Perbuatan Yang Hukumnya Sunnah Dapat Menempati & Menggantikan Perbuatan Yang Hukumnya Fardhu, Benarkah?
Yurifa Iqbal
Syaikh Doktor Anas Wahid Bali dalam pelajaran Al Qawaid Al Fiqhiyyah telah menjelaskan pembahasan ini secara ringkas. Penjelasan ringkas beliau adalah sebagai berikut :
هل يقوم النفل مقام الفرض؟
Apakah perbuatan yang hukumnya sunnah dapat menempati perbuatan yang hukumnya fardhu (wajib)?
الصحيح أن النفل لا يقوم مقام الفرض ولا يجزئ عنه إلا في بعض الصور
Pendapat yang shahih (betul) dalam bahasan ini adalah perbuatan yang hukumnya sunnah tidak dapat menempati serta tidak bisa menggantikan/mencukupi perbuatan yang fardhu kecuali hanya pada beberapa keadaan.
بمعنى : نويت أن أصلي أربع ركعات تطوعًا، بعد دخول وقت الظهر، فهل يقوم هذا النفل مقام الفريضة؟ لا يقوم
Maknanya adalah ketika seorang Muslim berniat : sengaja aku shalat sunnah 4 rakaat yang dikerjakan setelah masuk waktu shalat zhuhur, apakah shalat sunnah 4 rakaat tersebut dapat menempati & menggantikan shalat fardhu zhuhur? Jawabannya adalah tidak bisa.
ولكن النفل قد يقوم مقام الفريضة في بعض الأحيان
Akan tetapi perbuatan yang hukumnya sunnah terkadang dapat menempati & menggantikan perbuatan yang hukumnya fardhu/wajib di beberapa kesempatan :
إذا نوى العبد الحج أو العمرة أو الطواف تطوعًا، ولكن عليه حج الفريضة أو عمرة الفريضة، انصرف هذا النفل إلى الفريضة لأنها واجبة عليه
Jika seorang Muslim berniat untuk menunaikan ibadah haji atau umrah atau thawaf sunnah, akan tetapi dia masih punya tanggungan kewajiban haji atau kewajiban umrah, maka thawaf sunnah tadi beralih hukumnya menjadi wajib karena dia masih memiliki kewajiban yang belum tertunaikan.
وكذلك لو جلس للتشهد الأخير وهو يظن أنه التشهد الأول وهو سنة، يظن أنه في التشهد الأول ثم تذكر أنه في التشهد الأخير؛ أجزأه، لماذا؟ لأنه ظن أنه نفل لكنّه فرض
Pun demikian pula jika seorang Muslim saat shalat melakukan duduk tasyahud akhir sementara dia menduga bahwa yang dilakukan adalah duduk tasyahud awal yang hukumnya sunnah, kemudian dia ingat bahwa yang dilakukannya adalah duduk tasyahud akhir, maka duduk tasyahud akhir itu sah dan mencukupi, mengapa demikian? Karena dia menduga bahwa yang dilakukannya adalah sunnah padahal hakikat yang dia lakukan adalah fardhu.
وكذلك لو تذكر حال قيامه من السجود، قام من السجود فجلس جلسة الاستراحة، جلسة الاستراحة نفل أم فرض؟ نفل، فتذكر في هذه الحالة أنه سجد سجدة واحدة، هنا ماذا يفعل؟ يسجد مباشرة وتصير جلسة الاستراحة وهي النفل مقام الفريضة وهي الجلوس بين السجدتين
Demikian pula seandainya seorang yang shalat ingat ketika bangkit dari sujud, dia melakukan duduk istirahat, yang duduk istirahat ini tentu saja hukumnya sunnah, lalu dia ingat ketika itu bahwa dia baru sujud satu kali, pada kondisi ini apa yang harus dia lakukan? Yang harus dilakukan adalah langsung sujud, dan duduk istirahat yang hukumnya sunnah tadi menempati (menggantikan) duduk diantara dua sujud yang hukumnya fardhu.
Tiga contoh penjelasan diatas bisa juga kita temukan dalam kitab إيضاح القواعد الفقهية Syaikh Abdullah Al Lahji halaman 49 cetakan Dar Adh Dhiya.
Demikian penjelasan singkat terkait bahasan ini. Semoga bermanfaat.
و الله تعالى أعلم بالصواب