Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anggapan Telah Sampai Pada Level Makrifat & Gugur Kewajiban Beribadah, Adakah Dalilnya? Sesatkah?


Yurifa Iqbal

Di tengah kehidupan kaum muslimin cukup banyak corak pemahaman serta praktek beragama yang butuh akan penjelasan. Diantara contohnya adalah karamah para wali. Sedikit tentang karamah para wali pernah penulis sampaikan dalam link tulisan berikut ini : 

https://www.catatanyurifa.com/2022/12/jenazah-yang-wafat-memandikan-dirinya.html

https://t.me/nasyrul_ilmi_wats_tsaqafah/706

Diantara contoh yang lain adalah terkait anggapan bahwa ketika seseorang entah wali atau tokoh atau siapapun yang telah mencapai level makrifat maka gugur & hilanglah beban Syariah serta kewajiban beribadah atasnya. Tidak sampai disitu, ternyata mereka yang beranggapan seperti ini pun juga memiliki dalil Al Qur'an!

Bagaimana pandangan seperti ini menurut kacamata ulama Ahlussunah Wal Jamaah?

Syaikhul Islam Ibn Taimiyah telah menjelaskan hal ini, diantaranya dalam kitab
شرح حديث جبريل عليه السلام في الإسلام والإيمان والإحسان المعروف باسم كتاب الإيمان الأوسط
halaman 363 - 364 :

وقد أشبه هؤلاء في بعض الأمور ملاحدة المتصوفة، الذين يجعلون فعل المأمور وترك المحظور واجبا على السالك، حتى يصير عارفا محققا في زعمهم وحينئذ يسقط عنه التكليف، ويتأولون على ذلك قوله تعالى: ﴿واعبد ربك حتى يأتيك اليقين (٩٩)﴾ (١) [الحجر: ٩٩] زاعمين أن اليقين هو ما يدعونه من المعرفة

Dan mereka-mereka ini dalam sebagian perkara mirip dengan para shufi yang demikian sesat dimana mereka menjadikan taat dengan hal yang diperintahkan dan menjauhi hal yang dilarang adalah suatu kewajiban bagi orang yang menempuh jalan shufi (istilahnya adalah salik) sampai mereka betul-betul makrifat dalam anggapannya, maka pada saat itu menurut para shufi tersebut gugur & hilanglah beban Syariah atas diri mereka! Mereka kemudian mengotak-atik firman Allah surat Al Hijr ayat 99 : 'dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu hal yang yaqin', mereka menganggap bahwa kata yaqin dalam ayat tersebut adalah level makrifat yang mereka klaim.

و اليقين هنا الموت و ما بعده

Padahal yang dimaksud dengan yaqin dalam ayat ini adalah kematian dan kejadian setelah mati.

Begitu juga hal ini dibahas oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dalam kitab
درء التعارض العقل والنقل
juz 3 halaman 270 :

 في ذلك طائفة من المتصوفة ظنوا أن غاية العبادات هو حصول المعرفة، فإذا حصلت سقطت العبادات، وقد يحتج بعضهم بقوله: واعبد ربك حتى يأتيك اليقين ٩٩

Termasuk dalam hal ini adalah orang-orang yang belajar shufi yang menyangka bahwa puncak dari ibadah adalah mendapatkan makrifat, jika telah mendapatkan makrifat maka gugur dari mereka kewajiban ibadah, sebagian mereka beralasan dengan firman Allah surat Al Hijr ayat 99 : 'dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu hal yang yaqin',

ويزعمون أن اليقين هو المعرفة، وهذا خطأ بإجماع المسلمين -أهل التفسير وغيرهم- فإن المسلمين متفقون على أن وجوب العبادات -كالصلوات الخمس ونحوها- وتحريم المحرمات -كالفواحش والمظالم- لا يزال واجبا على كل أحد ما دام عقله حاضرا ولو بلغ ما بلغ. . . فالمقصود من هذا أن الصلوات الخمس لا تسقط عن أحد له عقل، سواء كان كبيرا أو صالحا أو عالما

Mereka beranggapan makna yaqin adalah makrifat dan tentu ini adalah kesalahan berdasarkan ijma/konsensus ulama kaum muslimin, ahli tafsir, dan yang lainnya, karena sesungguhnya kaum muslimin telah sepakat bahwasanya kewajiban ibadah semacam shalat fardhu 5 waktu dan kefardhuan lainnya, serta keharaman mengerjakan perbuatan yang haram semacam perbuatan keji dan kezaliman, adalah terus menerus menjadi kewajiban yang mengikat setiap orang selama akalnya masih berfungsi, meskipun level agamanya sudah sangat-sangat tinggi... Maka inti dari bahasan ini adalah shalat fardhu 5 waktu tidak akan gugur dari siapapun yang masih punya akal, baik itu orang yang sudah tua, atau sudah shalih, atau sudah berilmu.

