Jenazah Yang Wafat Memandikan Dirinya Sendiri, Adakah? Sahkah Mandinya?
Yurifa Iqbal
Tidak ada perbedaan diantara fuqaha bahwa kaum muslimin wajib melakukan empat hal ketika ada jenazah muslim yang wafat. Di dalam kitab
كفاية الأخيار في حل غاية الإختصار
halaman 235 penerbit Darul Faiha disampaikan :
ويلزم في الميت أربعة أشياء : غسله وتكفينه والصلاة عليه ودفنه
Ada empat hal yang wajib dilakukan terhadap jenazah muslim yang wafat : memandikannya, mengkafaninya, men-shalatkannya, menguburkannya.
لا خلاف أن الميت المسلم يلزم الناس القيام بأمره في هذه الأربعة، والقيام بهذه الأربعة فرض كفاية بالإجماع
Tidak ada perbedaan pendapat diantara ahli ilmu bahwa sesungguhnya kaum muslimin wajib melakukan empat hal yang telah disebutkan sebelumnya atas jenazah muslim yang wafat, dan empat kewajiban ini (memandikannya, mengkafaninya, men-shalatkannya, menguburkannya) hukumnya fardhu kifayah dengan ijma (konsensus, kesepakatan para fuqaha).
Kemudian terdapat bahasan apakah sah mandi seorang muslim yang telah wafat (baca jenazah muslim) yang memandikan dirinya sendiri atau dimandikan oleh jenazah muslim lain? Apakah ada faktanya?
Di dalam kitab
نيل الرجاء بشرح سفينة النجاء
pada halaman 235 penerbit Darul Minhaj disampaikan :
أو غسل الميت نفسه، أو غسله ميت آخر كرامة، سقط الحرج عن الباقين
Atau jika seorang jenazah muslim yang wafat memandikan dirinya sendiri, atau dia dimandikan oleh jenazah muslim lain yang juga telah wafat sebagai bentuk karamah, maka hal tersebut menggugurkan fardhu kifayah.
Bahkan terkait karamah wali seperti ini juga ada faktanya! Syaikh Al 'Allamah Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi Asy Syafii secara jelas menyebutkan wali yang memiliki karamah semacam ini! Dan jelas mandi jenazahnya sah secara fiqih! Beliau menjelaskan di dalam kitab
كاشفة السجا في شرح سفينة النجا
pada halaman 269 penerbit Maktabah Turmusy :
و لو غسل نفسه كرامة كفى، كما وقع لسيدي أحمد البدوي أمدنا الله بمدده
dan mencukupi (baca sah) seandainya jenazah muslim yang wafat memandikan dirinya sendiri, sebagai bentuk karamah sebagaimana yang dulu terjadi pada Sayyid Ahmad Al Badawiy semoga Allah Ta'alaa menolong kita dengan wasilah pertolongannya.
و مثله ما لو غسل ميت آخر كرامة فإنه يكفي
dan semisal dengan itu adalah seandainya jenazah muslim yang wafat dimandikan oleh jenazah muslim lain yang juga telah wafat sebagai bentuk karamah maka mandi itu sah & mencukupi.
ما شاء الله
سبحان الله
الله أكبر
Itulah karamah yang dimiliki oleh wali Allah. Terkait karamah wali ini dibahas lebih dalam di kitab-kitab Aqidah. Diantara kitab Aqidah yang membahasnya adalah Matan Al Aqidah Ath Thahawiyah (متن العقيدة الطحاوية).
Dalam kitab متن العقيدة الطحاوية tersebut disampaikan :
ولا نفضل أحدا من الأولياء على أحد من الأنبياء عليهم السلام، ونقول نبي واحد أفضل من جميع الأولياء
dan kita tidak mengutamakan seorang pun wali Allah diatas salah satu Nabi-nabi utusan Allah عليهم السلام, dan kita katakan bahwa seorang nabi utusan Allah lebih afdhal/lebih utama daripada seluruh wali Allah.
Syaikh Doktor Khalid bin Mahmud Al Juhani menjelaskan redaksi matan tersebut sebagai berikut :
يعني أهل السنة والجماعة يعتقدون أن الأنبياء أعلى مرتبة من الأولياء
Yakni Ahlussunnah wal jamaah berkeyakinan bahwa sesungguhnya Nabi-nabi utusan Allah memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada wali-wali Allah.
