Ketika Shubuh Dalam Keadaan Junub, Sahkah Puasanya?
Yurifa Iqbal
Bisa jadi seseorang bangun dari tidurnya di waktu fajar shubuh dalam keadaan junub, entah itu karena ihtilam alias mimpi basah sehingga keluar air mani atau bagi yang sudah menikah karena telah berhubungan seks alias berhubungan suami istri.
Bagaimana jika hal tersebut terjadi di bulan Ramadhan? Dalam artian dia mendapati waktu shubuh di suatu hari bulan Ramadhan dalam keadaan junub. Sahkah puasanya?
Sebelumnya perlu diketahui bahwa pada malam bulan Ramadhan diperbolehkan untuk berhubungan suami istri, tentu saja kebolehan ini adalah bagi yang sudah menikah. Terdapat penjelasan ringkas terkait hal ini di dalam kitab إبانة الأحكام شرح بلوغ المرام juz 1 halaman 560 cetakan Ad Dar Al 'Alamiyah :
إباحة وطء الزوجة في ليلة الصوم إلى طلوع الفجر
Boleh hukumnya berhubungan suami istri di malam bulan Ramadhan sampai terbit fajar shadiq.
Artinya setelah fajar shadiq yang ditandai masuknya waktu shubuh dengan berkumandangnya adzan shubuh maka tidak diperbolehkan melakukan berbagai macam pembatal-pembatal puasa baik itu makan, minum, serta berhubungan suami istri.
Kemudian bagi yang sudah berhubungan suami istri atau bagi yang ihtilam/mimpi basah dan mendapati waktu shubuh di suatu hari bulan Ramadhan dalam keadaan junub apakah puasanya sah?
Di dalam kitab الموسوعة الفقهية الكويتية juz 16 halaman 55 disampaikan :
يصح من الجنب أداء الصوم بأن يصبح صائما قبل أن يغتسل¹ فإن عائشة وأم سلمة قالتا: نشهد على رسول الله ﷺ أن كان ليصبح جنبا من غير احتلام ثم يغتسل ثم يصوم²
Puasa orang yang dalam keadaan junub sah dimana gambarannya dia mendapati waktu shubuh atau waktu pagi dalam keadaan puasa sebelum mandi junub (alias belum mandi junub), sesungguhnya Aisyah dan Ummu Salamah berkata : kami menyaksikan Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم bangun di waktu shubuh (mendapati waktu shubuh) dalam keadaan junub yang bukan berasal dari ihtilam alias mimpi basah, kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم mandi kemudian berpuasa.
Catatan kaki nomor 1 :
(1) البدائع 1 / 38، والمغني 3 / 109، والمهذب 1 / 188 - 189، وجواهر الإكليل 1 / 152 - 153
Catatan kaki nomor 2 :
2) حديث: " أن عائشة وأم سلمة قالتا: نشهد على رسول الله ﷺ إن كان ليصبح جنبا من غير احتلام ثم يغتسل ثم يصوم " أخرجه البخاري (الفتح 4 / 153 - ط السلفية) .
(3) البدائع 1 / 263، والشرح الصغير 1 / 182، والمهذب 1 / 118، والمغني 2 / 307
Lalu di dalam kitab إبانة الأحكام شرح بلوغ المرام juz 1 halaman 560 cetakan Ad Dar Al 'Alamiyah juga disampaikan :
صحة صوم من أصبح جنبا و عدم قضاء ذلك اليوم
Sah puasa orang yang mendapati waktu shubuh dalam keadaan junub dan tidak ada qadha puasa hari itu.
جواز تأخير الغسل من الجنابة للصائم إلى ما بعد طلوع الفجر
والأفضل التعجيل بالغسل قبل الفجر
Boleh mengakhirkan mandi janabah bagi orang yang berpuasa hingga setelah terbitnya fajar, dan yang afdhol (yang utama) adalah menyegerakan mandi janabah sebelum terbit fajar.
Nah, dari keterangan ringkas tersebut dapat kita ketahui bahwa bagi siapapun yang mendapati waktu shubuh atau waktu terbitnya fajar dalam keadaan junub entah itu disebabkan hubungan seks suami istri atau karena ihtilam mimpi basah dan dia berpuasa Ramadhan maka puasanya sah, dan dia boleh mengakhirkan mandi janabah hingga setelah terbitnya fajar meskipun yang lebih utama adalah menyegerakan mandi janabah sebelum terbit fajar agar bisa menunaikan shalat fardhu shubuh di awal waktu.
Demikian pembahasan ringkas terkait hal ini. Semoga bermanfaat.
و الله تعالى أعلم بالصواب