Masuk Sebagian, Puasa Batal Dan Tidak Batal, Benarkah? Mengapa Begitu?
Yurifa Iqbal
In syaa Allaah sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan tahun 1443 H, tentu sebagai seorang Muslim akan senatiasa mempersiapkan diri dalam memasuki bulan Ramadhan, salah satunya adalah persiapan ilmu.
Lalu apa maksud dari judul tulisan ini? In syaa Allaah tulisan ringkas ini akan mencoba menjelaskan maksudnya.
Di dalam kitab متن أبي شجاع المسمى الغاية والتقريب yang merupakan salah satu kitab fiqih yang sangat masyhur dalam madzhab Asy Syafiiyah dijelaskan salah satu pembatal puasa :
والذي يفطر به الصائم عشرة أشياء
Ada 10 hal yang membuat puasa seorang Muslim menjadi batal
الخامس : الوطء عمدا في الفرج
Pembatal kelima : bersetubuh/bersenggama secara sengaja di kemaluan.
Nah, terkait masuk sebagian yang menjadikan puasa batal dan tidak batal itu ada dalam keterangan kitab حاشية الباجوري juz 2 halaman 420 cetakan Darul Minhaj, dalam kitab tersebut dinyatakan :
ولا يفطر إلا بإدخال كل الحشفة أو قدرها من فاقدها، فلا يفطر بإدخال بعضها بالنسبة للواطئ,
و أما الموطوء فيفطر بإدخال البعض، لأنه قد وصلت عين جوفه فهو من هذا القبيل لا من قبيل الوطء
Puasa tidaklah batal kecuali dengan dimasukkannya seluruh hasyafah (kepala dzakar) atau seukuran hasyafah bagi orang yang kehilangan hasyafah (karena terpotong atau cacat) ke dalam kemaluan pasangannya, maka puasa tidaklah batal jika yang dimasukkan hanya sebagian hasyafah, ini berkaitan dengan orang yang memasukkan hasyafah (menyetubuhi), adapun berkaitan dengan orang yang dimasuki hasyafah (disetubuhi), maka puasanya batal meskipun hasyafah yamg dimasukkan hanya setengah/sebagian, dikarenakan masuknya ain (zat benda) ke dalam rongga tubuhnya, maka puasanya batal karena sebab masuknya ain (zat benda) ke dalam rongga tubuh ini, bukan sebab bersetubuh.
Dari sini terjawab sudah bahwa jika hasyafah yang dimasukkan hanya sebagian maka puasa yang menyetubuhi tidak batal akan tetapi puasa yang disetubuhi batal.
Kemudian masih dalam kitab حاشية الباجوري juz 2 di halaman 436 cetakan Darul Minhaj dijelaskan :
قوله (وطئ) أي غيب جميع الحشفة أو قدرها من فاقدها وإن لم ينزل بخلاف تغييب بعض ذلك فلا كفارة فيه لعدم فطره
Adapun lafazh wathia yang artinya bersetubuh maknanya adalah menghilangkan seluruh bagian hasyafah (kepala dzakar) atau seukuran hasyafah bagi orang yang kehilangan hasyafah (karena terpotong atau ada cacat) ke dalam kemaluan pasangannya meskipun tidak keluar sperma (air mani), berbeda hukumnya jika hasyafah yang masuk ke dalam kemaluan pasangannya hanya sebagian saja, maka tidak ada kafarah karena puasanya tidak batal.
Adapun terkait kafarah membatalkan puasa Ramadhan karena bersetubuh di siang hari telah dijelaskan misalnya dalam kitab فتح الإله المالك على عمدة السالك و عدة الناسك halaman 330 - 331 :
يلزم من فسد صومه في رمضان بالجماع مع القضاء الكفارة، وهي
عتق رقبة مؤمنة، سليمة من العيوب المضرة، فإن لم يجد فصيام شهرين متتابعين، فإن لم يستطع فإطعام ستين مسكينا، فإن عجز ثبت في ذمته، ولا يجب على الموطوءة كفارة
Wajib hukumnya untuk menunaikan kafarah beserta qadha puasa bagi orang yang merusak puasa Ramadhan dengan bersetubuh di siang hari, kafarah nya adalah membebaskan budak yang beriman yang tidak memiliki cacat yang menghalanginya bekerja, jika dia tidak mendapati budak yang beriman tersebut, maka wajib berpuasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu berpuasa dua bulan berturut-turut maka wajib memberikan makan 60 orang miskin (setiap satu orang miskin mendapatkan satu mud), jika tidak mampu melakukan hal-hal tersebut maka kafarah tidak gugur darinya dan tetap ada dalam tanggungannya, dan kafarah tidak wajib atas pasangan yang disetubuhi (dimasuki hasyafah).
Lalu jika suami bersetubuh dengan istrinya pada pagi hari bulan Ramadhan kemudian dia ulangi lagi bersetubuh dengan istrinya pada siang hari, apakah suami harus membayar kafarah sebanyak dua kali?
Jawabannya ada dalam keterangan kitab حاشية الباجوري juz 2 halaman 436 berikut ini :
ولو وطيء في يومين لزمه كفارتان بل ولو وطيء في جميع أيام رمضان لزمه كفارات بعددها لأن صوم كل يوم عبادة مستقلة، فلا تتداخل كفاراتها سواء كفر عن الوطء الاول قبل الثاني أم لا، لا بتكرار الوطء في يوم واحد ولو بأربع زوجات
Seandainya seorang suami bersetubuh dengan istrinya dua hari (yang berbeda) maka wajib atas suami menunaikan dua kali kafarah, bahkan jika dia bersetubuh di seluruh siang hari bulan Ramadhan, maka wajib atasnya kafarah sesuai dengan jumlah bilangan hari, karena puasa di setiap hari bulan Ramadhan adalah ibadah yang independen (tidak ada hubungan antara hari-hari di bulan Ramadhan), sehingga tidak ada kaitan antara satu kafarah dengan kafarah lainnya, baik dia menunaikan kafarah bersetubuh yang pertama sebelum yang kedua atau tidak, tidak juga berulang nya persetubuhan di satu hari yang sama meskipun persetubuhan itu dilakukan dengan empat orang istri.
Maa syaa Allaah, sedemikian detail dan canggihnya para Fuqaha kita menjelaskan hukum Fiqih kepada kita umat Islam. Semoga Allah merahmati mereka para Fuqaha yang atas jasa mereka kita mengetahui Syariat Islam yang mulia ini.
Maka dari keterangan ini jelaslah bahwa jika suami bersetubuh dengan istrinya pada pagi hari bulan Ramadhan kemudian dia ulangi lagi bersetubuh dengan istrinya di siang hari, kafarah yang wajib ditunaikan hanya sekali, dengan jenis kafarah yang juga telah disampaikan sebelumnya.
Terakhir, sudah selayaknya ketika bulan Ramadhan nanti seorang muslim, seorang suami lebih fokus untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya agar output yang dikehendaki dari bulan Ramadhan tercapai yaitu menjadi insan yang bertaqwa.
Semoga Allah mudahkan kita dalam melakukan amal-amal ketaatan wabil khusus di bulan Ramadhan nanti.
والله تعالى أعلم بالصواب