Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Shalat Jumat Jika Hari Jumat Bertepatan Dengan Idul Fitri Menurut 4 Madzhab





 

Yurifa Iqbal

Ramadhan tahun 1444 H ini diprediksikan akan terjadi perbedaan dalam merayakan Idul Fitri. Akan ada yang merayakannya di hari Jumat dan ada yang akan merayakannya di hari Sabtu. 

Yang cukup krusial dibahas bagi pihak yang meyakini Idul Fitri 1444 H jatuh pada hari Jumat adalah jika telah mengerjakan shalat Idul Fitri di pagi harinya apakah tetap diwajibkan mengerjakan shalat Jumat? Bagaimana pandangan fuqaha?

Harus diakui bahwa para fuqaha berbeda pendapat  terkait seorang Muslim yang telah menunaikan shalat Idul Fitri, apakah kewajiban shalat Jumat gugur jika Idul Fitri jatuh pada hari Jumat? Setidaknya ada dua pendapat fuqaha sebagaimana dijelaskan dalam website http://www.dorar.net/.

Pendapat pertama : shalat Jumat tidak gugur sehingga shalat Jumat TETAP WAJIB dikerjakan, ini adalah pendapat jumhur : Al Hanafiyah, Al Malikiyah, Asy Syafiiyah, sebagian besar fuqaha, pilihan pendapat Imam Ibnul Mundzir, Imam Ibn Hazm, dan Imam Ibn Abdilbarr.

Pendapat kedua : kewajiban menghadiri shalat Jumat GUGUR bagi pihak yang telah menunaikan shalat Idul Fitri, meskipun WAJIB bagi Imam untuk tetap mengadakan & mendirikan shalat Jumat. Ini merupakan pendapat madzhab Al Hanabilah, pendapat yang dipilih Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, Syaikh bin Baz, Syaikh Ibn Utsaimin.

Dalam kitab

مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج

juz 1 halaman 539 yang merupakan kitab Syafiiyah disampaikan :

ولو وافق العيد يوم جمعة فحضر أهل القرية الذين يبلغهم النداء لصلاة العيد ولو رجعوا إلى أهلهم فاتتهم الجمعة فلهم الرجوع وترك الجمعة يومئذ على الأصح، فتستثنى هذه من إطلاق المصنف، نعم لو دخل وقتها قبل انصرافهم كأن دخل عقب سلامهم من العيد فالظاهر كما قال شيخنا أنه ليس لهم تركها

Seandainya Idul Fitri (juga Idul Adha) bertepatan dengan hari Jumat kemudian penduduk dusun terpencil atau gurun pasir hadir untuk shalat Idul Fitri dimana mereka mendengar panggilan adzan Jumat yang seandainya mereka pulang ke dusun terpencil atau gurun pasir akan menyebabkan tidak bisa mengerjakan shalat Jumat, maka mereka boleh pulang dan tidak menghadiri shalat Jumat pada saat itu berdasarkan pendapat yang ashoh (الأصح, sangat kuat) dalam madzhab Imam Asy Syafi'i, ini merupakan pengecualian dari penjelasan Imam An Nawawi, benar, seandainya waktu shalat Jumat telah masuk sebelum mereka kembali ke dusun terpencil atau gurun pasir, semisal waktu shalat Jumat masuk sesaat setelah mereka mengucapkan salam di shalat Idul Fitri, maka pendapat yang lebih mendekati kebenaran sebagaimana pernyataan guru kami, mereka tidak boleh meninggalkan shalat Jumat.

Referensi Syafiiyah lainnya juga menjelaskan hal yang serupa. Dalam kitab

المجموع شرح المهذب ((مع تكملة السبكي والمطيعي))

juz 4 halaman 492 dinyatakan :

مذهبنا وجوب الجمعة على أهل البلد وسقوطها عن أهل القرى وبه قال عثمان بن عفان وعمر بن عبد العزيز وجمهور العلماء

Madzhab kami (madzhab Imam Asy Syafi'i) berpendapat shalat Jumat tetap WAJIB atas penduduk kota dan TIDAK WAJIB bagi penduduk dusun terpencil atau gurun pasir yang mendengar panggilan adzan Jumat, ini juga merupakan pendapat Utsman bin Affan, Umar bin Abdul Aziz, serta mayoritas ulama.

Kesimpulan dari madzhab Imam Asy Syafi'i adalah shalat Jumat tetap WAJIB atas penduduk kota dan TIDAK WAJIB bagi penduduk dusun terpencil atau gurun pasir yang mendengar panggilan adzan Jumat dan telah hadir shalat Idul Fitri.

Pada zaman dahulu tentu tidak ada Masjid di dusun terpencil atau gurun-gurun pasir dan tidak ditegakkan shalat Jumat disana.

Dalam referensi madzhab Al Malikiyah misalnya dapat kita temukan dalam kitab

شرح مختصر خليل للخرشي

juz 2 halaman 93 disampaikan :

إذا وافق العيد يوم جمعة فلا يباح لمن شهد العيد داخل البلد، أو خارجه التخلف عن الجمعة

Jika Idul Fitri bertepatan dengan hari Jumat maka tidak diperbolehkan meninggalkan shalat Jumat bagi orang yang telah menghadiri shalat Idul Fitri di dalam batas negeri atau di luar batas negeri.

Adapun untuk referensi madzhab Al Hanafiyah dapat kita jumpai dalam kitab

البناية شرح الهداية

juz 3 halaman 97 :

ثم المراد من اجتماع العيدين هاهنا اتفاق كون يوم الفطر أو يوم الأضحى في يوم الجمعة

Kemudian yang dimaksud bertemunya 2 Hari Raya dalam bahasan ini adalah Idul Fitri atau Idul Adha bertepatan waktunya dengan hari Jumat.

