Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Salah Arah Kiblat, Wajib Mengulang Shalatnya, Benarkah?



 

Yurifa Iqbal

Boleh jadi ketika seorang Muslim mengerjakan shalat fardhu ternyata ada kesalahan dalam menghadap arah kiblat. Biasanya ini terjadi ketika shalat dikerjakan selain di rumahnya, atau di tempat yang baru pertama kali dikunjungi dan tidak terdapat tanda arah kiblat. 

Lalu apa yang harus dilakukan jika shalat fardhu dikerjakan ke arah kiblat yang salah?

Perlu diketahui bahwa menghadap ke arah kiblat adalah syarat sah shalat. Di dalam kitab

المعتمد في الفقه الشافعي

juz 1 halaman 213 dan 214 penerbit Darul Qalam disampaikan :

واستقبال القبلة شرط في صحة الصلاة إلا في حالين : في شدة الخوف، و في صلاة النافلة في السفر

Menghadap ke arah kiblat merupakan syarat sah shalat kecuali di dua keadaan : shalat dalam keadaan yang sangat takut mencekam (شدة الخوف) serta di keadaan shalat sunnah yang dikerjakan ketika safar.

فلا تصح فريضة مؤداة و مقضية و منذورة و صلاة جنازة إلا باستقبال القبلة

Maka tidak sah shalat fardhu yang ditunaikan pada waktunya, tidak sah shalat fardhu yang diqadha, tidak sah shalat yang dinadzarkan, dan tidak sah shalat jenazah kecuali semua shalat yang disebutkan tadi dikerjakan menghadap ke arah kiblat.

Sebagaimana yang kita ketahui, yang dimaksud dengan arah kiblat disini adalah Ka'bah. Masih di dalam kitab

المعتمد في الفقه الشافعي

juz 1 halaman 213 penerbit Darul Qalam disampaikan :

أصل القبلة لغة : الجهة ، و المراد هنا : الكعبة المشرفة 

Kiblat secara bahasa adalah arah, dan yang dikehendaki di pembahasan ini adalah Ka'bah yang agung.

Jadi dapat kita pahami bahwa menghadap ke arah kiblat merupakan salah satu syarat sah shalat. Sedangkan dua keadaan yang dibolehkan tidak menghadap ke arah kiblat adalah ketika shalat dalam keadaan yang sangat takut mencekam (شدة الخوف) serta di shalat sunnah yang dikerjakan ketika safar. Tentu dengan perincian yang dapat dibaca di kitab-kitab Fiqh. Dan ketika shalat fardhu dilakukan tidak menghadap ke arah kiblat atau menghadap ke arah kiblat yang salah, maka shalat fardhu tidak sah. 

Syaikh Doktor Muhammad Az Zuhaili menjelaskan :

و لا تصح الصلاة بدون استقبال القبلة بإجماع المسلمين 

Dan shalat yang dikerjakan tanpa menghadap ke arah kiblat dihukumi tidak sah berdasarkan ijma (konsensus/kesepakatan) ulama kaum muslimin.

Penjelasan seputar bahasan ini juga terdapat di dalam kitab

القواعد الفقهية و تطبيقاتها في المذهب الشافعي

juz 1 halaman 174 penerbit Maktabah Dar Al Bayan :

لو صلى بالاجتهاد في الوقت٫ أو الماء٫ أو القبلة، ثم تبين الخطأ، لم تصح صلاته

Seandainya seorang Muslim yang mengerjakan shalat telah berupaya agar shalat dikerjakan setelah masuk waktunya, atau berupaya mencari air yang suci mensucikan untuk bersuci, atau berupaya agar shalat menghadap ke arah kiblat, kemudian semua yang disebutkan tadi ternyata salah & keliru, maka shalat yang dikerjakan dihukumi tidak sah.

Sehingga shalat yang telah dikerjakan tadi wajib diulang kembali jika masih dalam waktunya, sedangkan jika sudah diluar waktunya maka shalat yang telah dikerjakan tadi wajib diqadha. Disebabkan shalat yang dikerjakan tersebut didasarkan pada dugaan yang keliru. Sedangkan kaidah fiqih menyatakan :

لا عبرة بالظن البين خطؤه

Dugaan/sangkaan yang jelas salahnya tidak teranggap & tidak bisa menjadi sandaran hukum syara

Demikian pembahasan ringkas terkait hal ini. Semoga bermanfaat.

و الله تعالى أعلم بالصواب