Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MUTIARA-MUTIARA YANG BERKILAUAN TEKS-TEKS ULAMA AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH TERKAIT WAJIBNYA الخلافة الإسلامية

HBN





Pendahuluan

Diskursus topik sistem pemerintahan dalam Islam dan Khilafah pada tahun-tahun belakangan ini (terutama semenjak pencabutan status Badan Hukum Perkumpulan Hizbut Tahrir Indonesia) semakin mengemuka dan menjadi topik pembicaraan di tengah-tengah umat. Berbagai kalangan membicarakannya baik di dalam dunia maya maupun dunia nyata seperti politisi, pejabat negara, ulama, civitas akademika, mahasiswa, dan lain-lain . Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak kalangan yang melontarkan berbagai syubhat terkait konsep sistem pemerintahan dalam Islam dan Khilafah. Syubhat-syubhat tersebut begitu gencarnya mereka dengungkan di berbagai media yang salah satu contohnya adalah dengan pertanyaan untuk menimbulkan tasykiik (keraguan) dalam diri umat, “adakah Islam memerintahkan untuk mendirikan negara dan sistem pemerintahan tertentu bagi pemeluknya?”. Untuk menjawab serta membantah berbagai syubhat tersebut tentu membutuhkan penjelasan para ulama muktabar (salaf, khalaf, maupun muashirin) sehingga umat dapat mengikuti penjelasan para ulama tersebut, yang hakikatnya tidaklah samar bagi mereka yang meniti jalan ilmu dan mengambil faidah ilmu dari para ulama.

Makalah ringkas ini hadir dengan menyajikan penjelasan para ulama muktabar, semata-mata mengambil keberkahan ilmu dan faidah ilmu mereka serta melestarikan warisan ilmu turats yang berharga. Pendapat para ulama tersebut dituliskan lengkap dengan teks arabnya agar dapat dilihat dan dikaji kembali serta dapat membangkitkan semangat mempelajari bahasa arab dan menggali ilmu dari sumber aslinya. Sebagaimana yang kita ketahui, bahasa arab dan tsaqafah Islam adalah dua hal yang tidak terpisahkan, bahkan Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitab Mafaahiimu Hizb at Tahrir halaman 3 menjelaskan

أما سبب انحطاطه فيرجع إلى شيء واحد ، هو الضعف الشديد الذي طرأ على الأذهان في فهم الإسلام . وسبب هذا الضعف هو فصل الطاقة العربية عن الطاقة الإسلامية حين أهمل أمر اللغة العربية في فهم الإسلام وأدائه منذ أوائل القرن السابع الهجري 

adapun sebab kemunduran dunia Islam maka kembali kepada satu hal yakni kelemahan yang sangat parah yang muncul dalam benak dan pikiran kaum muslimin dalam memahami Islam, dan sebab kelemahan ini adalah terlepasnya (terpisahnya) kekuatan bahasa arab dari potensi Islam ketika diabaikannya perkara bahasa arab dalam memahami Islam dan penerapannya sejak awal-awal abad ketujuh hijriah.

Makna Khilafah dan Sinonimnya Imamah

Pertama tentu kita mesti mengetahui definisi dari khilafah atau imamah. Di dalam kitab al ahkaam ash shulthooniyyah halaman 3, Imam Al Mawardi Asy Syafii menjelaskan makna Imamah sebagai berikut

الإمامة موضوعة لخلافة النبوة في حراسة الدين وسياسة الدنيا وعقدها لمن يقوم بها في الأمة واجب بالإجماع وإن شذ عنهم الأصم

Al Imamah adalah suatu (istilah) yang diposisikan sebagai pengganti kenabian dalam hal menjaga agama dan menata dunia dan aqad imamah tersebut bagi orang yang layak mengembannya diantara umat hukumnya adalah wajib berdasarkan ijmak meskipun al ashom menyelisihinya.

