Sengketa Yang Muncul Akibat Cacat Pada Barang Yang Diperjual-belikan, Klaim Siapa Yang Dibenarkan?
Seri Kaidah Fiqih
Yurifa Iqbal
Beberapa waktu yang lalu penulis telah menyampaikan faedah ringkas terkait dengan pembahasan ini dalam link YouTube berikut ini :
Dimana dalam video tersebut penulis mengutip penjelasan dalam kitab
فتح الإله المالك على عمدة السالك و عدة الناسك
dan juga kitab
فيض الإله المالك في حل ألفاظ عمدة السالك و عدة الناسك
dimana kedua kitab tersebut adalah diantara kitab fiqih madzhab Imam Asy Syafi'i رضي الله عنه.
Kali ini penulis akan coba melengkapi pembahasan ringkas ini berdasarkan tinjauan kaidah fiqih (القواعد الفقهية).
Dalam dars (pelajaran) ke-sembilan
من كتاب القواعد الفقهية وتطبيقاتها في المذاهب الأربعة
Yang diampu oleh Syaikh Doktor Anas bin Wahid Bali terdapat keterangan sebagai berikut :
لو اختلف المتبايعان (البائع والمشتري) في سلامة المبيع من العيوب وعدم سلامته، أو في صحة البيع مثلا أو فساده. فالقول هنا لمن؟
Jika terjadi sengketa antara pihak penjual & pembeli terkait tidak ada cacat pada barang yang diperjualbelikan atau ada cacat pada barang yang diperjualbelikan, contoh lain adanya sengketa pihak penjual dan pembeli terkait sah atau tidak sahnya akad jual beli yang dilakukan. Maka klaim atau statement siapakah yang dibenarkan & dimenangkan?
لمن يتمسك بسلامة المبيع. لماذا؟
Jawabannya adalah pihak yang berpegang atau mengklaim tidak adanya cacat pada barang yang diperjualbelikan. Mengapa demikian?
لأن الأصل (الصفة الأصلية) أن المبيع سليم، والعارضة العيب، والأصل في الصفات العارضة ماذا؟ العدم
Karena hukum asal barang yang diperjualbelikan adalah selamat dari cacat alias tidak ada aib/cacat (sifat otentiknya adalah demikian) sedangkan sifat atau atribut barang yang muncul setelahnya adalah terdapat aib/cacat, sedangkan kaidah fiqih menyatakan :
الأصل في الصفات العارضة العدم
Hukum asal semua sifat atau atribut yang datang belakangan adalah tidak ada.
فهنا القول قول من يتمسك بسلامة المبيع وصحة العقد؛ لأن الأصل في الصفات العارضة العدم
Maka dari sini klaim serta statement pihak yang berpegang pada tidak adanya cacat pada barang yang diperjualbelikan lah yang dibenarkan, demikian pula klaim pihak yang menyatakan sahnya akad jual beli lah yang dimenangkan. Karena hukum asal semua sifat atau atribut yang datang belakangan adalah tidak ada.
فالأصل صحة العقد والأصل سلامة المبيع ولا ينتقل إلى هذا العدم إلا إذا وجدت بينة. فالأصل في الصفات العارضة العدم
Maka hukum asalnya adalah sahnya akad jual beli kemudian tidak ada cacat pada barang yang diperjualbelikan, serta tidak berubah kepada sifat atau atribut yang tidak ada kecuali jika terdapat bukti (yang dapat menguatkan akad jual belinya tidak sah atau memang terdapat aib/cacat pada barang yang diperjualbelikan).
Sekali lagi karena kaidah fiqih menyatakan :
الأصل في الصفات العارضة العدم
Hukum asal semua sifat atau atribut yang datang belakangan adalah tidak ada.
Demikian penjelasan singkat terkait hal ini. Semoga bermanfaat.
و الله تعالى أعلم بالصواب