Ucapan Saya Mukmin In Syaa Allaah, Bolehkah?
Yurifa Iqbal
Dimisalkan jika ada seorang Youtuber atau siapapun itu bertanya kepada Anda : 'Apakah Anda Seorang Mukmin?'
Lalu dijawab dengan mengatakan 'saya mukmin in Syaa Allaah'.
Bagaimana perspektif aqidah madzhab Atsariyah Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam memandang pernyataan 'saya mukmin in syaa Allaah'?
Berikut ini penjelasan dan rinciannya.
Di dalam kitab
حاشية الدرة المضية في عقد الفرقة المرضية
halaman 72 disampaikan :
قال شيخ الإسلام ابن تيمية: كان السلف يستثنون في الإيمان، لأن الإيمان يتضمن فعل جميع الواجبات، فلا يشهدون لأنفسهم بذلك، كما لا يشهدون لهم بالبر والتقوى، فإن ذلك مما لا يعلمونه، وهو تزكية لأنفسهم
Syaikhul Islam Ibn Taimiyah berkata : Dahulu para salaf melakukan istitsna dalam keimanan (yaitu ucapan saya mukmin in syaa Allaah), dikarenakan cakupan iman sesungguhnya adalah melakukan seluruh kewajiban-kewajiban, maka para salaf tidak bersaksi serta tidak mengklaim diri mereka telah melakukan seluruh kewajiban-kewajiban! Sebagaimana para salaf tidak mengklaim diri mereka taat serta bertaqwa, karena hal yang demikian adalah perkara yang tidak mereka ketahui, dan hal itu adalah pujian terhadap diri sendiri (klaim sucinya diri sendiri).
Kemudian di dalam kitab
شرح الدرة المضية في عقد أهل الفرقة المرضية
pada halaman 137 - 138 disampaikan :
هذه مسألة تتعلق بالإيمان و هي : هل يجوز الاستثناء فيه فتقول أنا مؤمن إن شاء الله ؟ أو تقول أنا مؤمن فقط و لا تقول إن شاء الله ؟
Pembahasan ini terkait dengan keimanan yaitu apakah boleh seorang muslim melakukan istitsna dalam keimanan dimana engkau mengucapkan saya mukmin in syaa Allaah, atau engkau hanya mengucapkan saya mukmin tanpa tambahan in syaa Allaah?
المسألة فيها خلاف، و الصحيح أنه إذا أريد بالاستثناء الشك فهذا لا يجوز
Ada perbedaan pendapat diantara para ulama, adapun pendapat yang kuat adalah jika seorang muslim mengucapkan saya mukmin in syaa Allaah dimana yang dia kehendaki adalah ragu serta bimbang dalam keimanannya, maka hal ini tidak diperbolehkan.
أما إذا كان المراد بالاستثناء عدم تزكية النفس فتقول أنا مؤمن إن شاء الله قصدك أنك لا تزكي نفسك فتدعي أنك كامل الإيمان و ليس عندك نقص ، فهنا لا بأس بالاستثناء فإذا أريد بالاستثناء هذا فلا بأس
Adapun jika yang dikehendaki adalah tidak memuji diri sendiri dan tidak menganggap diri sendiri suci sehingga engkau ucapkan saya mukmin in syaa Allaah dimana tujuanmu adalah tidak memuji diri sendiri dan tidak menganggap diri sendiri suci {sehingga jika klaim diri sudah suci disertai memuji diri sendiri berarti engkau mengklaim bahwa engkau memiliki iman yang sempurna dan tidak ada kekurangan sedikitpun!} Maka hal ini tidak mengapa.
Terakhir dalam kitab
الفوائد المسطورة في حل ألفاظ كتاب أعلام السنة المنشورة
juz 1 halaman 195 - 196 disampaikan :
أهل السنة والجماعة يرون جواز الاستثناء في الإيمان في أحوال و ذهب إلى هذا جمهور أئمتهم من السلف و الخلف
Ahlus Sunnah Wal Jamaah Atsariyah berpandangan bolehnya melakukan istitsna dalam keimanan (yaitu ucapan saya mukmin in syaa Allaah) pada berbagai kondisi, dan jumhur imam ahlus sunnah wal jamaah atsariyah dari masa salaf dan khalaf (belakangan) berpandangan boleh melakukan istitsna dalam keimanan (yaitu ucapan saya mukmin in syaa Allaah).
و أهل السنة والجماعة يرون الاستثناء في الإيمان لشدة خوفهم من الله تعالى و إثباتا لأقداره و نفيا لتزكية أنفسهم
Ahlus Sunnah Wal Jamaah Atsariyah berpandangan bolehnya melakukan istitsna dalam keimanan (yaitu ucapan saya mukmin in syaa Allaah) karena begitu takutnya mereka kepada Allah Ta'alaa! serta dalam rangka menetapkan taqdir Allah dan juga meniadakan pujian & label suci atas diri mereka sendiri.
لا شكا فيما يجب عليهم الإيمان به ولكن خوفا أن لا يكونوا قاموا بحقائقه و رجاء أن يأتوا بواجباته و كمالاته
bukan dalam rangka ragu serta bimbang dalam perkara-perkara yang WAJIB DIIMANI, akan tetapi mereka melakukan istitsna dalam keimanan (yaitu ucapan saya mukmin in syaa Allaah) karena khawatir tidak dapat menunaikan keimanan yang sesungguhnya sekaligus tetap berharap dapat menunaikan kewajiban-kewajiban yang lahir dari konsekuensi iman serta kesempurnaan iman.
ويمنعون الاستثناء إذا كان على وجه الشك في الإيمان لأن الشك في ذلك كفر
Ahlus Sunnah Wal Jamaah Atsariyah melarang istitsna dalam keimanan (yaitu ucapan saya mukmin in syaa Allaah) jika hal tersebut dimaksudkan untuk ragu-ragu atau bimbang dalam keimanan, karena ragu-ragu atau bimbang dalam perkara iman adalah KEKUFURAN!
بل يقصدون من ذلك نفي الشك في إيمانهم من جهة و عدم الجزم بكماله من جهة أخرى
akan tetapi Ahlus Sunnah Wal Jamaah Atsariyah menjelaskan bahwa istitsna dalam keimanan (yaitu ucapan saya mukmin in syaa Allaah) adalah untuk meniadakan keraguan dalam perkara iman sekaligus tidak memastikan memiliki iman yang sempurna.
Demikian pembahasan ringkas terkait hal ini. Semoga bermanfaat.
والله تعالى أعلم بالصواب