بل نبي واحد أفضل من جميع الأولياء
Bahkan satu Nabi utusan Allah jelas lebih afdhal/lebih utama daripada seluruh wali Allah.
Kemudian terkait dengan karamah para wali Allah pun tidak luput dijelaskan Imam Abu Jafar Ath Thahawi :
ونؤمن بما جاء من كراماتهم وصح عن الثقات من رواياتهم
Kita mengimani berbagai karamah wali-wali Allah yang terbukti shahih dinukil dari para periwayat terpercaya.
Syaikh Doktor Khalid bin Mahmud Al Juhani lalu menjelaskan :
يعني أهل السنة والجماعة يؤمنون بكرامات الأولياء الثابتة عنهم
Yakni Ahlussunnah wal jamaah mengimani serta meyakini berbagai karamah wali-wali Allah yang terbukti ada pada mereka.
والكرامة سميت كرامة لأجل أن الله يكرم بها أولياءه المتقين
Dinamakan karamah karena sesungguhnya Allah Ta'alaa memuliakan wali-wali Allah yang bertaqwa dengan karamah itu.
وكرامات الأولياء حق باتفاق أئمة الإسلام والسنة والجماعة
Dan karamah wali-wali Allah itu benar adanya berdasarkan kesepakatan para imam umat Islam ahlussunah wal jamaah.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan karamah? Syaikh Doktor Khalid bin Mahmud Al Juhani melanjutkan penjelasannya :
والكرامة: هي ظهور أمر خارق للعادة من قبل شخص غير مدع للنبوة
Karamah adalah terlihatnya sesuatu yang luar biasa diluar kebiasaan dari seorang manusia yang dia tidak mengklaim risalah kenabian (tidak mengklaim mendapatkan wahyu dari Allah).
والأولياء: (جمع ولي) والولي هو كل مؤمن تقي
Auliya adalah jamak dari wali dimana wali bermakna setiap mukmin yang bertaqwa pada Allah.
قال الله تعالى: أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (يونس : ٦٢)
Allah Ta'alaa berfirman dalam Al Quran surat Yunus ayat 62 : Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut dalam diri mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Maka mari kita pahami nasehat yang termaktub dalam kitab المستدرك على مجموع الفتاوى juz 1 halaman 120 dan dikutip pula dalam kitab الجامع لمسائل العقيدة الطحاوية :
لهذا اتفق أئمة الدين على أن الرجل لو طار في الهواء ومشى على الماء لم يثبت له ولاية، بل ولا إسلام حتى ينظر في اتباعه للأمر والنهي الذي بعث الله به رسوله ﷺ
Oleh karena itu para imam agama Islam ini telah sepakat bahwa andaikan seseorang dapat terbang diatas udara dan dapat berjalan diatas air maka dia tidak dilabeli seorang wali, bahkan tidak pula dilabeli seorang Muslim sampai terlihat pada dirinya komitmen akan perintah dan larangan yang dengan tujuan inilah Allah mengutus Rasulullah Muhammad ﷺ.
Jadi parameternya adalah komitmen dan terikat pada perintah dan larangan Allah & Rasul-NYA. Inilah esensi taqwa yang didefinisikan oleh para ulama :
امتثال أوامر الله و اجتناب نواهيه
Bahkan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafii menyatakan bahwa para fuqaha lah wali Allah itu!
وروى الخطيب البغدادي عن أبي حنيفة والشافعي - رحمهما الله - أنهما قالا: إن لم يكن الفقهاء أولياء الله فليس لله ولي . قال الشافعي: ( الفقهاء العاملون ). أي أن المراد : هم العلماء العاملون
Imam Al Khatib Al Baghdadi meriwayatkan dari Imam Abu Hanifah & Imam Asy Syafii - رحمهما الله -, bahwa sungguh Imam Abu Hanifah & Imam Syafii berkata : jika fuqaha bukan wali Allah, maka tidak akan ada status wali Allah. Imam Syafii berkata : wali Allah adalah para fuqaha yang mengamalkan ilmu, maksudnya wali Allah adalah ulama yang mengamalkan ilmunya.
Jadi janganlah kita bermudah-mudahan melabeli seorang muslim sebagai wali Allah sampai jelas bagi kita keterikatannya pada Syariah Islam!
Demikian pembahasan ringkas terkait hal ini. Semoga ada manfaatnya.
و الله تعالى أعلم بالصواب