Al Faqih, Siapakah?
Yurifa Iqbal
Seringkali kita membaca atau mungkin mendengar atau bisa jadi mengungkapkan kata Al Faqih. Misalnya ketika kita membaca kitab-kitab Ushul Fiqih, meskipun kitab dasar, maka senantiasa ada penjelasan makna Al Faqih.
Dalam kitab حصول المسرات ببيان مهمات مسائل الورقات di halaman 8 karya Syaikh Doktor Labib Najib, dijelaskan makna Al Faqih :
ويؤخذ من هذا التعريف أن الفقيه هو من يعرف الأحكام الشرعية بطريق الاجتهاد، فالفقيه هو المجتهد، ومن ليس كذلك فهو مقلد، وهذا بناء على أن جملة (التي طريقها الاجتهاد) صفة للمعرفة.
Dan dari definisi ini dapat diketahui bahwa Al Faqih adalah orang yang mengetahui hukum-hukum Syariah dengan metode Ijtihad, maka Al Faqih itu adalah seorang Mujtahid, dan selain mereka statusnya adalah muqallid. Ini didasarkan pada kalimat yang metodenya adalah ijtihad (التي طريقها الاجتهاد) yang frase ini merupakan sifat bagi makrifat (صفة للمعرفة).
و(الألف واللام) في "الأحكام" للاستغراق، والمراد أنَّ الفقيه يطلق على من يعرف جميع الأحكام الشرعية إما بالفعل أو بالقوة القريبة من الفعل، أي تهيؤه واستعداده للعلم بالجميع؛ لأهليته للاجتهاد.
Dan Alif Lam pada kata Al Ahkam (الأحكام) maknanya adalah keseluruhan (للاستغراق), dan sesungguhnya lafazh Al Faqih itu disematkan kepada orang yang mengetahui keseluruhan hukum-hukum Syariah dengan fiil (بالفعل), maksudnya real benar-benar mengetahui atau dengan kemampuan serta potensi kuat untuk mengetahui nya, yaitu punya kesiapan dan persiapan untuk mengetahui ilmu secara keseluruhan yang berarti adalah kelayakan untuk berijtihad.
Dalam kitab المدخل إلى أصول الفقه terbitan Dar Adh Dhiya Kuwait halaman 20 disampaikan bahwa :
الفقيه هو المجتهد وهو المستفيد للأحكام الفقهية من الدلائل فهو العارف بالدلائل الإجمالية وبالمرجحات التي بها يعرف ما هو الدليل المفيد للحكم الفقهي من الأدلة التفصيلية عند تعارضها و يكون متصفا بصفات المجتهد المعبر عنها بشروط الاجتهاد.
Al Faqih itu adalah seorang Mujtahid yaitu orang yang mampu menyimpulkan hukum-hukum Fiqih dari dalil-dalil dan memahami/mengetahui dalil-dalil ijmaliy serta hal-hal yang bisa digunakan untuk mentarjih alias mengunggulkan diantara dalil-dalil yang ada tersebut (المرجحات) dan dengannya Al Faqih dapat memahami dalil yang akan memberikan faedah hukum fiqih dari dalil-dalil terperinci ketika terjadi pertentangan antar dalil dan dia disifati dengan sifat-sifat Mujtahid yang disebutkan dalam syarat-syarat ijtihad.
Setidaknya kalau melihat pengertian Al Faqih dalam dua kitab diatas, maka Al Faqih itu tidak lain adalah Mujtahid yang mampu menyimpulkan hukum dari dalil. Apalagi memang menurut Ushuliyun, istilah Al Faqih adalah untuk orang yang memiliki malakah atau kemampuan istimbath dan mampu untuk mengistimbath (menggali) hukum-hukum Syariah dari dalil-dalil terperinci. Sehingga orang yang menukil, atau mengutip, atau menyalin berbagi ibarat dari kitab-kitab para ulama tidak disebut dengan Faqih.