Sebagaimana yang kita ketahui Rasulullah صلى الله عليه و سلم  adalah utusan terakhir yang diutus oleh Allah dalam menyampaikan wahyu kepada umat manusia, dan dalam  penggalan hadits Sunan At Tirmidzi Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda
و أنا حاتم النبيين لا نبي بعدي...
...dan aku adalah yang menyempurnakan risalah para nabi tidak ada nabi setelahku

adapun Al Imamah bukan mengganti Nabi dalam hal utusan Allah yang menerima wahyu, akan tetapi mengganti Nabi dalam hal menjaga agama dan menata serta mengelola dunia dengan risalah Islam sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Al Mawardi Asy Syafii tersebut.

Demikian juga di dalam kitab غياث الأمم في التياث الظلم halaman 217, Imam Abul Ma’ali Al Juwaini Asy Syafii menjelaskan makna Al Imamah sebagai berikut

الإمامة رياسة تامة ، وزعامة عامة ، تتعلق بالخاصة والعامة ، في مهمات الدين والدنيا . مهمتها حفظ الحوزة ، ورعاية الرعية ، وإقامة الدعوة بالحجة والسيف ، وكف الخيف والحيف ، والانتصاف للمظلومين من الظالمين ، واستيفاء الحقوق من الممتنعين ، وإيفاؤها على المستحقين 

Al Imamah adalah kepemimpinan yang utuh/sempurna dan kekuasaan umum yang terkait dengan hal-hal yang khusus dan yang umum dalam tugas atau perkara-perkara penting yang terkait agama dan dunia, tugas itu diantaranya adalah menjaga wilayah, mengayomi rakyat, melakukan tugas dakwah dengan hujjah (burhan, argumentasi) dan juga dengan pedang, mencegah ketakutan dan ketidakadilan, memberikan keadilan bagi orang-orang yang dizalimi oleh orang-orang zalim, memenuhi hak-hak dari orang-orang yang menahan atau menelantarkan hak-hak itu dan menyempurnakannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Dalam kitabالإيضاح في أصول الدين   yang ditulis oleh imam abul hasan ali bin abdillaah az zaaghuni, pada halaman 601 terdapat teks yang berbunyi

الإمامة تراد لحفظ السياسة بالشرع و إقامة الحق بالعدل و تدبير أمور البلاد و العباد بما يوجب الصلاح و رعاية الثغور و الجيوش / بما يعز به الدين و ينتشر به الحق و يندحض به الباطل و الكفر و البدع و الظلم و كف الأيدي العادية و نصرة المظلوم إلى غير ذلك مما تستقيم به أمور الناس عامة

yang dikehendaki dalam istilah Al Imamah adalah (adanya) untuk memelihara kehidupan politik dengan syariah, menegakkan al haq dengan adil, mengelola urusan-urusan negeri dan manusia dengan apa-apa yang mengharuskan kebaikan, memperhatikan ats tsughur (suatu tempat yang memisahkan antara daerah umat Islam dengan kaum kuffar) dan para tentara, dengan apa-apa yang menjadikan agama mulia, tersebarnya al haq, hilang dan lenyapnya kebatilan, kekufuran, kebid’ahan, dan kezaliman, mencegah tangan-tangan manusia yang melampaui batas, menolong orang yang dizalimi, dan lain-lain dimana secara umum urusan-urusan umat manusia menjadi lurus.

Tiga teks arab diatas dikutip dari kitab اللآلئ اللماعة من عبارات علماء أهل السنة و الجماعة في وجوب الخلافة الإسلامية   berturut-turut pada halaman 4, 5, dan 6.

Kemudian di dalam kitab karangan Imam Abdullah bin Umar Al Baidhowi yang berjudul مطالع الأنظار على متن طوالع الأنوار halaman 228 juga dijelaskan makna dari Al Imamah, Imam Al Baidhowi menjelaskan bahwa

الإمامة عبارة عن خلافة شخص من الأشخاص للرسول صلى الله عليه وسلم في إقامة قوانين الشرع وحفظ حوزة الملة، على وجه يجب اتباعه على كافة الأمة

Al Imamah adalah ungkapan terkait orang-orang yang menggantikan Rasulullah صلى الله عليه و سلم dalam menegakkan hukum-hukum Syariat dan menjaga wilayah agama yang mana wajib atas seluruh umat untuk mematuhinya.

