Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Warung Makan Buka Pada Siang Hari Bulan Ramadhan, Bolehkah?


Yurifa Iqbal


Tidak kita pungkiri bahwa ada pihak-pihak yang diberi udzur tidak wajib puasa Ramadhan, semisal orang yang lanjut usia, sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh, wanita haid dan nifas, orang yang sakit, dan musafir yang semuanya tentu telah dibahas dengan detail oleh para fuqaha.

Lalu bagaimana perasaan anda saat menunaikan ibadah puasa bulan Ramadhan melihat ada orang makan dan minum di suatu warung makan atau restoran bahkan di pinggir jalan!?

Tepatkah alasan bahwa makanan dan minuman yang dijual adalah untuk non muslim yang tidak terkena kewajiban puasa Ramadhan? Lalu bagaimana jika dijual ke orang Islam yang tidak ada udzur untuk tidak berpuasa? Bolehkah?

Berikut penjelasan ringkas dari fuqaha.

Dalam kitab حاشية الجمل على شرح المنهج juz 3 halaman 92 disampaikan :

(وبيع نحو رطب) 
كعنب (لمتخذه مسكرا)

Jual beli kurma demikian pula anggur kepada orang yang akan menjadikannya minuman yang memabukkan.

(قوله وبيع نحو رطب إلخ) 
ومع كونه حراما فهو صحيح ومثل البيع كل تصرف يفضي إلى معصية كبيع أمرد ممن عرف بالفجور وأمة ممن يتخذها لغناء محرم وخشب لمن يتخذه آلة لهو وثوب حرير للبس رجل بلا نحو ضرورة وسلاح من نحو باغ وقاطع طريق ومثل ذلك إطعام مسلم مكلف كافرا مكلفا في نهار رمضان وكذا بيعه طعاما علم أو ظن أنه يأكله نهارا كما أفتى به الوالد - رحمه الله تعالى - لأن كلا من ذلك تسبب في المعصية وأعانه عليها بناء على تكليف الكفار بفروع الشريعة وهو الراجح

Pernyataan penulis kitab bahwa jual beli kurma dan seterusnya hukumnya haram meskipun jual beli nya sah, dan yang semisal dengan jual beli ini adalah setiap tasharuf alias tindakan ekonomi yang menghantarkan kepada maksiat hukumnya juga haram seperti jual beli budak amrad yang belum tumbuh jenggotnya yang diketahui bahwa pembeli akan berbuat cabul dengannya, demikian pula jual beli budak perempuan kepada orang yang akan menjadikan budak perempuan tersebut menyanyikan lagu-lagu yang haram, pun demikian menjual kayu kepada orang yang akan membuat alat musik, dan menjual pakaian sutera untuk dipakai laki-laki tanpa ada keperluan mendesak (darurat), dan menjual senjata kepada pemberontak dan begal jalanan, demikian juga yang semisal dengan ini adalah seorang muslim mukallaf memberi makan kepada orang kafir (non muslim) yang mukallaf di siang hari bulan Ramadhan, demikian pula menjual makanan kepada orang yang diketahui atau diduga akan mengkonsumsi makanan tersebut di siang hari bulan Ramadhan, sebagaimana difatwakan Al Walid -semoga Allah merahmatinya-, karena semua yang disebutkan itu menyebabkan orang lain terjatuh dalam kemaksiatan dan juga menolong orang lain berbuat maksiat berdasarkan pendapat terkuat (rajih) bahwa non muslim juga terbebani dengan taklif furu' syariah (seperti shalat, puasa, zakat, dan seterusnya).

Dari keterangan ini kita ketahui bahwa memberi makan kepada non muslim di siang hari bulan Ramadhan, pun demikian pula menjual makanan kepada orang yang diketahui atau diduga kuat akan memakan makanan tersebut di siang hari bulan Ramadhan, hukumnya haram dan menjadi sebab orang lain jatuh dalam kemaksiatan. Jika memberi makan termasuk menjual makanan kepada non muslim saja dihukumi haram maka bagaimana jika memberi makan dan menjual makanan kepada orang Islam yang tidak ada udzur yang otomatis terkena taklif kewajiban puasa Ramadhan? Tentu lebih tidak boleh lagi sebagaimana qaidah fiqih yang terdapat dalam kitab
شرح صحيح البخارى لابن بطال ٩/‏١٧٤ :

من أعان على معصية فهو شريك في الإثم

Siapa saja yang menolong orang lain bermaksiat, maka dia sama-sama berserikat dalam perbuatan dosa.

