Berqurban Untuk Orang Yang Sudah Meninggal Menurut Fuqaha Asy Syafi'iyyah
Yurifa Iqbal
Ini termasuk pembahasan yang sering ditanyakan oleh kaum muslimin. Kita asumsikan ada seorang anak yang sangat mencintai ayahnya, dan ketika Idul Adha sang anak ingin berqurban untuk ayahnya yang tercinta. Dalam hal ini bagaimana pandangan Fuqaha Asy Syafi'iyyah?
Di dalam kitab المنهاج القويم على المقدمة الحضرمية terbitan دار الكتب العلمية halaman 308 tertulis :
ولا يضحي أحد عن حي بلا إذنه ولا عن ميت لم يوص
Dan seseorang tidak boleh berqurban untuk orang yang masih hidup tanpa seizinnya dan tidak boleh pula seseorang berqurban untuk orang yang sudah meninggal tanpa ada wasiat dari orang yang meninggal tersebut.
Keterangan yang hampir sama dapat juga kita temukan dalam kitab إعانة الطالبين terbitan دار الكتب الإسلامية juz 2 halaman 590 sebagai berikut :
ولا يضحي أحد عن غيره بلا إذنه في الحي وبلا إيصائه في الميت. فإن فعل ولو جاهلا لم يقع عنه ولا عن المباشر
Dan seseorang tidak boleh berqurban untuk orang lain yang masih hidup tanpa seizinnya dan tidak boleh pula seseorang berqurban untuk orang yang sudah wafat tanpa ada wasiat sebelumnya dari orang yang meninggal tersebut. Jikalau qurban untuk mereka tetap dilakukan oleh seseorang tersebut meskipun dia sebetulnya dalam kedaaan tidak mengetahui bahwa hukumnya terlarang/tidak sah, maka tidak teranggap sebagai qurban baik untuk orang yang sudah meninggal maupun bagi orang yang melakukannya.
Namun ternyata ada juga pendapat dalam madzhab Imam Asy Syafi'i yang mengatakan qurban untuk orang yang sudah meninggal tetap sah meskipun tanpa ada wasiat sebelumnya. Di dalam kitab المعتمد في الفقه الشافعي terbitan دار القلم juz 2 halaman 490 dijelaskan :
ولا تصح التضحية عن ميت لم يوص بها فإن أوصى جاز، وقيل : تصح التضحية عن الميت و إن لم يوص بها لأنها ضرب من الصدقة فتصح عن الميت و تنفعه
Tidak diperkenankan (baca tidak sah) berqurban untuk orang yang sudah meninggal yang sebelumnya tidak memberikan wasiat, adapun jika sebelum meninggal ada wasiat, maka hukumnya boleh berqurban untuk orang yang sudah meninggal, tapi ada pendapat (meskipun redaksinya menggunakan قيل, dikatakan) yang menyatakan sah berqurban untuk orang yang sudah meninggal meskipun sebelumnya tidak ada wasiat, karena berqurban untuk orang yang sudah meninggal adalah salah satu jenis sedekah sedangkan sedekah itu diperkenankan atas nama orang yang sudah meninggal serta bermanfaat untuknya.
Nah! Ternyata dalam madzhab Imam Asy Syafi'i ada juga ya yang membolehkan berqurban untuk orang yang sudah meninggal, meskipun pendapat yang Mu'tamad, والله أعلم adalah tidak diperkenankan (tidak sah).
Dalam kitab مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج juz 7 halaman 140 terbitan شركة القدس dijelaskan :
ولا تَضْحِيَةَ (عَنْ مَيِّتٍ لَمْ يُوصِ بِهَا) لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَأَنْ لَيْسَ لِلإِنْسَانِ إِلا مَا سَعَى} [النجم: ٣٩]
فَإِنْ أَوْصَى بِهَا جَازَ، فَفِي سُنَنِ أَبِي دَاوُد وَالْبَيْهَقِيِّ وَالْحَاكِمِ «أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ كَان َيُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ عَنْ نَفْسِهِ وَكَبْشَيْنِ عَنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَقَالَ: إنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَمَرَنِي أَنْ أُضَحِّيَ عَنْهُ، فَأَنَا أُضَحِّي عَنْهُ أَبَدًا» ، لَكِنَّهُ مِنْ رِوَايَةِ شَرِيكٍ الْقَاضِي وَهُوَ ضَعِيفٌ.
Dan tidak boleh berqurban untuk orang yang sudah meninggal yang sebelumnya tidak memberikan wasiat berdasarkan firman Allah dan seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (QS An Najm ayat 39).
Dan jika orang yang sudah meninggal tersebut telah berwasiat sebelum wafatnya maka boleh berqurban atasnya, di dalam Sunan Abu Daud, Al Baihaqy, dan Al Hakim sesungguhnya Ali bin Abi Thalib berqurban dengan dua domba untuk dirinya sendiri dan dua domba untuk Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم , dan Ali berkata sesungguhnya Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم memerintahkan ku untuk berqurban untuknya, maka aku berqurban untuknya selama-lamanya, akan tetapi itu berasal dari riwayat Qadhi Syarik yang dhoif.
وَقَدَّمْنَا أَنَّهُ إذَا ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ يَجِبُ عَلَيْهِ التصدقبجمیعها، وَقِيلَ تَصِحُّ التَّضْحِيَةُ عَنْ الْمَيِّتِ #وانلمیوصبها؛ لِأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنْ الصَّدَقَةِ، وَهِيَ تَصِحُّ عَنْ الْمَيِّتِ وَتَنْفَعُهُ، وَتَقَدَّمَ فِي الْوَصَايَا أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ إِسْحَاقَ السَّرَّاجَ النَّيْسَابُورِيَّ أَحَدَ أَشْيَاخِ الْبُخَارِيِّ خَتَمَ عَنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَكْثَرَ مِنْ عَشْرَةِ آلَافِ خَتْمَةً وَضَحَّى عَنْهُ بِمِثْلِ ذَلِك
Dan telah kita singgung sebelumnya bahwa jika seseorang berqurban untuk orang lain (semisal untuk orang yang sudah meninggal, halaman 134) maka wajib hukumnya untuk menyedekahkan semua qurban itu. Dan dikatakan juga (قيل) bahwa sah berqurban untuk orang yang sudah meninggal meskipun sebelumnya tidak memberikan wasiat, karena itu termasuk sedekah, dan sedekah itu sah atas nama orang yang sudah meninggal serta bermanfaat untuknya. Dan telah lewat penjelasan dalam bab wasiat bahwa Muhammad bin Ishaq as Siraj An Naisaburiy salah seorang guru Al Bukhariy mengkhatamkan Al Quran untuk Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم lebih dari puluhan ribu kali serta berqurban untuknya sebanyak itu pula!
Allaahu Akbar!
Demikianlah pendapat dalam madzhab Imam Asy Syafi'i yang dikemukakan Fuqaha Asy Syafi'iyyah terkait berqurban untuk orang yang sudah meninggal yang intinya sah jika memang ada wasiat sebelumnya dari orang yang meninggal tersebut, sedangkan jika tidak ada wasiat maka tidak sah, meskipun ada pendapat juga dalam madzhab yang menyatakan sah.
Dalam kitab المجموع شرح المهذب pun ada keterangan ini, sekilas pernah penulis kutip disini :
https://www.catatanyurifa.com/2020/07/lanjutan-sebagian-hukum-fiqh-madzhab_14.html?m=1
والله أعلم