Penentuan Hari Arafah Harus Berdasarkan Wukuf Jamaah Haji Di Arafah, Benarkah? Bagian 1
Yurifa Iqbal
Sebagaimana yang sudah sering terjadi, ketika terjadi perbedaan hari pertama Ramadhan, hari pertama Syawal, dan hari pertama Dzulhijjah maka terjadi kebingungan diantara umat Islam, manakah yang tepat? Mengapa bisa terjadi? Apa alasan perbedaannya? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Tidak jarang diantara kaum muslimin pun ketika terjadi perbedaan seperti ini terjadi keributan, saling menyindir, atau saling mengejek, saling menghina. Wal-‘iyadzubillaah. Selayaknya kaum muslimin tentu tidak boleh saling mengejek dan saling menghina, apalagi jika yang diperselisihkan terkait bahasan yang memang terjadi khilafiyah dan perbedaan pendapat diantara para ahli ilmu/ulama.
Terkait dengan Hari Raya Idul Adha pun ternyata ada perbedaan diantara ahli ilmu syar'i yang dalam bahasa Arab disebut dengan istilah khilafiyah fiqhiyyah, dimana salah satu sebab perbedaan ini adalah terkait wihdatul mathali (kesatuan mathla yakni munculnya hilal awal bulan untuk seluruh negeri kaum muslimin) atau ikhtilaf al mathali (memperhatikan perbedaan munculnya hilal awal bulan di negeri-negeri kaum muslimin).
Salah satu pembahasan yang diangkat dalam kitab
النور الساطع من أفق المطالع في تحديد يوم عرفة إذا اختلفت المطالع adalah terkait hari Arafah ketika memperhatikan ikhtilaf mathali, yang bisa dikatakan merupakan turunan pembahasan rukyatul hilal dimana terlihatnya hilal di suatu negeri kaum muslimin apakah mengikat untuk seluruh kaum muslimin atau tidak mengikat? Lagi-lagi para ulama berbeda pendapat. Kembali ke hari Arafah, ketika memperhatikan ikhtilaf mathali antar negeri kaum muslimin, apakah hari Arafah berdasarkan wukuf jamaah haji di Arafah atau tidak?
Di dalam kitab
النور الساطع من أفق المطالع في تحديد يوم عرفة إذا اختلفت المطالع pada halaman 3 disampaikan di awal bahwa :
اختلف أهل العلم المعاصرين حول مسألة تحديد يوم عرفة إذا اختلفت مطالع بعض البلاد عن موقف الناس بعرفة على قولين
Para ulama ahli fiqih kontemporer berbeda pendapat seputar bahasan penentuan hari Arafah ketika memperhatikan ikhtilaf mathali sebagian negeri-negeri kaum muslimin saat jamaah haji wukuf di Arafah, ada dua pendapat ulama dalam hal ini
القول الأول : أن يوم عرفة هو اليوم الذي يقف فيه الحجيج بعرفة ، وأن الناس تبع لهم في تحديد هذا اليوم ، وممن رجح هذا القول اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء برئاسة الشيخ عبد العزيز بن باز - رحمه الله - ، ولجنة الإفتاء المصرية ، و الشيخ فيصل مولوي ، والشيخ حسام الدين عفانة ، والشيخ عبد الرحمن السحيم - حفظهم الله - ، وآخرون
Pendapat pertama menyatakan bahwa hari Arafah adalah hari ketika para jamaah haji melakukan wukuf di Padang Arafah, dan bahwa sesungguhnya kaum muslimin mengikuti wukuf jamaah haji di Arafah dalam penentuan hari Arafah ini, alias hari Arafah kaum muslimin bertepatan dengan hari jamaah haji wukuf di Arafah, adapun yang menguatkan pendapat ini adalah Lajnah Daimah Lil Buhuts Al Ilmiyah Wal Ifta yang diketuai oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz -semoga Allah merahmatinya-, kemudian juga Lajnah Al Ifta Al Mishriyah, Syaikh Faishal Maulawiy, Syaikh Hisamuddin Afanah, Syaikh Abdurrahman As Sahim semoga Allah menjaga mereka semua, dan Syaikh-Syaikh lainnya.
Lalu apa dasar pendapat yang pertama ini? Adakah dalilnya? Tentu saja ada dasar argumentasi dan dalilnya! Para ulama tentu tidak sembarangan mengeluarkan kesimpulan hukum, beristimbath, dan berfatwa! Berikut diantara dalil-dalilnya yang dijelaskan di dalam kitab النور الساطع من أفق المطالع في تحديد يوم عرفة إذا اختلفت المطالع pada halaman 3 - 6 :
أن المقصود بيوم عرفة هو اليوم الذي يقف فيه الناس بعرفة ، وفي ذلك عدة أحاديث منها
Yang dimaksud hari Arafah adalah hari dimana para jamaah haji sedang melakukan wukuf di Arafah, ada beberapa dalil hadits diantaranya :
عن عطاء قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : ( أضحاكم يوم تضحون ) وأراه قال : ( وعرفة يوم تعرفون ) ، أخرجه البيهقي في " السنن الكبرى " ( 5 / 176 ) والشافعي في " الأم " ( 1 / 264 ) عن عطاء مرسلاً ، وصححه الألباني في " صحيح الجامع " ( 4224 )
Dari Atha berkata : Rasulullaah Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda : hari Idhul Adha adalah hari ketika kalian menyembelih udhiyah qurban, beliau menyampaikan dan hari Arafah adalah hari yang kalian ketahui, hadits riwayat Imam Al Baihaqi, Imam Syafii dari Atha secara mursal, dan dishahihkan oleh Syaikh Albani.
