Udhiyyah Hukumnya Wajib, Bisakah?
Yurifa Iqbal
Sebagaimana yang kita ketahui, terkait hukum
udhiyyah (berqurban), dalam madzhab Imam Syafii hukumnya adalah sunnah
muakkadah. Namun adakalanya hukum udhiyyah menjadi wajib. Keterangan itu bisa
kita temukan dalam kitab Al Fiqhu Al Manhajiyyu 'Ala Madzhabil Imam Asy Syafii
juz 1 halaman 233 -kitab madzhab Imam Syafii yang ditulis oleh ulama
kontemporer- sebagai berikut.
حكم الأضحية
هي سنة مؤكدة، ولكنها قد تجب لسببين اثنين:
hukum udhiyyah (berqurban) adalah sunnah
muakkadah, akan tetapi terkadang hukumnya menjadi wajib dengan dua sebab
الأول: أن يشير إلى
ما هو داخل في ملكه من الدواب الصالحة للأضحية، فيقول: هذه أضحيتي، أو سأضحي بهذه
الشاة، مثلا، فيجب حينئذ أن يضحي بها.
sebab pertama adalah seseorang yang menunjuk ke
arah sesuatu (mengisyaratkan) yang masuk dalam kepemilikannya dari jenis
binatang ternak yang mencukupi untuk udhiyyah. contoh dia berkata : 'ini adalah
udhiyyahku' atau dia berkata : 'aku akan berqurban dengan domba betina ini'.
maka pada waktu itu wajib baginya untuk berqurban dengan hewan yang telah dia
tunjuk tadi.
Dalam kitab Al
Mu'tamad Fil Fiqh Asy Syafii juz 2 halaman 478, Syaikh Doktor Muhammad Az
Zuhaili menjelaskan hal ini dengan istilah تعيين
الإضحية = penunjukkan hewan udhiyyah, ketika seseorang menunjuk unta
(yang digemukkan) yang berada dalam kepemilikannya, 'ini adalah udhiyyahku'
atau seperti misalnya dia mengatakan 'aku akan berqurban dengan domba betina
ini'
فتصبح واجبة بأن
يضحي بها
maka menjadi wajib hukumnya dia menyembelih hewan
yang ditunjuk tadi
akan tetapi bagaimana kalau hanya sekedar niat?
apakah menjadi wajib? jawabannya tidak wajib. Syaikh Doktor Muhammad Az Zuhaili
menuliskan :
ولا تصير أضحية
معينة بمجرد النية
dan tidak menjadi udhiyyah yang ditunjuk (yang
hukumnya menjadi wajib jika di ta'yin) dengan semata-mata niat yang ada dalam
hatinya
Kemudian kembali ke kitab al fiqhu al manhajiyyu
الثاني: أن يلتزم
التقرب إلى الله بأضحيته، كأن يقول: لله تعالى علي أن أضحي، فيصبح ذلك واجبا عليه،
كما لو التزم بأي عبادة من العبادات، إذ تصبح بذلك نذرا
sebab yang kedua adalah ketika seseorang
mewajibkan atas dirinya untuk bertaqarrub kepada Allah dengan udhiyyahnya,
sebagaimana perkataan seseorang : 'lillaah, wajib atasku berqurban', maka
perkataan tersebut menjadi wajib baginya, sebagaimana jika seseorang mewajibkan
atas dirinya dengan ibadah apapun dari jenis-jenis ibadah, yang kemudian ibadah
itu menjadi nadzar baginya.
Syaikh Doktor Muhammad Az Zuhaili dalam kitab Al
Mu'tamad Fil Fiqh Asy Syafii juz 2 halaman 478 juga menjelaskan :
إذا نذر المسلم أن
يضحي، فتصبح الأضحية واجبة عليه، لأنه ألزم نفسه بالتقرب بها إلى الله تعالى، كما
لو التزم بأي طاعة أخرى
jika seorang Muslim bernadzar untuk berqurban,
maka nadzar qurban tersebut hukumnya menjadi wajib atasnya, karena dia
mengharuskan dirinya untuk melakukan aktivitas taqarrub kepada Allah Ta'alaa
dengan qurban tersebut, sebagaimana dia mewajibkan dirinya dengan jenis
ketaatan lain. Demikianlah ketetntuan terkait pembahasan ini.
والله أعلم بالصواب