Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Langit Kiblat Doa, Ka'bah Kiblat Shalat, Benarkah Demikian?

 


Yurifa Iqbal

Pernahkah Anda mendengar statement yang menyatakan bahwa langit adalah kiblat doa sedangkan Ka'bah adalah kiblat shalat? Atau pernahkan Anda membaca statement tersebut? Benarkah demikian?

Jawaban ringkasnya : kiblat shalat dan kiblat doa adalah Ka'bah. 

Maka terkait kekeliruan statement langit adalah kiblat doa telah disanggah & dibantah oleh ahli ilmu yang diantaranya adalah Imam Ibn Abil 'Izz Al Hanafi.

وقد أجاب ابن أبي العز الحنفي رحمه الله على هذا القول من عدة أوجه

Imam Ibn Abil 'Izz Al Hanafi -semoga Allah merahmatinya- betul-betul telah membantah statement tersebut dari beberapa aspek. 

Imam Ibn Abil 'Izz Al Hanafi dalam kitab شرح العقيدة الطحاوية yang ditahqiq oleh Syaikh Abu Abdillah Musthafa bin Al 'Adawi Penerbit Dar Ibn Rajab halaman 271 - 272 telah menyampaikan beberapa bantahan, berikut ini bantahannya : 

أحدها : أن قولكم : إن السماء قبلة للدعاء - لم يقله أحد من سلف الأمة ، ولا أنزل الله به من سلطان ، وهذا من الأمور الشرعية الدينية ، فلا يجوز أن يخفى على جميع سلف الأمة وعلمائها

Bantahan yang pertama : sesungguhnya statement kalian yang menyatakan bahwa langit adalah kiblat doa tidak pernah dinyatakan oleh seorangpun dari generasi salaf (pendahulu) umat Islam ini, dan Allah juga tidak menurunkan keterangan yang berkaitan dengan ini, sedangkan statement itu termasuk perkara agama yang syar'i, maka hal ini tidak boleh tersembunyi serta harus jelas atas seluruh generasi salaf pendahulu umat Islam ini beserta para ulamanya.

Jelaslah dari keterangan Imam Ibn Abil 'Izz Al Hanafi ini bahwa sesuatu yang penting dalam agama tentu harus diketahui oleh seluruh generasi salaf pendahulu umat Islam & para ulamanya. Sementara statement pembedaan langit adalah kiblat doa dan Ka'bah adalah kiblat shalat tidak dikenal oleh seorang pun dari generasi salaf & ulama umat Islam ini.

Kemudian Imam Ibn Abil 'Izz Al Hanafi melanjutkan bantahannya :

الثاني : أن قبلة الدعاء هي قبلة الصلاة ، فإنه يستحب للداعي أن يستقبل القبلة ، وكان النبي صلى الله عليه وسلم يستقبل القبلة في دعائه في مواطن كثيرة ، فمن قال إن للدعاء قبلة غير قبلة الصلاة ، أو إن له قبلتين : إحداهما الكعبة والأخرى السماء - : فقد ابتدع في الدين ، وخالف جماعة المسلمين

Bantahan yang kedua : sesungguhnya kiblat doa adalah kiblat shalat itu sendiri, maka disunnahkan bagi orang yang berdoa untuk menghadap ke arah kiblat, dan Rasulullah Muhammad ﷺ menghadap ke arah kiblat ketika berdoa di banyak tempat, maka siapa saja yang menyatakan kiblat doa tidak sama dengan kiblat shalat, atau ada 2 kiblat untuk masing-masing doa dan shalat, yaitu Ka'bah & langit, maka sungguh dia telah berbuat bid'ah dalam agama Islam serta menyelisihi jamaah kaum muslimin.

Sangat jelas, maka dari bantahan yang kedua ini kita bisa memahami bahwa kiblat doa adalah kiblat shalat itu sendiri yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ka'bah!

Bantahan yang berikutnya.

