thohur) sehingga sah dipakai untuk bersuci.
Allah berfirman dalam QS Al Furqan ayat 48 :
وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً طَهُورًا
dan telah Kami turunkan dari langit air yang thohur suci mensucikan.
Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda dalam hadits riwayat Imam Abu Dawud dan Imam Ahmad :
إن الماء طهور لا ينجسه شيء
Sesungguhnya air itu suci mensucikan tidak ternajisi oleh sesuatu apapun.
Kemudian keterangan semisal ini dapat dijumpai juga di dalam kitab Majmuul Fatawa
مجموع الفتاوى
juz 21 halaman 542 dimana dalam kitab ini disampaikan semacam Dhobith Fiqh atau Qawaid Fiqhiyah :
أن الأصل الجامع طهارة جميع الأعيان حتى تتبين نجاستها فكل ما لم يبين لنا أنه نجس فهو طاهر
Hukum asal yang menyeluruh adalah sucinya seluruh benda-benda sampai menjadi jelas dan terbukti ada najisnya (yang dengan demikian tentu saja dihukumi terkena najis). Maka segala sesuatu yang tidak terbukti najis atau terkena najis berdasarkan pandangan kita maka sesuatu tersebut tetap dihukumi suci alias tidak najis.
Terakhir, di dalam kitab Syarah Manzhumah Qawaid Fiqhiyah
شرح منظومة القواعد الفقهية
karya Syaikh Doktor Ali Al Musyaiqih pada halaman 136 - 137 disampaikan :
والمراد بقوله : والأصل في مياهنا الطهارة : أن الماء الذي لا نعلم دليلا على طهارته ولا على نجاسته فإننا نحكم بقاعدة الأصل وهو أن الأصل فيه أنه طاهر ما لم يأت دليل يغيره
Yang dimaksud dengan kaidah fiqih
والأصل في مياهنا الطهارة
Hukum asal air adalah suci dan mensucikan
adalah air yang tidak kita temukan bukti suci atau ternajisi, maka status air tersebut adalah suci berdasarkan kaidah fiqih hukum asal air adalah suci selama tidak terdapat bukti yang menunjukkan bahwa air tersebut berubah menjadi najis.
Kesimpulannya adalah sebagaimana penjelasan Syaikh Doktor Labib Najib diatas bahwa air yang diragukan statusnya apakah suci mensucikan atau suci namun tidak dapat mensucikan atau malah najis, maka dihukumi sebagai air suci mensucikan sehingga sah dipakai untuk bersuci.
Demikian pembahasan ringkas terkait hal ini. Semoga bermanfaat.
الله أعلم بالصواب