Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Pesan Makanan Melalui Go Food atau Grab Food

 



Yurifa Iqbal

Diantara kemudahan zaman ini adalah ketika kita lapar kita tidak harus keluar membeli makanan atau memasak makanan di dapur. Disebabkan kemajuan teknologi kita bisa memesan makanan yang kita inginkan melalui go food atau grab food. Ketika kita menggunakan aplikasi gojek atau grab itu maka kita bisa menggunakan fitur go food atau grab food, dimana tukang ojek membeli pesanan makanan untuk customer dengan memakai uang tukang ojek tersebut. Setelah tukang ojek tersebut membeli pesanan makanan untuk customer maka tukang ojek menyerahkan makanan yang dia beli kepada customer dan customer mengganti uang harga makanan yang tadi dibeli dengan uang tukang ojek ditambah costumer membayar uang upah mengantar makanan kepada tukang ojek.

Dari akad model go food atau grab food ini setidaknya ada dua akad yang terdapat di dalamnya. 

Akad pertama ketika tukang ojek yang membeli pesanan makanan untuk customer dengan memakai uang tukang ojek tersebut yang ini merupakan akad qardh alias hutang piutang.

Akad kedua adalah ketika customer membayar kepada tukang ojek uang upah mengantar makanan yang ini merupakan gambaran akad ijarah atau bisa pula akad wakalah bil ujrah (sekilas akad wakalah bil ujrah pernah penulis kutip disini : https://www.catatanyurifa.com/2021/09/jual-beli-emas-secara-angsuran-atau.html.

Berarti dalam go food atau grab food ini terjadi penggabungan dua akad bukan? Bagaimana hukumnya?

Terkait penggabungan dua akad dalam referensi kitab madzhab Imam Asy Syafi'i dapat kita temukan sedikitnya di dalam 4 kitab.

Di dalam kitab

منهاج الطالبين

halaman 294 penerbit Darul Faiha disampaikan :

ولو جمع في صفقة مختلفي الحكم كإجارة وبيع أو وسلم صحا في الأظهر ويوزع المسمى على قيمتهما

seandainya dalam satu akad digabungkan dua akad yang hukumnya berbeda semacam gabungan ijarah/sewa dan jual beli atau gabungan ijarah/sewa dan jual beli salam, maka keduanya sah dalam pendapat yang paling kuat (al azhhar, الأظهر) dan harga yang harus ditunaikan dibagi berdasarkan nilai masing-masing.

Syarah dari redaksi diatas dapat kita baca dalam kitab

مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج

juz 3 halaman 221 penerbit Syirkatul Quds berikut ini :

(ولو جمع في صفقة مختلفي الحكم كإجارة وبيع) 

كأن يقول أجرتك داري شهرا وبعتك ثوبي هذا بدينار (أو) إجارة و (سلم) كأن يقول أجرتك داري شهرا وبعتك صاع قمح في ذمتي سلما بكذا (صحا في الأظهر، ويوزع المسمى على قيمتهما) أي قيمة المؤجر من حيث الأجرة وقيمة المبيع أو المسلم فيه

seandainya dalam satu akad digabungkan dua akad yang hukumnya berbeda semacam gabungan ijarah/sewa dan jual beli dimana seseorang berkata : saya sewakan rumahku ini kepadamu selama sebulan dan saya jual kepadamu pakaianku ini seharga satu dinar, atau gabungan ijarah/sewa dan jual beli salam dimana seseorang berkata : saya sewakan rumahku ini kepadamu selama sebulan dan saya jual kepadamu satu sha' gandum yang ada dalam tanggunganku secara salam dengan harga segini, maka kedua akad tersebut sah dalam pendapat yang paling kuat (al azhhar, الأظهر) dan harga yang harus ditunaikan dibagi berdasarkan nilai masing-masing, yakni nilai barang yang disewakan berupa ujrah alias uang sewa dan nilai barang yang diperjualbelikan atau nilai barang yang disewakan berupa ujrah alias uang sewa dan nilai barang yang diakadkan dengan jual beli salam,

Jadi dari keterangan ini jika kita melakukan gabungan akad sewa menyewa suatu barang yang digabungkan dengan akad jual beli dengan harga tertentu (katakanlah senilai Rp 12.000.000,-) hukumnya sah!

