Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akad Mudharabah Atau Qiradh Menggunakan Modal Berupa Barang Menurut 4 Madzhab

 


Yurifa Iqbal, S.Si., Lc

Di dalam kitab

عمدة السالك وعدة الناسك

Pada halaman 173 disampaikan definisi mudharabah atau nama lainnya qiradh :

القراض هو أن يدفع إلى رجل مالا ليتجر فيه، ويكون الربح بينهما

Mudharabah atau Qiradh adalah muamalah pemilik harta yang menyerahkan modal hartanya kepada pengelola modal untuk digunakan berdagang dan keuntungan dari dagang tersebut untuk pemilik harta dan pengelola modal.

Demikian sekilas tentang definisi akad mudharabah atau qiradh. 

Kemudian terkait dengan modal berupa barang apakah diperkenankan dalam pandangan fuqaha 4 madzhab? 

Berikut masing-masing nukilan dari 4 madzhab.

Dalam madzhab Al Hanafiyah keterangan terkait dengan bahasan ini terdapat di dalam kitab

بدائع الصنائع في ترتيب الشرائع 

juz 6 halaman 82 :

(وأما) 

الذي يرجع إلى رأس المال فأنواع

adapun bahasan terkait modal maka ada beberapa point.

(منها) 

أن يكون رأس المال من الدراهم أو الدنانير عند عامة العلماء فلا تجوز المضاربة بالعروض

diantaranya modal akad mudharabah atau qiradh mesti berupa dirham atau dinar berdasarkan umumnya pandangan para ulama, maka modal dalam akad mudharabah atau qiradh tidak boleh berupa barang.

Masih dalam keterangan yang sama, diantara penyebab modal dalam akad mudharabah atau qiradh tidak boleh berupa barang menurut fuqaha Al Hanafiyah adalah sebagai berikut :

ولأن المضاربة بالعروض تؤدي إلى جهالة الربح وقت القسمة؛ لأن قيمة العروض تعرف بالحرز والظن، وتختلف باختلاف المقومين، والجهالة تفضي إلى المنازعة، والمنازعة تفضي إلى الفساد، وهذا لا يجوز

karena modal berupa barang dalam akad mudharabah atau qiradh bisa menyebabkan ketidakjelasan keuntungan saat pembagian, juga karena nilai pada barang hanya bisa diketahui dari tempat penyimpanan serta dengan adanya dugaan, sehingga nilainya tersebut berbeda-beda tergantung persepsi orang yang menaksir harganya, kemudian ketidakjelasan ini bisa menghantarkan pada sengketa, dan sengketa akan menghantarkan pada kerusakan, dan hal semacam ini jelas tidak diperbolehkan.

Adapun dalam madzhab Al Malikiyah keterangan terkait dengan bahasan ini terdapat di dalam kitab

حاشية الصاوي على الشرح الصغير

juz 3 halaman 682 dimana dalam kitab ini disampaikan :

(القراض)

 الصحيح عرفا: (دفع مالك) من إضافة المصدر لفاعله. (مالا) مفعوله (من نقد) ذهب أو فضة، خرج به العرض

qiradh atau mudharabah adalah muamalah pemilik harta yang menyerahkan modalnya berupa uang entah emas atau perak, maka barang tidak termasuk dalam modal qiradh.

Adapun dalam madzhab Asy Syafiiyah keterangan terkait dengan bahasan ini dapat dijumpai di dalam kitab

عمدة السالك وعدة الناسك

halaman 173 :

وكون المال نقدا خالصا مضروبا

modal dalam akad qiradh atau mudharabah harus berupa uang dinar dirham murni yang dicetak.

فلا يجوز على عروض ومغشوش وسبيكة

maka modal dalam akad qiradh atau mudharabah tidak boleh berupa barang, tidak  boleh berupa uang dinar dirham yang tidak murni, tidak boleh pula berupa batangan emas/perak.

Adapun dalam madzhab Al Hanabilah keterangan bahasan ini dapat kita jumpai di dalam kitab

المغني

juz 5 halaman 12 :

ولا خلاف في أنه يجوز جعل رأس المال الدراهم والدنانير، فإنهما قيم الأموال وأثمان البياعات، والناس يشتركون بها من لدن النبي ﷺ إلى زمننا من غير نكير. فأما العروض، فلا تجوز الشركة فيها، في ظاهر المذهب. نص عليه أحمد، في رواية أبي طالب وحرب. وحكاه عنه ابن المنذر

tidak ada perbedaan pendapat diantara para ulama bahwa modal dalam akad qiradh atau mudharabah boleh berupa dirham serta dinar, karena dirham dan dinar merupakan unsur yang menjadi nilai dari suatu harta dan harga dari komoditas. Sedangkan umat manusia sejak zaman Rasulullaah Muhammad صلى الله عليه و سلم sampai saat ini senantiasa menggunakan dirham serta dinar tanpa ada pengingkaran sedikitpun. Adapun barang maka tidak boleh dijadikan modal dalam akad qiradh/mudharabah berdasarkan pandangan madzhab Al Hanabilah yang paling kuat (في ظاهر المذهب), hal ini telah disampaikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam riwayat Abi Thalib dan juga Harb, hal ini juga telah dihikayatkan oleh Imam Ibn Mundzir.

Sehingga kesimpulannya sebagaimana disampaikan dalam kitab 

الموسوعة الفقهية الكويتية

juz 38 halaman 43 adalah sebagai berikut :

ذهب الحنفية والمالكية والشافعية وهو ظاهر المذهب عند الحنابلة إلى أنه لا تصح المضاربة بالعروض

madzhab Al Hanafiyah, Al Malikiyah, Asy Syafiiyah, serta pandangan yang paling kuat menurut Al Hanabilah (في ظاهر المذهب) menyatakan bahwa aqad qiradh/mudharabah tidak sah menggunakan barang.

Demikian pembahasan ringkas terkait hal ini. Semoga bermanfaat.

و الله تعالى أعلم بالصواب