Adapun definisi Al Faqih sebagaimana dalam kitab معجم لغة الفقهاء terbitan دار النفائس halaman 318 adalah sebagai berikut :
الفقيه : العالم بالأحكام الشرعية العملية من الحل والحرمة والصحة والفساد = من اتصف بالفقاهة
Faqih adalah orang yang memahami atau mengilmui hukum-hukum Syara' Amali alias praktis baik itu halal, haram, sah, fasad = orang yang disifati dengan kefaqihan (الفقاهة).
Sementara jika kita melihat makna faqohah dalam kitab yang sama halaman 317 kita jumpai maknanya adalah :
الفقاهة : صار فقيها .
ملكة يستطيع بها الإنسان إدراك مقاصد الشريعة واستنباط الأحكام العملية من أدلتها
التفصيلية
Faqohah adalah menjadi Faqih, seseorang yang memiliki malakah alias kemampuan untuk memahami Maqashid Syariah, mengistimbath atau menggali hukum-hukum Amali dari dalil-dalil yang terperinci.
Jadi sekali lagi, kesimpulannya Faqih adalah orang yang memiliki malakah atau kemampuan istimbath hukum-hukum Syariah langsung dari dalil-dalil terperinci.
Apakah ada perbedaan makna Al Faqih?
Ya, ada, makna Al Faqih menurut ahli Fiqih berbeda dengan makna Al Faqih menurut ahli Ushul, hal ini dapat kita temukan misalnya dalam kitab الموسوعة الفقهية juz 1 halaman 14 - 15 ketika membahas makna Fiqih, disampaikan dalam kitab tersebut sebagai berikut :
فالفقيه عندهم لا يجب أن يكون مجتهدا كما هو رأي الأصوليين.
Maka Al Faqih menurut Fuqaha alias ahli fiqih tidak mesti/tidak harus seorang mujtahid sebagaimana pendapat para ahli ushul.
وتكلموا في المقدار الأدنى الذي يجب أن يحفظه الشخص حتى يطلق عليه لقب فقيه. وانتهوا إلى أن هذا متروك للعرف. ونستطيع أن نقرر أن عرفنا - الآن - لا يطلق لقب " فقيه " إلا على من يعرف موطن الحكم من أبواب الفقه المتناثرة بحيث يسهل عليه الرجوع إليه.
Para ahli fiqih sudah menyampaikan ukuran minimal yang wajib atas seseorang untuk menjaganya sampai disematkan kepadanya label seorang Faqih. Dan mereka sampai pada kesimpulan bahwa label ini diserahkan kepada urf atau kebiasaan atau adat. Dan dapat kita tetapkan bahwasanya kebiasaan atau adat kita sekarang adalah seseorang tidaklah disematkan label Faqih kecuali dia memahami/mengetahui letak posisi hukum dari berbagai bab fiqih yang ada dalam disiplin ilmu fiqih sehingga mudah baginya untuk merujuknya (ketika diperlukan).
وقد شاع بين عوام بعض البلاد الإسلامية إطلاق لفظ فقيه على من حفظ القرآن وإن لم يعرف له معنى.
Dan sungguh telah tersebar di kalangan awam sebagian negeri-negeri Islam bahwa sebutan Faqih ini adalah untuk orang yang menghafal Al-Qur'an Al Karim meskipun dia tidak mengetahui maknanya.
واتفق الفقهاء على أن " فقيه النفس " لا يطلق إلا على من كان واسع الاطلاع قوي النفس والإدراك، ذا ذوق فقهي سليم وإن كان مقلدا.
Dan ahli Fiqih juga telah sepakat bahwa Faqih An Nafs tidaklah disematkan kecuali atas orang yang luas penelaahan nya terhadap ilmu, kokoh pribadinya dan pemahamannya, punya dzauq fiqih (daya rasa fiqih atau cita rasa fiqih) yang baik meskipun dia seorang muqallid.
Jadi dari keterangan ini dapat kita pahami bahwa ada perbedaan makna Faqih menurut ahli ushul dan ahli fiqih, dimana standar ahli fiqih untuk bisa disematkan label Faqih tidak seberat standar ahli ushul sebagaimana yang telah dinyatakan.
Demikianlah pembahasan ringkas terkait makna Al Faqih ini. Semoga bermanfaat.
والله تعالى أعلم بالصواب