Kemudian masih dalam referensi kitab madzhab Imam Asy Syafi'i, yakni kitab

فتح الإله المالك على عمدة السالك و عدة الناسك

halaman 433 penerbit Darul Fajr juga dijelaskan :

وإن جمع في عقدين مختلفي الحكم، مثل بعتك عبدي وآجرتك داري سنة بكذا، أو زوجتك ابنتي وبعتك عبدها بكذا، صح وقسط العوض عليهما

dan jika seseorang menggabungkan dua akad yang hukumnya berbeda seperti : saya jual kepadamu budakku ini sekaligus saya sewakan kepadamu rumahku ini selama satu tahun dengan nilai segini, atau saya nikahkan engkau dengan putriku ini dan saya jual kepadamu budakku ini dengan nilai sekian, maka hukumnya sah, dan prosentase bayaran yang harus ditunaikan dibagi berdasarkan nilainya masing-masing.

Bisa jadi kita bertanya mengapa dua akad yang digabungkan tersebut dihukumi sah? Maka jawabannya adalah sebagaimana keterangan kitab

نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج

juz 3 halaman 484 berikut ini :

ووجه صحتهما أن كلا يصح منفردا فلم يضر الجمع بينهما

dan sahnya kedua akad tesebut dikarenakan masing-masing akad sah jika dijalankan secara sendiri-sendiri, maka tidak masalah jika kedua akad tersebut digabungkan.

هذا موجود في كل العقود فيقتضي أن كل عقدين كذلك من غير استثناء

hal ini ada dalam setiap akad maka konsekuensinya setiap dua akad yang digabungkan juga tercakup di dalamnya tanpa ada pengecualian.

Lalu bagaimana dengan larangan 2 akad dalam 1 akad? Bukankah ada haditsnya?

Mari kita simak penjelasan dalam kitab

السيل الجرار المتدفق على حدائق الأزهار

halaman 505 berikut ini :

وأخرج أحمد بإسناد رجاله ثقات كما قال في مجمع الزوائد من حديث ابن مسعود قال نهى النبي ﷺ عن صفقتين في صفقة قال سماك الراوي للحديث: هو الرجل يبيع البيع فيقول: هو بنسا بكذا أو ينقد بكذا وقد وافق سماكا على هذا التفسير أحمد والشافعي

Imam Ahmad meriwayatkan hadits dengan sanad perawi-perawi yang tsiqah (terpercaya) sebagaimana disampaikan dalam kitab Majma Az Zawaid, Ibn Mas'ud berkata Rasulullaah Muhammad صلى الله عليه و سلم melarang gabungan 2 akad dalam 1 akad. Samak perawi hadits ini berkata : gambarannya adalah seseorang menjual suatu barang lalu dia katakan pada pembeli harga barang segini jika pembayarannya ditunda atau jika barangnya dibayar tunai harganya segitu (lalu penjual dan pembeli berpisah begitu saja tanpa menentukan mana dari dua harga tersebut yang dipilih!), dan yang sependapat dengan penjelasan Samak terhadap hadits ini adalah Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Asy Syafi'i.

Yang terakhir terkait kebolehan penggabungan dua akad dijelaskan dalam kitab

إعلام الموقعين عن رب العالمين

juz 3 halaman 265 sebagai berikut :

لا محذور في الجمع بين عقدين كل منهما جائز بمفرده، كما لو باعه سلعة وأجره داره شهرا بمائة درهم

TIDAK MASALAH menggabungkan dua akad dimana masing-masing akad sah jika dijalankan sendiri-sendiri, seperti seseorang yang menjual barang sekaligus menyewakan rumahnya sebulan kepada orang lain dengan biaya 100 dirham.

Sehingga dari paparan diatas akad go food atau grab food hukumnya sah dan boleh untuk dipraktekkan.

Bisa jadi kesimpulan hukum tulisan ini berbeda dengan yang disampaikan para ustaz lain. Maka harus dikedepankan sikap saling menghargai dan saling menghormati kepada pihak yang mengambil kesimpulan hukum yang berbeda.

و الله تعالى أعلم بالصواب