Kemudian Imam Ibnu Khaldun juga menjelaskan makna Khilafah dalam kitabnya yang monumental yakni kitab Muqaddimah halaman 239, dimana beliau menjelaskan

والخلافة هي حمل الكافة على مقتضى النظر الشرعي في مصالحهم الأخروية والدنيوية الراجعة إليها، إذ أحوال الدنيا ترجع كلها عند الشارع إلى اعتبارها بمصالح الآخرة، فهي في الحقيقة خلافة عن صاحب الشرع في حراسة الدين وسياسة الدنيا به. فافهم ذلك واعتبره فيما نورده عليك، من بعد. والله الحكيم العليم

dan Al Khilafah adalah pengembanan (syariah) secara kaaffah atas hal-hal yang dituntut oleh syariah dalam berbagai kemashlahatan manusia secara ukhrawi dan duniawi yang merujuk kepadanya, ketika kondisi dunia kembali seluruhnya di sisi Asy Syaari’ terkait kemashlahatan ukhrowi, maka pada hakikatnya Khilafah adalah pengganti dari shoohibu asy syar’i (الله) dalam menjaga agama dan menata dunia dengan agama. maka pahamilah hal tersebut dan perhatikanlah atas apa-apa yang kami datangkan kepadamu setelah ini. wallaahu al hakiimu al ‘aliimu

Adapun terkait keterangan persamaan kata Al Imamah dan Al Khilafah, dapat kita temukan misalnya dalam kitab takmilah al majmu’ syarh al muhadzdzab karya syaikh muhammad najib bin ibrahim bin ‘abdi ar rahman al muthi’i asy syafii juz 19 halaman 191

والمراد بالامام الرئيس الأعلى للدولة، والامامة والخلافة وإمارة المؤمنين مترادفة، والمراد بها الرياسة العامة في شئون الدين والدنيا. ويرى ابن حزم أن الامام إذا أطلق انصرف إلى الخليفة، أما إذا قيد انصرف إلى ما قيد به من إمام الصلاة وإمام الحديث وإمام القوم

dan yang dimaksud dengan Imam dalam pembahasan ini adalah kepala negara tertinggi dalam daulah, dan al imamah serta al khilafah dan imarotul mukminin adalah sinonim (memiliki arti yang serupa), yang mana artinya adalah kepemimpinan umum dalam perkara-perkara agama dan dunia. dan Imam Ibnu Hazm memandang bahwa sesungguhnya Imam jika dimutlakkan (disebut secara mutlak) maka maknanya adalah khalifah adapun jika diberi taqyid maka maknanya adalah sesuai dengan yang di-taqyidi tersebut, yaitu Imam Sholat, Imam Ahli Hadits, dan Imam suatu kaum.

Sebagian dari umat Islam pun ada yang melontarkan syubhat bahwa Islam tidak memiliki sistem pemerintahan, namun jika kita membaca kitab karangan Profesor Doktor Muhammad Az Zuhaili -seorang ulama kontemporer yang sangat ‘alim (pakar) dalam madzhab Imam Syafii- yang berjudul المعتمد في الفقه الشافعي  juz 5 halaman 258 dapat kita pahami bahwa syubhat tersebut tertolak, tertulis dalam kitab tersebut bahwa

الإمامة هي نظام الحكم في الإسلام و هي الرئاسة العامة في شؤون الدين و الدنيا, و الإمام هو الرئيس الأعلى, و الإمامة و الخلافة و إمارة المؤمنين هي ألفاظ مترادفة, و يجوز أن يقال للإمام : الخليفة, و الإمام, و أمير المؤمنين

Al Imamah adalah sistem pemerintahan dalam Islam dan maknanya adalah kepemimpinan umum dalam perkara-perkara agama dan dunia, Imam adalah pemimpin tertinggi, dan Al Imamah, Al Khilafah, dan Imarotul Mukminin adalah lafazh-lafazh yang sinonim (memiliki makna yang sama), dan boleh juga menyebut pemimpin tertinggi ini dengan Khalifah, Imam, dan Amirul Mukminin.