عن عبد العزيز بن عبد الله بن خالد بن أسيد قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( يوم عرفة اليوم الذي يعرف الناس فيه ) ، أخرجه الدارقطني في " سننه " ( 2/224 ) ، والبيهقي في " السنن الكبرى " ( 5 / 176 ) ، وقال : " هذا مرسل جيد أخرجه أبو داود في المراسيل "
Dari Abdul Aziz bin Abdullah bin Khalid bin Usaid berkata : Rasulullaah Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda : hari Arafah adalah hari yang sudah diketahui oleh kaum muslimin, hadits riwayat Imam Daraquthni, Imam Al Baihaqi dan Imam Al Baihaqi mengatakan hadits ini mursal jayyid yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud.
عن ابن المنكدر ، عن عائشة رضى الله عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( عرفة يوم يعرف الإمام ) ، أخرجه البيهقي في " السنن الكبرى " ( 5 / 175 ) ، قال ابن حجر في " التلخيص " : " تفرد به مجاهد قاله البيهقي ، قال : ومحمد بن المنكدر عن عائشة مرسل ، كذا قال ، وقد نقل الترمذي عن البخاري : أنه سمع منها
Dari Ibn Al Munkadir, dari 'Aisyah -semoga Allah meridhainya- berkata : Rasulullaah Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda : hari Arafah adalah hari yang ditetapkan oleh Imam/penguasa. hadits riwayat Imam Al Baihaqi.
Itu adalah diantara dalil hadits. Kemudian argumentasi berikutnya dari para ulama yang menyatakan bahwa hari Arafah adalah hari ketika para jamaah haji melakukan wukuf di Padang Arafah adalah :
مما يدل على أن المقصود بيوم عرفة هو اليوم الذي يقف فيه الناس بعرفة أنه أضيف الصوم إلى اليوم بعينه ، حيث قال
صلى الله عليه وسلم : ( صيام يوم عرفة ) ، أخرجه مسلم ( 1161 ) ، وغيره
Diantara yang menunjukkan bahwa yang dimaksud hari Arafah adalah hari ketika para jamaah haji melakukan wukuf di Padang Arafah yaitu disandarkannya puasa sunnah kepada hari Arafah ini secara hakikatnya, dimana Rasulullaah Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda : puasa hari Arafah, hadits riwayat Imam Muslim dan Imam lainnya.
وجه الدلالة : أنه أضاف الصيام إلى يوم عرفة ، وليس إلى اليوم التاسع ، ولم ينقل عنه صلى الله عليه وسلم أنه أضاف الصيام إلى اليوم التاسع ، فدل على أن هذه الإضافة معتبرة
Wajhud dalalah alias sisi pendalilannya adalah : bahwa sesungguhnya Rasulullaah Muhammad صلى الله عليه وسلم menyandarkan puasa sunnah ini ke hari Arafah dan bukan disandarkan kepada tanggal 9 Dzulhijjah, serta tidak ada nukilan riwayat bahwa Rasulullaah Muhammad صلى الله عليه وسلم menyandarkan puasa sunnah ini ke tanggal 9 Dzulhijjah, maka penyandaran puasa ke hari Arafah adalah jelas teranggap mu'tabar alias diterima.
Kemudian masih di kitab yang sama pada halaman 5 terdapat argumentasi berikutnya bahwa :
أن المسلمين قد أجمعوا إجماعاً عملياً منذ عشرات السنين على متابعة الحجاج فلا يجوز مخالفتهم في ذلك ، وقد نقل الشيخ حسام الدين عفانة عن الدكتور محمد سليمان الأشقر قوله : " إن المسلمين في جميع أقطار العالم الإسلامي قد أجمعوا إجماعاً عملياً منذ عشرات السنين على متابعة الحجاج في عيد الأضحى ولا يجوز لأي جهة أو مجموعة من الناس مخالفة هذا الإجماع "
Sesungguhnya ulama kaum muslimin telah berijmak/bersepakat dengan ijmak amali (secara praktek) sejak puluhan tahun yang lalu akan wajibnya mengikuti jamaah haji ketika wukuf di Arafah, maka tidak diperbolehkan kaum muslimin menyelisihi wukuf jamaah haji di Arafah, dan Syaikh Hisamuddin Afanah sungguh telah menukil pendapat dari Syaikh Doktor Muhammad Sulaiman Al Asyqar : sesungguhnya umat Islam di setiap negeri dan dunia Islam telah berijmak dengan ijmak amali alias secara praktek sejak puluhan tahun yang lalu akan wajibnya mengikuti jamaah haji ketika hari raya Idul Adha dan tidak diperbolehkan negeri Islam manapun & kelompok umat Islam manapun menyelisihi ijma kesepakatan ini.
