Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Shalatnya Seorang Muslim Yang Lupa Di Pakaiannya Terdapat Najis



Yurifa Iqbal

Para Fuqaha telah menjelaskan bahwa diantara syarat sah shalat adalah sucinya tubuh, pakaian, & tempat shalat dari najis.

Dalam الموسوعة الفقهية الدرر السنية disampaikan :

الطهارة من النجس في البدن والثوب والمكان شرط في صحة الصلاة، وهو مذهب الجمهور: الحنفية، والشافعية، والحنابلة، وهو قول للمالكية، وحكي عن عامة العلماء، وحكي الإجماع على ذلك

Sucinya tubuh, pakaian, & tempat shalat dari najis merupakan syarat sahnya shalat, ini merupakan pendapat jumhur fuqaha Al Hanafiyah, Asy Syafiiyah, Al Hanabilah, satu pendapat dari Al Malikiyah, bahkan dihikayatkan ini merupakan pendapat para ulama secara umum, serta dihikayatkan juga terdapat ijma dalam pembahasan ini.

Kemudian pendapat Asy Syafiiyah dalam pembahasan ini dapat kita ketahui diantaranya dalam kitab المجموع شرح المهذب juz 3 halaman 163, di cetakan lain juz 4 halaman 179 :

فإذا سلم من صلاته ثم رأى عليه نجاسة يجوز أنها كانت في الصلاة ويجوز أنها حدثت بعدها فصلاته صحيحة بلا خلاف

Jika seseorang telah mengakhiri shalatnya dengan melakukan salam, kemudian dia melihat ada najis pada dirinya yang bisa jadi najis itu telah ada saat dia shalat, dan bisa jadi najis itu ada setelah dia selesai dari shalat, maka hukum shalatnya sah tanpa ada perbedaan pandangan diantara fuqaha Asy Syafiiyah.

قال الشافعي والأصحاب ويستحب إعادتها احتياطا

Imam Syafii & Fuqaha Asy Syafiiyah senior berpendapat disunnahkan mengulang shalatnya tersebut dalam rangka kehati-hatian.

وإن كان علمها ثم نسيها فطريقان مشهوران للخراسانيين أصحهما وبه قطع العراقيون تجب الإعادة قولا واحدا لتفريطه

Adapun jika seorang Muslim mengetahui bahwa ada najis pada dirinya kemudian dia lupa, maka ada 2 jalur periwayatan madzhab yang masyhur di kalangan Asy Syafiiyah Khurasaniyyin, pendapat yang ashoh (paling shahih, الأصح) dari 2 riwayat Asy Syafiiyah Khurasaniyyin ini sekaligus juga merupakan pendapat yang ditegaskan kalangan Asy Syafiiyah Iraqiyin 
adalah shalat tersebut wajib diulang, mereka satu suara dalam bahasan ini karena kelalaian orang yang shalat tersebut.

ولو رأى النجاسة في أثناء الصلاة فإن قلنا لا تجب الإعادة إذا رآها بعد الفراغ أزالها وبنى على صلاته وإلا بطلت ووجب الاستئناف

Seandainya seorang Muslim yang shalat melihat najis saat sedang melakukan shalat -jika kita (Asy Syafiiyah) berpendapat tidak wajib mengulang shalatnya apabila dia melihat najis setelah shalat selesai- haruslah dia hilangkan najis itu dan dia bisa melanjutkan shalatnya, jika dia tidak menghilangkan najis itu maka shalatnya batal dan dia harus mengulang shalatnya dari awal.

Kemudian Imam Nawawi melanjutkan keterangannya sembari menyebutkan pendapat fuqaha selain Asy Syafiiyah.

مذاهب العلماء فيمن صلى بنجاسة نسيها أو جهلها

Madzhab para ulama terkait seorang Muslim yang sedang shalat namun dia lupa ada najis pada dirinya atau dia tidak mengetahui ada najis pada dirinya.

ذكرنا أن الأصح في مذهبنا وجوب الإعادة وبه قال أبو قلابة وأحمد

Telah kami sebutkan bahwa pendapat Asy Syafiiyah yang ashoh (paling shahih, الأصح) adalah wajib mengulang shalatnya tersebut, ini juga merupakan pendapat Imam Abu Qilabah dan Imam Ahmad.

وقال جمهور العلماء : لا إعادة عليه , حكاه ابن المنذر عن ابن عمر وابن المسيب وطاوس وعطاء وسالم بن عبد الله ومجاهد والشعبي والنخعي والزهري ويحيى الأنصاري والأوزاعي وإسحاق وأبي ثور، قال ابن المنذر : وبه أقول , وهو مذهب ربيعة ومالك وهو قوي في الدليل وهو المختار

Adapun jumhur ulama berpendapat tidak wajib atasnya mengulang shalat tersebut, Imam Ibnul Mundzir menyatakan pendapat ini berasal dari Ibn Umar, Ibn Musayyib, Thawus, Atha, Salim bin Abdillah, Mujahid, Asy Sya'bi, An Nakhai, Az Zuhri, Yahya Al Anshari, Al Auzai, Ishaq, dan Abu Tsaur. Imam Ibnul Mundzir menyampaikan : pendapat inilah yang aku fatwakan, ini juga merupakan pendapat Rabiah & Imam Malik, dan ini adalah pendapat yang kuat dalilnya serta pendapat yang terpilih.

Jadi kesimpulannya, seorang Muslim yang sedang shalat namun dia lupa ada najis pada dirinya atau dia tidak mengetahui ada najis pada dirinya adalah :

فمن أخذ بقول الجمهور فصلاته صحيحة ولا إعادة عليه، والاحتياط الأخذ بالأصح من مذهب الشافعية في وجوب الإعادة

Siapa saja yang berpegang dengan pendapat jumhur ulama maka shalatnya sah dan tidak wajib mengulanginya, sedangkan untuk kehati-hatian adalah mengambil pendapat yang ashoh (paling shahih, الأصح) dari madzhab Asy Syafiiyah terkait wajibnya mengulangi shalatnya tersebut.

والله تعالى أعلم بالصواب