Adapun Hizbut Tahrir dalam kitab Asy Syakhsiyyah Al Islamiyyah juz 2 halaman 12 karya syaikh Taqiyuddin An Nabhani menjelaskan makna Khilafah sebagai berikut

الخلافة هي رئاسة عامة للمسلمين جميعاً في الدنيا لإقامة أحكام الشرع الإسلامي وحمل الدعوة الإسلامية إلى العالم، وهي عينها 
الإمامة، فالإمامة والخلافة بمعنى واحد

makna Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum Syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, dan Khilafah seperti Imamah, maka Imamah dan Khilafah maknanya adalah satu.

Inilah kiranya diantara makna Khilafah (Imamah), persamaan diantara kedua lafazh ini, serta fungsi dari institusi Khilafah atau Imamah ini.

Kewajiban Khilafah dan Mengangkat Khalifah Syar’an

Setelah kita mengutip sebagian pernyataan ulama terkait makna Imamah atau Khilafah dan setelah kita memahami pengertian dan fungsinya, maka kita masuk ke dalam pembahasan berikutnya yang harus kita pahami, yaitu kewajiban adanya Khilafah dan mengangkat seorang Imam atau Khalifah menurut ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Dalam kitab معالم السنن، وهو شرح سنن أبي داود   karya Imam Al Khattaabi Asy Syafii juz 3 halaman 5 dan 6 dijelaskan

ولذلك رئيت الصحابة يوم مات رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يقضوا شيئا من أمر دفنه وتجهيزه حتى أحكموا أمر البيعة ونصبوا أبا بكر إماما وخليفة وكانوا يسمونه خليفة رسول الله صلى الله عليه وسلم طول عمره إذ كان الذي فعلوه من ذلك صادرا عن رأيه ومضافا إليه وذلك من أدل الدليل على وجوب الخلافة وأنه لا بد للناس من إمام يقوم بأمر الناس ويمضي فيهم أحكام الله ويردعهم عن الشر ويمنعهم من التظالم والتفاسد

oleh karena itu dapat dilihat bahwa para sahabat ketika hari wafatnya Rasulullaah صلى  الله عليه و سلم   tidak mengerjakan apapun yang terkait dengan penguburan dan pengurusan jenazah baginda Nabi صلى الله عليه و سلم sampai mereka para sahabat menyempurnakan (mengerjakan dengan sempurna) baiat dan mengangkat Abu Bakar sebagai Imam dan Khalifah, mereka menamainya khalifah pengganti Rasulullah عليه الصلاة و السلام  sepanjang hidupnya (Abu Bakar menjadi Khalifah sampai dia meninggal), karena apa yang para sahabat lakukan muncul dari pandangan Abu Bakar dan disandarkan padanya, dan itu adalah dalil yang paling jelas atas wajibnya Khilafah dan mestilah di tengah manusia ada seorang Imam yang mengurus urusan manusia dan menjalankan hukum-hukum Allah di tengah-tengah mereka dan menghalangi mereka dari keburukan serta mencegah mereka dari saling bertindak zhalim dan saling bermusuhan.

Masih terkait dengan kewajiban Imamah (Khilafah) ini, dari kalangan ulama Syafiiyah lainnya juga menjelaskan hal ini, Imam An Nawawi “pendekar” madzhab Imam Syafii yang gelarnya adalah muhaqqiq, muharrir, dan muhadzdzib madzhab Imam Syafii menjelaskan dalam kitab روضة الطالبين وعمدة المفتين  juz 10 halaman 42 dan 43 pada الفصل الثاني في وجوب الإمامة وبيان طرقها  (pasal kedua kewajiban Imamah dan penjelasan metode-metodenya).

