Betapa Parahnya Dosa Ghibah!
Yurifa Iqbal
Makna Ghibah diantaranya dapat kita jumpai di dalam kitab الصحاح في اللغة juz 1 halaman 196 :
أن يتكلم خلف إنسان مستور بما يغمه لو سمعه. فإن كان صدقا سمي غيبة، وإن كان كذبا سمي بهتانا
Membicarakan orang lain di belakang orang tersebut dengan sesuatu yang jika terdengar olehnya akan membuatnya sedih, adapun jika yang dibicarakan itu memang benar ada padanya maka itu adalah ghibah, dan jika yang dibicarakan itu tidak ada pada diri orang yang dibicarakan tersebut maka itu namanya membuat-buat kedustaan, membuat-buat kebohongan, mengada-ada, dan fitnah.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath Thabarani
في (الأوسط:6/348)
dan Imam Al Baihaqi
في (الشعب:5/306)
terdapat ancaman yang sangat mengerikan terkait aktivitas Ghibah ini. Berikut bunyi haditsnya :
إياكم والعيبة فإن الغيبة أشد من الزنا، فقيل: يا رسول الله، فكيف الغيبة أشد من الزنا؟ قال: إن الرجل قد يزني فيتوب فيتوب الله عليه، وإن صاحب الغيبة لا يغفر له حتى يغفر له صاحبه
Jauhilah oleh kalian ghibah karena sesungguhnya dosa ghibah itu lebih parah daripada dosa zina, lalu ditanyakan kepada Rasulullah Muhammad ﷺ : wahai Rasulullah, mengapa dosa ghibah lebih parah dari dosa zina? Rasulullah Muhammad ﷺ merespon : seseorang bisa jadi terjerumus melakukan zina kemudian bertaubat kepada Allah dan Allah menerima taubatnya, sedangkan pelaku ghibah tidak diampuni Allah sampai orang yang dia ghibahin memaafkan.
Di dalam kitab فيض القدير شرح الجامع الصغير juz 3 halaman 166 penerbit Darul Kutub Ilmiyah disampaikan penjelasannya :
(إياكم والغيبة)
التي هي ذكر العيب بظهر الغيب بلفظ أو إشارة أو محاكاة أو بالقلب كما في الإحياء
Jauhilah oleh kalian perbuatan ghibah dimana makna ghibah adalah membicarakan, menyebutkan aib, kekurangan orang lain dibelakangnya dengan kata-kata, atau isyarat, atau menirukan tingkah laku & perbuatannya, atau dengan hati sebagaimana diterangkan dalam kitab Ihya.
(فإن الغيبة أشد من الزنا)
أي من إثمه (إن الرجل قد يزني ويتوب فيتوب الله عليه وإن صاحب الغيبة لا يغفر له حتى يغفر له صاحبه) وهيهات أن يغفر له
Karena sesungguhnya ghibah itu lebih parah daripada zina, yaitu dosanya, seseorang bisa jadi terjerumus melakukan zina kemudian bertaubat kepada Allah dan Allah menerima taubatnya, sedangkan pelaku ghibah tidak diampuni Allah sampai orang yang dia ghibahin memaafkan, dan mustahil orang yang dia ghibahin memaafkannya.
Memang benar riwayat ini tidak lepas dari perbincangan. Ada ahli ilmu yang melemahkan riwayat ini. Namun tentu hal tersebut tidak otomatis menjadikan ghibah halal bukan?
Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa ghibah sebelum orang yang dighibahin memberikan maaf. Dan ini sangat sulit kalau tidak bisa dikatakan mustahil! Bayangkan! Seseorang menghibah kawannya, membicarakan kejelekannya, yang tentu saja orang yang dighibahin tersebut tidak senang aib, kejelekan, kekurangannya dibicarakan. Kemudian banyak orang tau kekurangannya itu. Tentu saja orang yang dighibahi akan sakit hati, jengkel, sedih.
Bahkan para ulama tidak berbeda pendapat bahwasanya ghibah ini merupakan dosa besar!
Imam Al Qurthubi dalam kitab
الجامع لأحكام القرآن = تفسير القرطبي
juz 16 halaman 337 menjelaskan :
لا خلاف أن الغيبة من الكبائر، وأن من اغتاب أحدا عليه أن يتوب إلى الله عز وجل
Tidak ada perbedaan pendapat diantara ahli ilmu (ulama) bahwa sesungguhnya ghibah termasuk dosa besar dan siapa saja yang meng-ghibah orang lain berkewajiban untuk bertaubat kepada Allah عز وجل.
Semoga kita dijauhkan dari perbuatan ghibah ini. Mari mengupayakan agar mulut & lisan kita senantiasa bertutur kata yang baik, sebagaimana pesan Rasulullah Muhammad ﷺ :
الكلمة الطيبة صدقة
Tutur kata yang baik adalah sedekah.
و الله تعالى أعلم بالصواب