Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makan & Minum Secara Sengaja Tanpa Udzur Di Siang Hari Bulan Ramadhan Wajib Bayar Kafarah Jimak, Benarkah?

 




Yurifa Iqbal

Terjadi perbedaan pendapat diantara para Imam Madzhab terkait apakah orang yang terkena taklif kewajiban puasa Ramadhan kemudian dia berbuka puasa tanpa ada udzur dengan makan & minum secara sengaja di siang hari bulan Ramadhan.

Di dalam kitab بداية المجتهد ونهاية المقتصد halaman 320 cetakan Ad Dar Al 'Alamiyah, salah satu kitab turats alias kitab klasik alias kitab kuning yang memuat perbandingan madzhab-madzhab fiqih dijelaskan sebagai berikut :

أما من أفطر بجماع متعمدا في رمضان، فإن الجمهور على أن الواجب عليه القضاء والكفارة

Adapun orang yang berbuka puasa/tidak puasa/membatalkan puasa dengan jimak alias berhubungan seks suami istri secara sengaja di siang hari bulan Ramadhan, maka jumhur fuqaha berpendapat wajib atasnya qadha puasa hari tersebut dan juga wajib atasnya kafarah.

لما ثبت من حديث أبي هريرة أنه قال:

Berdasarkan hadits yang valid dari Abu Hurairah -Radhiyallahu Anhu- dia berkata :

 «جاء رجل إلى رسول الله - ﷺ - فقال: هلكت يا رسول الله، قال: وما أهلكك؟ قال: وقعت على امرأتي في رمضان، قال: هل تجد ما تعتق به رقبة؟ قال: لا، قال: فهل تستطيع أن تصوم الشهرين متتابعين؟ قال: لا، قال: فهل تجد ما تطعم به ستين مسكينا؟ قال: لا، ثم جلس فأتي النبي - ﷺ - بعرق فيه تمر فقال: تصدق بهذا، فقال: أعلى أفقر مني؟ فما بين لابتيها أهل بيت أحوج إليه منا، قال: فضحك النبي - ﷺ - حتى بدت أنيابه ثم قال: اذهب فأطعمه أهلك»

Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Muhammad ﷺ dan laki-laki tersebut berkata : wahai Rasulullah celaka saya, Rasulullah ﷺ merespon : apa yang mencelakakan mu? laki-laki tadi menjawab : saya bersetubuh dengan istri saya di siang hari bulan Ramadhan, Rasulullah ﷺ berkata : apakah engkau memiliki sesuatu yang dengannya engkau dapat membebaskan budak? laki-laki tadi menjawab : tidak, Rasulullah ﷺ bertanya : apakah engkau sanggup berpuasa dua bulan berturut-turut? laki-laki tadi kembali menjawab : tidak, Rasulullah ﷺ bertanya : apakah engkau memiliki sesuatu yang dengannya engkau dapat memberi makan 60 orang miskin? kemudian laki-laki tadi menjawab : tidak, kemudian dia duduk lalu didatangkan lah kepada Rasulullah ﷺ satu keranjang besar yang berisi kurma lalu Rasulullah ﷺ berkata : bersedekahlah engkau dengan sekeranjang kurma ini, kemudian laki-laki tadi berkata : bersedekah kepada orang yang lebih faqir daripada saya? tidak ada keluarga di antara penduduk Madinah yang lebih memerlukan sedekah ini melainkan kamilah yang paling memerlukan nya, kemudian Rasulullah ﷺ tertawa sampai-sampai terlihat gigi taringnya, kemudian Rasulullah ﷺ berkata : pergilah dan berilah makan keluarga mu dengan sekeranjang kurma itu.

Inilah hadits yang mendasari jumhur fuqaha berpendapat wajib atasnya qadha puasa hari tersebut dan juga wajib atasnya kafarah ketika berhubungan suami istri di siang hari bulan Ramadhan dimana terdapat tiga macam kafarah yaitu : membebaskan budak, berpuasa dua bulan berturut-turut, dan memberi makan kepada 60 orang miskin.

Namun para Imam Madzhab berbeda pendapat apakah orang yang makan dan minum secara sengaja tanpa ada udzur di siang hari bulan Ramadhan juga terkena kewajiban kafarah ini?

Masih dalam kitab بداية المجتهد ونهاية المقتصد halaman 320 dan 321 cetakan Ad Dar Al 'Alamiyah disampaikan :

هل تجب الكفارة بالإفطار بالأكل والشرب متعمدا؟ فإن مالكا وأصحابه وأبا حنيفة وأصحابه والثوري وجماعة ذهبوا إلى أن من أفطر متعمدا بأكل أو شرب أن عليه القضاء والكفارة المذكورة في هذا الحديث. وذهب الشافعي وأحمد وأهل الظاهر إلى أن الكفارة إنما تلزم في الإفطار من الجماع فقط

Apakah wajib kafarah atas orang yang puasanya batal karena makan dan minum secara sengaja (tanpa ada udzur di siang hari bulan Ramadhan)? Imam Malik dan para Ashab Fuqaha Al Malikiyah, demikian pula Imam Abu Hanifah dan para Ashab Fuqaha Al Hanafiyah, Imam Ats Tsauri, serta sekelompok fuqaha berpendapat bahwa sesungguhnya siapa saja yang makan dan minum secara sengaja (di siang hari bulan Ramadhan tanpa udzur) wajib atasnya qadha puasa hari tersebut dan juga kafarah sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits. Adapun Imam Asy Syafi'i, Imam Ahmad, dan Zhahiriyah berpendapat bahwa sesungguhnya kafarah hanyalah diwajibkan kepada orang yang batal puasanya karena melakukan jimak/berhubungan seks suami istri saja.