لا بد للأمة من إمام يقيم الدين وينصر السنة وينتصف للمظلومين ويستوفي الحقوق ويضعها مواضعها.
قلت تولي الإمامة فرض كفاية فإن لم يكن من يصلح إلا واحد تعين عليه ولزمه طلبها إن لم يبتدئوه والله أعلم.

mestilah ada dalam diri umat seorang Imam yang menegakkan agama, menolong sunnah, memberi keadilan bagi orang-orang yang dizalimi, memenuhi hak-hak dan meletakannya pada tempatnya (adil). Aku (baca Imam An Nawawi) katakan tanggung jawab terhadap perkara Imamah hukumnya fardhu kifayah, maka jika tidak ada orang yang layak terhadap tanggung jawab tersebut kecuali satu orang saja, maka itu menjadi wajib atas diri satu orang tersebut dan dia harus memintanya jika diantara umat tidak ada yang memulainya. wallaahu a’lam.

Masih dalam kitab روضة الطالبين وعمدة المفتين  terkait kewajiban Imamah, namun kali ini ada di juz 11 halaman 92 dimana terdapat redaksi yang hampir mirip dengan teks sebelumnya, disana Imam An Nawawi menuliskan

القضاء والإمامة فرض كفاية بالإجماع فإن قام به من يصلح سقط الفرض عن الباقين وإن امتنع الجميع أثموا

Peradilan dan Imamah hukumnya fardhu kifayah berdasarkan Ijma’ maka jika telah ada orang yang layak melakukan fardhu kifayah tersebut gugurlah fardhu kifayah itu dari orang-orang, dan jika mereka semua menolak maka mereka semua berdosa.

Dari tiga keterangan diatas, kita telah mengetahui bahwa Imamah atau Khilafah hukumnya fardhu yang dalam hal ini adalah fardhu kifayah, sebagaimana dalam kitab Fathul Muin halaman 133, kitab karya Imam Zainuddin Al Malibari seorang ulama madzhab Imam Syafii, yang dimaksud dengan fardhu kifayah adalah

وحكم فرض الكفاية أنه إذا فعله من فيهم كفاية سقط الحرج عنه وعن الباقين ويأثم كل من لا عذر له من المسلمين إن تركوه وإن جهلوا

hukum fardhu kifayah adalah jika telah ada orang yang memiliki kifayah (baca kemampuan, kapabilitas) yang mengerjakan hukum fardhu kifayah ini, maka gugur dosa darinya dan dari oran yang lainnya serta berdosa semua orang yang tidak memiliki udzur dari kaum muslimin jika mereka meninggalkannya meskipun mereka tidak mengetahuinya.

Adapun menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, pemerintahan syar’i yang mengurusi urusan manusia adalah kewajiban agama yang paling agung! Di dalam kitab السياسة الشرعية  في إصلاح الراعي و الرعية   halaman 129 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan

يجب أن يعرف أن ولاية أمر الناس من أعظم واجبات الدين بل لا قيام للدين ولا للدنيا إلا بها . فإن بني آدم لا تتم مصلحتهم إلا بالاجتماع لحاجة بعضهم إلى بعض ، ولا بد لهم عند الاجتماع من رأس حتى قال النبي صلى الله عليه وسلم : « إذا خرج ثلاثة في سفر فليؤمّروا أحدهم » . رواه أبو داود ، من حديث أبي سعيد ، وأبي هريرة

wajib untuk diketahui bahwa pemerintahan yang mengurusi urusan manusia adalah diantara kewajiban agama yang paling agung bahkan tidak tegak agama dan juga tidak tegak dunia kecuali dengan pemerintahan tersebut, sungguh bani Adam tidaklah sempurna kemashlahatan diantara mereka kecuali dengan berkumpul karena adanya kebutuhan sebagian manusia dengan manusia lainnya, dan ketika berkumpul itu mau tidak mau harus ada pemimpin sampai-sampai Nabi SAW bersabda : jika ada 3 orang keluar untuk bersafar, maka salah seorang dari mereka harus ada yang menjadi pemimpinnya. hadits riwayat Imam Abu Dawud dari Sahabat Abu Said dan Abu Hurairah.

