Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membuat Bangunan Diatas Kuburan, Bolehkah?






Yurifa Iqbal

Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika melihat gambar diatas? Tentu sebagai seorang muslim kita akan bertanya apakah diperkenankan membuat kuburan seperti itu? Apakah ada keterangan dalam kitab-kitab para Fuqaha kaum muslimin?

Tulisan ringkas ini akan mencoba untuk menjelaskan pembahasan ini dengan merujuk ke kitab-kitab Fuqaha Syafiiyah.


Dalam kitab كفاية الأخيار في حل غاية الاختصار halaman 243 cetakan Darul Faiha disampaikan :

ويرفع القبر قدر شبر فقط، ليعرف فيزار ويحترم. روى ابْن حبان في صحيحه : أن قبره ﷺ كذلك، والصحيح : أن تسطيحه أفضل من تسنيمه

Kuburan ditinggikan sekadar ukuran sejengkal tangan agar kuburan bisa diketahui, diziarahi, dan dihormati. Imam Ibnu Hiban meriwayatkan dalam kitab Shahihnya bahwa sesungguhnya kuburan Rasulullaah Muhammad صلى الله عليه و سلم seperti itu, dan yang shahih dalam madzhab Imam Asy Syafii adalah meratakan kuburan lebih afdhol daripada meninggikan kuburan.

 روي : أن قبره ﷺ  وقبر أبي بكر الصديق والفاروق رضي الله عنهما  كذلك. رواه أبو داود و الحاكم و قال : صحيح الإسناد

Telah diriwayatkan bahwa sesungguhnya demikianlah bentuk kuburan Rasulullaah Muhammad صلى الله عليه و سلم, demikian pula kuburan Abu Bakar Ash Shiddiq & Umar Bin Khattab Al Faruq semoga Allah meridhoi keduanya juga seperti itu. Imam Abu Dawud dan Imam Al Hakim telah meriwayatkan hadits terkait ini dan Imam Al Hakim berkata sanad haditsnya shahih.

Demikianlah penjelasan terkait bentuk dan kondisi kuburan yang afdhol dalam madzhab Imam Syafii.

Kemudian terkait membangun bangunan diatas kuburan bagaimana hukumnya?

Dalam kitab فيض الإله المالك في حل ألفاظ عمدة السالك و عدة الناسك juz 1 halaman 460 terbitan Dar Umar Bin Al Khattab dijelaskan :

و كره بناء على القبر كقبة أو بيت للنهي عنه رواه الترمذي، و قال : حسن صحيح، قال النووي : ينظر في البناء على المقبرة، فإن كانت مسبلة حرم. قال أصحابنا : و يجب هدم هذا البناء بلا خلاف

Dan dimakruhkan membangun sesuatu diatas kuburan seperti membangun kubah atau rumah dikarenakan ada larangan terkait hal tersebut sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam At Tirmidzi dan Imam At Tirmidzi menyatakan haditsnya hasan shahih, Imam An Nawawi menyatakan : membangun bangunan diatas kuburan harus dilihat, jika dibangun diatas kuburan umum (musabbalah, tanah pekuburan yang sudah didermakan, diinfaqkan, diwakafkan di jalan Allah) maka hukumnya haram. Pendapat fuqaha madzhab kami Imam Syafii adalah penguasa wajib untuk melenyapkan, menghancurkan bangunan tersebut tanpa ada perselisihan.

Kemudian dalam kitab حاشية الشيخ إبراهيم البيجوري juz 1 halaman 491 cetakan DKI Beirut disampaikan dengan lebih jelas lagi :

ولا يبنى عليه, فيكره البناء عليه إن كان في غير نحو المقبرة المسبلة للدفن فيها و إلا حرم سواء كان فوق الأرض أو في باطنها

Dan tidak dibangun bangunan diatas kuburan, maka makruh hukumnya membangun bangunan diatas kuburan yang bukan pekuburan umum (fi ghairi nahwil maqbaratil musabbalah) yang mayat dimakamkan disana, dan jika bangunan didirikan diatas tanah pekuburan umum maka hukumnya haram entah itu bangunan diatas tanah atau di dalam tanah.

فيجب على الحاكم هدم جميع الأبنية التي في القرافة المسبلة للدفن فيها

Maka penguasa wajib untuk melenyapkan, menghancurkan semua bangunan yang ada di tanah pekuburan umum yang mayat dimakamkan disana,

و هي التي جرت عادة أهل البلد بالدفن فيها لأنه يضيق على الناس و لا فرق بين أن يكون البناء قبة أو بيتا أو مسجدا أو غير ذلك، ومنه الأحجار المعروفة بالتركيبة

Dan pekuburan umum itu adalah tanah yang memang sudah menjadi kebiasaan penduduk suatu wilayah memakamkan mayat, maka membangun bangunan akan menyempitkan, membatasi orang-orang, dan tidak ada bedanya bangunan kuburan itu entah berupa kubah, atau rumah, atau Masjid, atau yang lainnya, diantaranya adalah batu-batuan pualam/marmer yang sudah makruf dikenal.

نعم، استثناها بعضهم للأنبياء و الشهداء و الصالحين و نحوهم

Benar, ada pengecualian, sebagian ulama mengecualikan kuburan para Nabi, para Syuhada, orang-orang shaleh, dan semisalnya.

Berarti dari pengecualian ini dapat dipahami bahwa hukum membangun bangunan diatas atau disekitar kuburan para Nabi, Syuhada, orang-orang shaleh dan semisalnya tidak makruh dan tidak haram.

Mengapa ada pengecualian seperti ini? Apa alasannya? Dalam kitab حاشية إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين juz 2 halaman 218 cetakan Darul Kutub Al Islamiyah disampaikan :

وقال البجيرمي: واستثنى بعضهم قبور الأنبياء والشهداء والصالحين ونحوهم

Al Allaamah Al Bujairami mengatakan : sebagian ulama mengecualikan kuburan para Nabi, Syuhada, orang-orang shaleh, dan semisalnya.

وعبارة الرحماني : نعم، قبور الصالحين يجوز بناؤها ولو بقبة لإحياء الزيارة والتبرك

Dalam ungkapan Ar Rahmani : benar, kuburan orang-orang shaleh boleh untuk didirikan bangunan meskipun berupa kubah untuk menghidupkan ziarah kubur serta bertabarruk mengambil berkah.

Nah demikianlah pembahasan ringkas terkait hal ini, jadi dari penjelasan para ulama ini bisa kita pahami hukum asalnya makruh mendirikan bangunan diatas kuburan jika di tanah milik pribadi alias bukan pekuburan umum, dan haram hukumnya jika di tanah pekuburan umum serta penguasa wajib menghancurkannya, namun ada pengecualian untuk kuburan para Nabi, Syuhada, dan orang-orang shaleh hukumnya boleh, tentu para ulama juga masuk dalam kriteria orang-orang shaleh ini bahkan lebih layak, lebih utama dan lebih afdhol, agar umat Islam bisa mengenal dan menziarahinya.

Semoga bermanfaat.

والله تعالى أعلم بالصواب