Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menerima Hadiah & Pemberian Dari Non Muslim, Bolehkah?

 




Yurifa Iqbal 

Interaksi antara kaum muslimin dan non-muslim telah dijelaskan oleh para Fuqaha di dalam kitab-kitab mereka. Mana saja yang dibolehkan & mana yang tidak dibolehkan. Umumnya interaksi tersebut dibahas dalam Fiqih Muamalah, Munakahah, & Jinayah. Wallaahu a'lam.

Diantara bahasan Fiqih Muamalah yang berkaitan dengan interaksi kaum muslimin dan non-muslim ada pada bahasan hibah & hadiah. Bolehkah kaum muslimin menerima hibah atau hadiah atau pemberian dari non muslim?

Syaikh Profesor Doktor Muhammad Az Zuhaili dalam kitab المعتمد في الفقه الشافعي juz 3 halaman 175 Penerbit Darul Qalam menyampaikan :

إن الهبة و العطية و الهدية و الصدقة معانيها متقاربة ، و كلها تمليك في الحياة بغير عوض تطوعا، و اسم العطية شامل لجميعها ، و هي تمليك محض

Sesungguhnya hibah, pemberian, hadiah, sedekah maka semua maknanya saling berdekatan, dan semuanya bermakna memberikan kepemilikan pada pihak lain ketika masih hidup secara sukarela tanpa ada kompensasi (tanpa ada pengganti), dan kata العطية ini mencakup semua istilah sebelumnya yakni memberikan kepemilikan pada pihak lain secara mutlak.


Kemudian di dalam kitab مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج juz 4 halaman 378 Penerbit Syirkatul Quds dijelaskan :

وانعقد الإجماع على استحباب الهبة بجميع أنواعها، قال الله تعالى {وتعاونوا على البر والتقوى} [المائدة: 2] والهبة بر، ولأنها سبب التواد والتحاب، قال - ﷺ - تهادوا تحابوا رواه البيهقي و البخاري 

Telah terdapat ijma (konsensus, kesesuaian pendapat) terkait ke-sunnah-an hibah dengan segala macam jenisnya, Allah Ta'alaa berfirman dalam surat Al Maidah ayat 2 : dan tolong-menolong lah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, adapun hibah ini termasuk dalam cakupan بر yaitu kebaikan, karena hibah adalah sebab saling mencintai dan mengasihi, Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda : saling memberi hadiah lah diantara kalian maka kalian akan saling mengasihi (hadits riwayat Imam Baihaqi dan Imam Bukhari).


Kemudian bagaimana dengan menerima hadiah dari non-muslim? Adakah contohnya dari Rasulullah Muhammad ﷺ? 


Masih dalam kitab مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج juz 4 halaman 379 disampaikan : 

وقبل - ﷺ - هدية المقوقس الكافر, وتسرى من جملتها بمارية القبطية وأولدها، وقبل هدية النجاشي المسلم وتصرف فيها وهاداه أيضا

Rasulullah Muhammad ﷺ menerima hadiah dari raja Muqouqis yang kafir, dan Rasulullah Muhammad ﷺ mengambil budak perempuan yang diantaranya Mariyah Al Qibthiyah dan mengasuhnya, Rasulullah Muhammad ﷺ juga menerima hadiah raja Najasyi yang muslim kemudian melakukan tindakan ekonomi terhadap hadiah tersebut, Rasulullah Muhammad ﷺ pun juga memberikan hadiah kepada raja Najasyi yang muslim tersebut.

وقد يعرض لها أسباب تخرجها عن ذلك

Namun kadang dalam menerima hadiah itu terdapat sebab-sebab yang menghilangkan ke-sunnahannya.

منها : الهبة لأرباب الولايات والعمال, فإنه يحرم عليهم قبول الهدية من أهل ولاياتهم ممن ليست له عادة بذلك قبل الولاية كما هو محرر في محله

Diantaranya adalah hibah kepada penguasa suatu wilayah dan kepala daerah, maka haram hukumnya atas mereka menerima hadiah dari penduduk wilayahnya itu yang mana tidak terdapat kebiasaan menerima hadiah sebelum dia diangkat menjadi penguasa sebagaimana telah diuraikan pada bahasannya.

ومنها ما لو كان المتهب يستعين بذلك على معصية

Dan diantara yang haram menerima hadiah adalah apabila orang yang menyerahkan hadiah minta tolong untuk melakukan kemaksiatan.


Maka jika diberi hadiah namun dengan ketentuan harus melakukan kemaksiatan maka tentu saja haram menerima hadiah ataupun hibah tersebut. Sebagaimana kaidah fiqih yang disebutkan dalam kitab قواعد الأحكام في مصالح الأنام juz 2 halaman 218 :

وما أدى إلى الحرام فهو حرام

Dan sesuatu yang menghantarkan kepada perkara haram maka sesuatu tersebut juga dihukumi haram.


Terakhir, di dalam kitab التحفة المرضية في أحكام الهبة و الهدية pada halaman 136 - 137 disampaikan :

و يرى شيخ الإسلام ابن تيمية جواز قبول هدية المشرك في الأحوال العادية، بشرط ألا تكون الهدية مما يستعان به على التشبه بهم

Syaikhul Islam Ibn Taimiyah berpandangan bolehnya menerima hadiah dari orang musyrik dalam kondisi normal, dengan syarat hadiah tersebut bukan alat yang bisa dimanfaatkan untuk tasyabuh menyerupai mereka.

Syaikhul Islam Ibn Taimiyah menyampaikan :

ومن أهدى من المسلمين هدية في هذه الأعياد، مخالفة للعادة في سائر الأوقات، غير هذا العيد، لم تقبل هديته، خصوصا إن كانت الهدية مما يستعان بها على التشبه بهم

Orang musyrik manapun yang memberikan suatu hadiah kepada kaum muslimin di hari raya-hari raya mereka yang menyelisihi kebiasaan di waktu-waktu lainnya selain hari raya ini, maka hadiahnya tidak boleh diterima, lebih-lebih lagi jika hadiah tersebut adalah sesuatu yang dapat digunakan tasyabuh menyerupai mereka.

لا يهدى لأحد من المسلمين في هذه الأعياد هدية لأجل العيد، لا سيما إذا كان مما يستعان به على التشبه بهم

Tidak boleh diterima hadiah untuk satupun Muslim di hari raya-hari raya nya orang musyrik karena bertepatan dengan hari raya apalagi jika objek yang dihadiahkan itu bisa digunakan untuk tasyabuh menyerupai mereka.

Demikian keterangan yang disampaikan para fuqaha terkait bahasan ini. Semoga bermanfaat.

و الله تعالى أعلم بالصواب