Imam Asy Syaukani bahkan menjelaskan bahwa wajibnya Imamah atau Khilafah ini adalah pendapat mayoritas ulama, di dalam kitab نيل الأوطار juz 8 halaman 294 Imam Asy Syaukani menuliskan

إنه يجب على المسلمين نصب اللأئمة و الولاة و الحكام.و قد ذهب الأكثر إلى أن الإمامة واجبة

Wajib bagi kaum muslimin mengangkat imam, wali, dan penguasa. Dan sungguh mayoritas kaum muslimin (firqoh dan ulama) berpendapat bahwa Imamah hukumnya wajib.

Bahkan dalam kitab الفرق بين الفرق Imam Abdul Qahir bin Thohir Al Baghdadi di halaman 340 ketika membahas Imamah dan Khilafah menggunakan redaksi wajib dan fardhu sekaligus! Beliau menuliskan

وَقَالُوا فِي الرُّكْن الثانى عشر الْمُضَاف الى الْخلَافَة والامامة ان الامامة فرض وَاجِب على الامة لأجل إقامة الإمام ينصب لهم القضاة و الأمناء و يضبط ثغورهم و يغزي جيوشهم و يقسم الفيئ بينهم و ينتصف لمظلومهم من ظالمهم

Mereka ulama Aswaja berkata dalam rukun kedua belas terkait Khilafah dan Imamah bahwa sesungguhnya Imamah hukumnya fardhu serta wajib atas umat untuk mengangkat seorang Imam yang Imam mengangkat para hakim dan wali untuk umat, mengontrol tsughur, mempersiapkan tentara untuk bertempur, membagikan harta fai diantara mereka, dan memberikan keadilan bagi orang-orang yang dizhalimi oleh orang yang zhalim.

Syaikh Abdullah bin Umar bin Sulaiman Ad Dumaiji pun pada tahun 1403 H menulis karya ilmiah (Tesis) untuk meraih gelar Magisternya dimana Tesis beliau yang berjudul الإمامة العظمى عند أهل السنة و الجماعة mendapat predikatممتاز  (sempurna) di Universitas Ummul Qura Mekkah Al Mukarromah, dalam karya ilmiah yang disebarkan pada tahun 1408 H tersebut pada halaman 565 beliau menjelaskan kewajiban Imamah,

 أن الإمامة ثابتة الوجوب بالكتاب ، والسنة ، والإجماع ، والقواعد الشرعية . وهو وجوب كفائي ، متوجِّه إلى أهل الحل والعقد باعتبارهم الممثلون للأمة ، النائبون عنها في هذه المهمة الخطيرة . وإذا تقاعس أهل الحل والعقد فإن الإثم يلحق كل من له قدرة واستطاعة ، حتى يسعى لإقامة هذا الواجب بقدر ما أوتي من قوة واستطاعة

Sesungguhnya kewajiban Imamah telah fiks berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah, Ijmak, dan Qowaid Syariyyah, berupa fardhu kifayah yang ditujukan kepada ahlul halli wal aqdi yang menjadi representasi umat yang mana mereka adalah wakil umat dalam kewajiban yang penting ini. Dan jika ahlul halli wal aqdi lalai maka sungguh dosanya akan mengenai setiap orang yang memiliki kemampuan dan kesanggupan sampai orang-orang itu berusaha untuk menegakkan kewajiban ini dengan kadar berupa kekuatan dan kemampuan yang mereka berikan.