Masih dalam kitab حاشية الجمل على شرح المنهج juz 3 halaman 540 pada bahasan ijarah disampaikan :

ويؤيد ذلك ما صرحوا به من حرمة بيع الطعام للكافر في نهار رمضان مع أنا لا نتعرض له إذا وجدناه يأكل أو يشرب على ما مر

hal ini juga didukung oleh pernyataan tegas para fuqaha terkait haramnya jual beli makanan kepada orang kafir (non muslim) di siang hari bulan Ramadhan walaupun kita tidak boleh menantangnya (cari masalah, cari ribut) jika kita mendapatinya sedang makan atau minum sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

Redaksi diatas juga bisa kita temukan dalam kitab نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج ٥/‏٢٧٣, kemudian dalam kitab حاشية البجيرمي على شرح المنهج juz 3 halaman 170, dan dalam kitab 
  تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي ٦/‏١٣٧ 

Terakhir di dalam kitab الموسوعة الفقهية الكويتية juz 9 halaman 211 - 212 disampaikan :

بيع ما يقصد به فعل محرم

Jual beli yang dimaksudkan untuk melakukan perbuatan yang haram

ذهب الجمهور إلى أن كل ما يقصد به الحرام، وكل تصرف يفضي إلى معصية فهو محرم، فيمتنع بيع كل شيء علم أن المشتري قصد به أمرا لا يجوز

Jumhur fuqaha Al Malikiyah, Asy Syafi'iyyah, dan Al Hanabilah berpendapat bahwa sesungguhnya semua yang ditujukan untuk melakukan perbuatan haram serta semua tasharuf alias tindakan ekonomi yang menghantarkan kepada kemaksiatan maka hukumnya haram, oleh sebab itu terlarang lah setiap jual beli yang diketahui bahwa pembeli akan menggunakannya dalam perkara yang tidak diperbolehkan.

كما نص الشرواني وابن قاسم العبادي على منع بيع مسلم كافرا طعاما، علم أو ظن أنه يأكله نهارا في رمضان، كما أفتى به الرملي، قال: لأن ذلك إعانة على المعصية، بناء على أن الراجح أن الكفار مخاطبون بفروع الشريعة

Sebagaimana dijelaskan oleh Al 'Allaamah Asy Syarwani dan Al 'Allaamah Ibn Qasim Al Abbadi bahwa tidak boleh seorang muslim menjual makanan kepada non muslim yang diketahui atau diduga bahwa dia akan memakannya di siang hari bulan Ramadhan sebagaimana difatwakan Imam Ar Ramli yang menyatakan bahwa hal tersebut adalah tolong-menolong dalam kemaksiatan, berdasarkan pendapat terkuat (rajih) bahwa sesungguhnya non muslim juga mendapat khitab (diseru, diperintah) dengan taklif furu' syariah Islam.

Kesimpulannya adalah haram hukumnya memberi makan termasuk menjual makanan dan minuman kepada non muslim serta kepada orang yang diketahui atau diduga kuat akan memakannya di siang hari bulan Ramadhan, serta non muslim juga terkena taklif kewajiban furu' syariah. Pembahasan lebih detail terkait non muslim pun terkena taklif kewajiban furu' syariah dibahas di dalam kitab-kitab Ushul Fiqh.

Demikian keterangan para fuqaha -semoga Allah merahmati para fuqaha- yang terdapat dalam kitab-kitab mereka. Penulis hanya mengutip dan menukil dari kitab-kitab fuqaha tersebut.

Kepada pemilik warung makan atau restoran maka masih bisa untuk menghindari hukum haram tersebut diantaranya membuka warung makan nya di waktu menjelang buka puasa, atau jika buka di siang hari betul-betul memastikan bahwa pembeli makanan adalah orang yang ada udzur tidak berpuasa semisal wanita haid, nifas, dan udzur lainnya, jika bukan orang yang mendapat udzur maka tidak boleh ada jual beli, atau membuka warung makan setelah berbuka puasa sampai waktu sahur.

Semoga Allah mudahkan kita dalam melakukan amal-amal ketaatan. Semoga Allah memberkahi harta-harta kita.

نسأل الله السلامة و العافية

و الله المستعان

و الله تعالى أعلم بالصواب