و قال الشيخ عبد الرحمن السحيم : " .. ولا عبرة هنا باختلاف المطالع ؛ لأن الأمة تجتمع على أن يوم عرفة في ذلك اليوم الْمُحدَّد ، وعادة من يُخالف في ذلك لا يُخالف لأجل اختلاف مطالع ، بل لأمور سياسية
! ..."!!
Syaikh Abdurrahman As Sahim menyatakan : ikhtilaf al mathali tidak dianggap dalam pembahasan ini, karena sesungguhnya umat Islam bersatu/berhimpun ketika hari Arafah yang secara spesifik telah diketahui, dan biasanya terjadinya perbedaan penentuan hari Arafah bukan karena ikhtilaf al mathali alias perbedaan mathla namun karena perbedaan politik!!
Kemudian pendapat ini terkadang juga didukung hadits-hadits yang mengabarkan fadhilah atau keutamaan hari Arafah.
منها ما رواه مسلم ( 1348 ) وغيره عن عائشة رضي الله عنها قالت : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ما من يوم أكثر من أن يعتق الله فيه عبدا من النار من يوم عرفة ، وإنه ليدنو ثم يباهي بهم الملائكة فيقول ما أراد هؤلاء
Diantaranya adalah hadits riwayat Imam Muslim dan Imam lainnya dari Aisyah -semoga Allah meridhoi nya- berkata Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda : tidak ada suatu hari dimana Allah membebaskan lebih banyak hamba-NYA dari adzab api neraka kecuali pada hari Arafah dan Allah akan mendekat serta Allah membanggakan diri terkait para hamba-NYA itu dihadapan Malaikat dan Allah berkata : apa yang mereka inginkan?
وفي رواية لأحمد ( 8033 ) وابن حبان ( 3852 ) وغيرهما ، من حديث أبي هريرة : إن الله عز وجل ليباهي الملائكة بأهل عرفات ، يقول : انظروا إلى عبادي جاؤوني شعثا غبرا ، قال الهيثمي ( 3 / 253 ) : " رواه أحمد ورجاله رجال الصحيح " وصححه الألباني
Dalam hadits riwayat Imam Ahmad, Imam Ibn Hibban, dan Imam lainnya dari hadits Abu Hurairah : sesungguhnya Allah Ta'alaa berbangga terkait aktivitas jamaah haji di Arafah di hadapan Malaikat, Allah berkata kepada Malaikat : perhatikan oleh kalian para hamba-KU, mereka datang kepada-KU dengan rambut yang kusut dan berdebu. Imam Al Haitsami berkata bahwa hadits riwayat Imam Ahmad ini para pembawa sanadnya shahih, hadits ini juga dishahihkan oleh Syaikh Albani.
Dari dua hadits diatas kemudian dijelaskan wajhul istidlal alias sisi pendalilannya oleh penulis kitab
النور الساطع من أفق المطالع في تحديد يوم عرفة إذا اختلفت المطالع
ini, penulis menjelaskan :
أن الله عز وجل يدنو يوم عرفة دنواً يليق بجلاله ويباهي بأهل الموقف الملائكة ، وما ممن يوم أكثر من أن يعتق الله فيه عبدا من النار من هذا اليوم
Sesungguhnya Allah mendekat ke para hamba DENGAN MENDEKAT YANG LAYAK BAGI KEAGUNGAN ALLAH dan Allah juga membanggakan jamaah haji yang wukuf di Arafah di hadapan Malaikat, serta tidak ada suatu hari dimana Allah membebaskan lebih banyak hamba-NYA dari adzab api neraka kecuali pada hari Arafah ini.
ومن المعلوم أن المقصود بهذا اليوم وبلا شك هو يوم وقوف الناس بعرفة لا غيره ,والدنو والمباهاة وتغيظ الشيطان يكون في هذا اليوم لا غيره ، فيحمل فضل صيام يوم عرفة على هذا اليوم أي يوم وقوف الناس بعرفة
Dan sudah diketahui tanpa ada keraguan bahwa yang dimaksud hari tersebut adalah hari Arafah saat jamaah haji wukuf di Padang Arafah bukan yang lain, dan Allah mendekat kemudian berbangga-bangga, lalu syaithon yang tidak rela terkait aktivitas tersebut, semua ada pada hari Arafah bukan yang lain, maka keutamaan puasa Arafah harus dimaknai pada hari Arafah saat dimana umat Islam melakukan aktivitas wukuf di Arafah.
Demikianlah pendapat pertama dan argumentasinya.
Di tulisan berikutnya akan coba dipaparkan pendapat yang kedua beserta argumentasinya. Disertai harapan bahwa terkait khilafiyah fiqhiyyah ini bisa disikapi dengan saling tasamuh, toleransi, dan berlapang dada antara sesama kaum muslimin.
Semoga Allah senantiasa membimbing dan meridhoi kaum muslimin.
و الله تعالى أعلم بالصواب