ولا يترك بواحد منهما: أي من العيد والجمعة، أما الجمعة فلأنها فريضة، وأما العيد فلأن تركها بدعة وضلال

Tidak boleh meninggalkan salah satu dari kedua shalat ini yakni tidak boleh meninggalkan shalat Ied dan tidak boleh juga meninggalkan shalat Jumat, alasan tidak diperbolehkan meninggalkan shalat Jumat adalah karena shalat Jumat merupakan suatu ke-fardhu-an/kewajiban, sedangkan alasan tidak diperbolehkan meninggalkan shalat Idul Fitri karena dengan tidak mengerjakannya termasuk dalam bid'ah dan kesesatan.

قوله: وإنما مجمعون، دليل على أن تركها لا يجوز، وإنما أطلق لهم رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وخيرهم عثمان، لأنهم كانوا أهل أبعد قرى المدينة، وإذا رجع أهل القرى قبل صلاة الجمعة لا بأس به

Sabda Rasulullah Muhammad ﷺ : -hanyalah menunaikan shalat Jumat- adalah dalil tidak diperbolehkan meninggalkan shalat Jumat, hanyalah Rasulullah Muhammad ﷺ dan Utsman bin Affan membiarkan mereka pergi karena mereka adalah penduduk dusun terpencil yang sangat jauh dari kota Madinah, apabila penduduk dusun terpencil tersebut pulang sebelum shalat Jumat maka tidak mengapa.

Adapun madzhab Al Hanabilah mempunyai pendapat yang berbeda dengan 3 madzhab sebelumnya! 

Di dalam kitab 

المبدع في شرح المقنع

juz 2 halaman 170 yang merupakan kitab madzhab Al Hanabilah disampaikan :

وإذا وقع العيد يوم الجمعة فاجتزئ بالعيد، وصلى ظهراً، جاز؛ لأنه عليه السلام صلى العيد، وقال: (من شاء أن يجمع فليجمع) رواه أحمد من حديث زيد بن أرقم، وحينئذ تسقط الجمعة إسقاط حضور لا وجوب، فيكون حكمه كمريض، لا كمسافر ونحوه، عمن حضر العيد مع الإمام عند الاجتماع، ويصلي الظهر كصلاة أهل الأعذار، وعنه: لا تسقط الجمعة للعموم، كالإمام هذا المذهب لما روى أبو داود، وابن ماجه من حديث أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (قد اجتمع في يومكم هذا عيدان، فمن شاء أجزأه من الجمعة، وإنا مجمعون) ورواته ثقات

Jika Idul Fitri jatuh bertepatan pada hari Jumat dan seorang Muslim mencukupkan hanya mengerjakan shalat Idul Fitri dan tetap mengerjakan shalat Zhuhur, hukumnya diperbolehkan, karena Rasulullah Muhammad ﷺ shalat Idul Fitri dan bersabda : siapa saja yang mau menghadiri shalat Jumat maka silakan hadir, hadits riwayat Imam Ahmad bin Hanbal dari jalur Zaid bin Arqam, maka dari itu kewajiban menghadiri shalat Jumat gugur bagi yang telah menghadiri shalat Idul Fitri bersama Imam ketika Hari Ied bertepatan dengan hari Jumat, hukumnya sama seperti orang yang sakit, bukan seperti musafir dan sejenisnya, dan wajib mengerjakan shalat Zhuhur sebagaimana shalat orang² yang memiliki udzur, kewajiban shalat Jumat juga tidak gugur atas Imam, ini merupakan pendapat madzhab Al Hanabilah berdasarkan hadits riwayat Imam Abu Dawud, Imam Ibn Majah dari jalur Abu Hurairah dari Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda : telah terkumpul pada kalian 2 Ied (Ied dan Jumat), maka siapa saja yang mau pergi maka shalat Ied telah mencukupinya, sedangkan kami akan menunaikan shalat Jumat, para periwayat hadits tsiqah alias terpercaya.

Itulah uraian dari kitab fiqih 4 madzhab yang membahas hal ini.

Kesimpulannya adalah :

- Kewajiban shalat Jumat tidak gugur sehingga shalat Jumat TETAP WAJIB dikerjakan dimana ini adalah pendapat jumhur madzhab : Al Hanafiyah, Al Malikiyah, Asy Syafiiyah.

- Kewajiban menghadiri shalat Jumat GUGUR bagi pihak yang telah menunaikan shalat Idul Fitri, meskipun WAJIB bagi Imam untuk tetap mengadakan & mendirikan shalat Jumat. Ini merupakan pendapat madzhab Al Hanabilah.

Adapun penulis condong kepada pendapat madzhab jumhur Al Hanafiyah, Al Malikiyah, dan Asy Syafiiyah. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa shalat Jumat hukumnya fardhu ain atas seluruh laki-laki Muslim yang memenuhi syarat wajib shalat Jumat. Sehingga jika Idul Fitri atau Idul Adha bertepatan dengan hari Jumat, maka wajib hukumnya mendirikan shalat Jumat dan shalat Jumat tidak gugur meskipun telah mengerjakan shalat Ied, karena shalat Jumat hukumnya fardhu, sementara shalat Ied hukumnya sunnah muakkadah, dan amalan sunnah tentu tidak bisa menggugurkan amalan fardhu serta tidak bisa menggantikan amalan fatdhu!

Demikian pembahasan ringkas terkait hal ini. Semoga bisa jadi panduan amal. Semoga bermanfaat.

و الله تعالى أعلم بالصواب