Maka dari dua keterangan kitab Syaikhul Islam Ibn Taimiyah tersebut dapat kita pahami bahwa kewajiban agama diantaranya adalah shalat fardhu 5 waktu tidak akan pernah gugur dari siapapun! Begitu pula tidak akan pernah ada seorangpun yang bisa terlepas dari taklif beban Syariah!

Kemudian juga ada kutipan dari Imam Ibnul Qayyim dalam kitab
مدارج السالكين
juz 1 halaman 117 :

واليقين هاهنا: الموت بإجماع أهل التفسير. . .، فلا ينفك العبد من العبودية ما دام في دار التكليف

Kata yaqin dalam surat Al Hijr ayat 99 ini maknanya adalah kematian berdasarkan ijma/konsensus ahli tafsir, MAKA SEORANG HAMBA TIDAK AKAN PERNAH LEPAS DARI PENGHAMBAAN KEPADA ALLAH SELAMA DIA BERADA DI DUNIA

ومن زعم أنه يصل إلى مقام يسقط عنه فيه التعبد؛ فهو زنديق كافر بالله وبرسوله، وإنما وصل إلى مقام الكفر بالله، والانسلاخ من دينه

DAN SIAPAPUN YANG BERANGGAPAN TELAH MENCAPAI SUATU LEVEL DIMANA GUGUR & HILANG KEWAJIBAN BERIBADAH MAKA STATUSNYA ADALAH ZINDIQ/ATEIS & KAFIR KEPADA ALLAH DAN RASULULLAH MUHAMMAD SHALALLAHU ALAIHI WASALLAM, SEBETULNYA DIA SAMPAI PADA TINGKAT KAFIR KEPADA ALLAH SERTA LEPAS DARI AGAMA.

Terakhir, Imam Ibn Katsir menjelaskan dalam kitab
تفسير القرآن العظيم
yang tercetak pada juz 2 halaman 561 :

ويستدل بها على تخطئة من ذهب من الملاحدة إلى أن المراد باليقين المعرفة، فمتى وصل أحدهم إلى المعرفة سقط عنه التكليف عندهم، وهذا كفر وضلال وجهل، فإن الأنبياء كانوا هم وأصحابهم أعلم الناس بالله وأعرفهم بحقوقه وصفاته وما يستحق من التعظيم، وكانوا مع هذا أعبد وأكثر الناس عبادة ومواظبة على فعل الخيرات إلى حين الوفاة

Dan ayat ini dijadikan dalil untuk menyalahkan orang-orang yang demikian sesat bahwa makna yaqin adalah makrifat sehingga jika mereka sudah mencapai level makrifat gugur & hilanglah beban Syariah menurut anggapan mereka, DAN INI ADALAH KEKAFIRAN, KESESATAN, KEBODOHAN, karena para Nabi semuanya demikian pula para sahabat Nabi adalah kaum yang paling berilmu tentang Allah paling mengenal hak-hak Allah, sifat-sifat Allah, dan apa yang menjadi hak Allah berupa pengagungan, meskipun demikian mereka adalah kaum yang paling dahsyat ibadahnya, paling banyak ibadahnya, senantiasa melakukan berbagai kebaikan sampai mereka wafat.

Ya, mereka senantiasa terus menyembah Allah, beribadah kepada Allah, dan senantiasa melakukan berbagai kebaikan sampai ajal menjemput! 

Kita tentu berharap juga berupaya agar akhir hidup kita dalam keadaan beriman kepada Allah serta Husnul Khatimah.

Sebagaimana ungkapan 

والأعمال بالخواتيم

Amal perbuatan bergantung di akhirnya (endingnya).

Dalam kitab
شرح العقيدة الطحاوية
halaman 170 Syaikh Ar Rajihiy menjelaskan :

نعم، الأعمال بالخواتيم من ختم له بالتوحيد والإيمان صار من أهل الجنة، ومن ختم له بالكفر صار من أهل النار

Benar, amal perbuatan bergantung di akhirnya (endingnya), siapapun yang wafat dalam keadaan bertauhid & beriman maka akan menjadi penghuni surga, dan siapapun yang wafat dalam keadaan kafir ingkar kepada Allah maka akan menjadi penghuni neraka.

Semoga Allah menjaga kita dari berbagai pemahaman yang menyimpang dan semoga Allah mewafatkan kita dalam keadaan Husnul Khatimah. Aamiin.

الله تعالى أعلم بالصواب