Mengapa para Imam Mujtahidin ini berbeda pendapat? Apa yang mendasarinya padahal hadits yang dijadikan hujjah sama? Jawabannya adalah illah (الباعث على تشريع الحكم, alasan atas disyariatkan nya suatu hukum)!

Dijelaskan secara singkat di dalam kitab شرح المنظومة السعدية في القواعد الفقهية halaman 139 cetakan Darul Isybilia :

فالمالكية و الحنفية يقولون : علة وجوب الكفارة هي انتهاك حرمة الشهر، فمن أكل متعمدا عندهم وجبت عليه الكفارة

Fuqaha Al Malikiyah dan Al Hanafiyah berpendapat bahwa illah wajibnya kafarah atas orang yang puasanya batal karena makan dan minum secara sengaja (tanpa ada udzur di siang hari bulan Ramadhan) adalah karena menodai kehormatan bulan Ramadhan, maka siapa saja yang makan minum secara sengaja tanpa ada udzur wajib menunaikan kafarah.

و الشافعية و الحنابلة يقولون : العلة هي الجماع في نهار رمضان، فحينئذ من أكل أو شرب متعمدا لا تجب عليه الكفارة عندهم

Adapun fuqaha Asy Syafi'iyyah dan Al Hanabilah berpendapat illah wajibnya kafarah adalah karena jimak berhubungan seks suami istri di siang hari bulan Ramadhan, maka dari itu siapa saja yang makan atau minum secara sengaja tanpa ada udzur di siang hari bulan Ramadhan tidak wajib menunaikan kafarah.

Sekali lagi illah inilah yang membedakan produk hukum antara para fuqaha -semoga Allah merahmati mereka- terkait pembahasan ini.

Penjelasan ini secara singkat juga dapat kita temukan dalam kitab الفقه الإسلامي وأدلته juz 3 halaman 1733, kitab fiqih perbandingan madzhab kontemporer, disampaikan :

أن الجماع في نهار رمضان موجب للقضاء والكفارة والإمساك بقية النهار، وكذلك الأكل والشرب عمدًا عند الحنفية و المالكية خلافًا لغيرهم قياسًا على الجماع، بجامع انتهاك حرمة الشهر

Sesungguhnya jimak berhubungan seks suami istri di siang hari bulan Ramadhan mewajibkan qadha puasa hari tersebut, kafarah, serta imsak menahan diri dari segala pembatal puasa di sisa hari tersebut, demikian pula wajib melakukan qadha, kafarah, dan imsak bagi orang yang makan dan minum secara sengaja tanpa udzur di siang hari bulan Ramadhan menurut pendapat Al Hanafiyah dan Al Malikiyah, namun tidak menurut Asy Syafi'iyyah dan Al Hanabilah karena diqiyaskan kepada jimak yang mencakup penodaan terhadap kehormatan bulan Ramadhan.

Meskipun mereka para imam mujtahidin dan fuqaha berbeda pendapat, tetap tidak ada alasan bagi kita umat Islam untuk tidak mengerjakan kewajiban puasa Ramadhan. Siapa saja yang tidak berpuasa Ramadhan tanpa udzur maka sungguh dia telah melakukan dosa besar! Imam Adz Dzahabi dalam kitab الكبائر halaman 37 menggolongkan dosa ini sebagai dosa besar keenam! 

الكبيرة السادسة إفطار يوم من رمضان بلا عذر

dosa besar keenam adalah tidak berpuasa di hari bulan Ramadhan tanpa udzur.

نعوذ بالله من ذلك

Dalam kitab فقه السنة juz 1 halaman 434 disampaikan :

قال الذهبي: وعند المؤمنين مقرر: أن من ترك صوم رمضان بلا مرض، أنه شر من الزاني، ومدمن الخمر، بل يشكون في إسلامه، ويظنون به الزندقة و الانحلال

Imam Adz Dzahabi berkata : orang-orang yang beriman itu memiliki standar : bahwa siapa saja orang yang tidak berpuasa Ramadhan bukan karena sakit maka dosanya lebih buruk dari dosa pezina dan pecandu khamar, bahkan orang tersebut diragukan status keislamannya bahkan tertuduh sebagai munafik dan kufur.

Nasehat kami, janganlah kita melalaikan kewajiban puasa fardhu Ramadhan ini. Berusahalah untuk tetap bisa menjalankan puasa fardhu Ramadhan selagi tidak memiliki udzur.

Demikian pembahasan ringkas terkait hal ini. Semoga bermanfaat.

و الله تعالى أعلم بالصواب