الثالث : أن القبلة : هي ما يستقبله العابد بوجهه ، كما تستقبل الكعبة في الصلاة والدعاء ، والذكر والذبح ، وكما يوجه المحتضر والمدفون ، ولذلك سميت وجهة . والاستقبال خلاف الاستدبار ، فالاستقبال بالوجه ، والاستدبار بالدبر ، فأما ما حاذاه الإنسان برأسه أو يديه أو جنبه فهذا لا يسمى قبلة ، لا حقيقة ولا مجازا 

Bantahan yang ketiga : sesungguhnya kiblat adalah ketika seorang hamba menghadapkan diri dengan wajahnya, sebagaimana Ka'bah dihadapkan oleh seorang hamba dalam ibadah shalat, berdoa, berdzikir, dan berqurban, sebagaimana orang yang sekarat dan orang yang dikubur juga dihadapkan ke arah Ka'bah, maka dari itulah dinamakan wujhah (bagian depan, hadapan, arah), sedangkan istiqbal (menghadap) itu berbeda dengan istidbar (membelakangi), maka istiqbal tentu dengan wajah sementara istidbar dengan dubur/pantat, adapun yang sejajar dengan kepala manusia, tangannya, lambungnya itu tidak dinamakan Kiblat! Tidak secara hakiki, tidak pula secara majazi,

فلو كانت السماء قبلة الدعاء لكان المشروع أن يوجه الداعي وجهه إليها ، وهذا لم يشرع ، والموضع الذي ترفع اليد إليه لا يسمى قبلة ، لا حقيقة ولا مجازا ، ولأن القبلة في الدعاء أمر شرعي تتبع فيه الشرائع ، ولم تأمر الرسل أن الداعي يستقبل السماء بوجهه ، بل نهوا عن ذلك . ومعلوم أن التوجه بالقلب ، واللجأ والطلب الذي يجده الداعي من نفسه أمر فطري ، يفعله المسلم والكافر والعالم والجاهل ، وأكثر ما يفعله المضطر والمستغيث بالله ، كما فطر على أنه إذا مسه الضر يدعو الله ، مع أن أمر القبلة مما يقبل النسخ والتحويل ، كما تحولت القبلة من الصخرة إلى الكعبة

Seandainya langit adalah kiblat doa, maka tentu disyariatkan bagi seseorang yang berdoa untuk menghadapkan wajahnya ke arah langit! Sementara hal tersebut tidaklah disyariatkan, dan posisi ketika seseorang yang berdoa mengangkat tangan ke atas TIDAK DINAMAKAN KIBLAT, TIDAK SECARA HAKIKI, TIDAK PULA SECARA MAJAZI, karena kiblat dalam aktivitas doa adalah perkara syar'i yang dipatuhi dalam syariat agama, dan para Rasul utusan Allah tidak memerintahkan kepada orang yang berdoa untuk menghadapkan wajahnya ke arah langit, bahkan para Rasul utusan Allah melarang hal tersebut!, Dan termasuk perkara yang sudah diketahui dengan jelas bahwa menghadap dalam aktivitas doa itu ialah dengan hati, sementara itu meminta perlindungan dan juga memohon adalah fithrah yang terdapat dalam diri orang yang berdoa, ini dilakukan baik oleh Muslim maupun orang kafir, seorang yang berilmu maupun yang tidak berilmu, serta kebanyakan yang dilakukan oleh orang yang terdesak dan orang yang memohon pertolongan kepada Allah, sebagaimana pula manusia diciptakan oleh Allah ketika dia tertimpa marabahaya akan berdoa kepada Allah, padahal perkara Kiblat ini termasuk dalam hal yang bisa menerima nasakh (penghapusan) dan perpindahan, seperti perpindahan arah Kiblat dari sebuah batu besar menuju Ka'bah.

وأمر التوجه في الدعاء إلى الجهة العلوية مركوز في الفطر ، والمستقبل للكعبة يعلم أن الله تعالى ليس هناك ، بخلاف الداعي ، فإنه يتوجه إلى ربه وخالقه ، ويرجو الرحمة أن تنزل من عنده

Dan menghadapkan diri ketika berdoa (dengan menengadahkan tangan) ke arah atas adalah sesuatu yang ditetapkan ada dalam fithrah manusia, dan orang yang menghadap ke Ka'bah tentu saja mengetahui bahwa sesungguhnya Allah tidaklah bertempat disana, berbeda kondisinya dengan orang yang berdoa kepada Allah dimana dia menghadapkan diri kepada Tuhannya, kepada Penciptanya dan dia berharap rahmat turun dari Tuhannya Allah سبحانه و تعالى.

Inilah tiga bantahan yang disampaikan oleh Imam Ibn Abil 'Izz Al Hanafi dalam kitabnya شرح العقيدة الطحاوية terkait kekeliruan statement langit adalah kiblat doa. Yang benar adalah kiblat doa sama dengan kiblat shalat yaitu Ka'bah.

و الله تعالى أعلم بالصواب