Adapun dalam kitab Tafsir Al Quran,  maka di dalam kitab Tafsir At Tahrir wa Tanwir juz 1 halaman 399, Mufassir Syaikh Muhammad Ibnu Asyur menjelaskan tafsir Surat Al Baqarah ayat 30 dengan sangat indah, beliau menjelaskan bagaimana para sahabat bersepakat (ijma’) untuk menetapkan seorang khalifah.

وقد بعث الله الرسل وبين الشرائع فربما اجتمعت الرسالة والخلافة وربما انفصلتا بحسب ما أراد الله من شرائعه إلى أن جاء الإسلام فجمع الرسالة والخلافة لأن دين الإسلام غاية مراد الله تعالى من الشرائع وهو الشريعة الخاتمة ولأن امتزاج الدين والمُلْك هو أكمل مظاهر الخطتين قال تعالى : { وما أرسلنا من رسول إلا ليطاع بإذن الله } [ النساء : 64 ] ولهذا أجمع أصحاب رسول الله بعد وفاة النبي صلى الله عليه وسلم على إقامة الخليفة لحفظ نظام الأمة وتنفيذ الشريعة ولم ينازع في ذلك أحد من الخاصة ولا من العامة إلا الذين ارتدوا على أدبارهم من بعد ما تبين لهم الهدى ، من جُفاة الأعراب ودُعاة الفتنة فالمناظرة مع أمثالهم سُدًى 

Sungguh Allah telah mengutus para Rasul dan menjelaskan segenap konsep Syariat, maka bisa jadi Risalah dan Khilafah menyatu dan bisa jadi terpisah sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah dari Syariat-Syariatnya bahwa Islam datang dimana Islam mengumpulkan risalah dan khilafah karena tujuan akhir yang dikehendaki Allah dari Syariat Islam adalah syariat penutup dan sungguh berpadunya Islam dan kekuasaan adalah manifestasi proyek kehidupan yang paling sempurna. Allah berfirman : Tidaklah KAMI mengutus Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah (An Nisa : 64). oleh karena itu para sahabat Rasulullaah صلى الله عليه و سلم telah bersepakat setelah Rasulullaah   صلى الله عليه و سلم wafat untuk menetapkan seorang Khalifah dalam rangka menjaga sistem/aturan umat dan menerapkan Syariat. dan tidak ada seorang pun yang berselisih dalam hal ini baik kalangan khusus maupun kalangan umum kecuali orang-orang yang berpaling ke belakang setelah jelas bagi mereka petunjuk, yakni orang-orang yang bengis dari kalangan arab badui dan para penyeru fitnah, maka berbantah-bantahan dengan orang semisal ini adalah suatu kesia-siaan.

Penutup

Demikianlah beberapa keterangan dari kitab para ulama Aswaja dari karya mereka terkait makna, definisi, serta fungsi dari Imamah atau Khilafah, demikian juga pendapat  mereka akan wajibnya/fardhunya Imamah atau Khilafah ini, kewajiban ini adalah fardhu atas seluruh kaum muslimin.

Dalam salah satu kesimpulan Tesisnya, Syaikh Dumaiji di halaman 565 menyatakan

أنه لا عِزَّ ، ولا رفعة ، ولا قيام للأمة الإسلامية إلا بالرجوع إلى التحاكم إلى كتاب الله وسنة رسوله ، والسعي إلى إقامة الخلافة الإسلامية التي تحفظ الدين وتعيد للمسلمين عزتهم وكرامتهم 

Sungguh tidak ada kemuliaan, tidak pula ada keagungan, juga tidak bangkit umat Islam ini kecuali mereka kembali untuk bertahaakum (mencari hukum, berhukum) kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-NYA, serta berusaha untuk menegakkan Khilafah Islamiyyah yang mana Khilafah tersebut akan menjaga agama Islam serta mengembalikan kemuliaan dan kehormatan umat.

Tentu tidak ada lagi alasan bagi kita untuk menolak Khilafah, karena hakikatnya Khilafah adalah ajaran Islam dan merupakan warisan dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم. Wallaahu A’lamu. Wallahul muwaffiq ila aqwamit-thariq.