Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Menyemir atau Mewarnai Rambut


Yurifa Iqbal


ketika kita berjalan atau berkendaraan, sering kita memperhatikan orang-orang yang mewarnai rambutnya dengan berbagai motivasi. ada yang motivasinya agar terlihat ganteng, keren, cakep, meniru idolanya, dst. bagaimana hukum syariah terkait hal tersebut?

dalam kitab al fiqhu alal madzahibil arbaah syaikh abdurrahman al juzairi menjelaskan hal ini dalam pembahasan حكم صباغة الشعر yang artinya hukum menyemir rambut. beliau menuliskan :

في حكم صباغة الشعر تفصيل المذاهب
hukum menyemir rambut ada perinciannya dalam madzhab fikih yang empat

المالكية - قالوا: يكره تنزيهاً للرجل صباغة شيبه بالسواد، ومحل الكراهة إذا لم يكن ذلك لغرض شرعي كإرهاب عدوفإنه لا حرج فيه، بل يثاب عليه، وأما إذا كان لغرض فاسد كأن يغش امرأة يريد زواجها فإنه يحرم، ولا يكره صباغة الشعر بما يجعله أصفر وذلك كالحناء، فإنه يجوز للرجل صباغة شعر رأسه ولحيته بالحناء ونحوها، ولا يجوز له استعمالها في يديه أو رجليه بدون ضرورة، لأن النساء يستعملنها للزينة، ولا يجوز للرجال أن يتشبهوا بالنساء.

al malikiyyah : makruh tanzih bagi seorang pria menyemir uban rambut dengan warna hitam. kemakruhannya jika tidak ada tujuan syari seperti menggentarkan musuh, jika memang demikian maka tidak ada masalah menyemirnya, bahkan diberikan pahala. adapun jika maksud menyemirnya tidak baik contoh menipu wanita agar bisa menikah dengan wanita tersebut, maka menyemir rambut hukumnya haram. dan tidak makruh menyemir rambut dengan apa-apa yang membuat rambut berwarna kuning seperti pacar/inai. maka boleh bagi seorang pria menyemir rambut dan jenggotnya dengan pacar/inai dan sebagainya. dan tidak boleh bagi pria menggunakan semir untuk kedua tangan dan kakinya tanpa ada kebutuhan mendesak (darurat), karena wanita menggunakannya sebagai hiasan. tidak boleh bagi pria menyerupai kaum wanita.

الحنفية - قالوا: يستحب للرجل أن يخضب لحيته ورأسه، ويكره له أن يخضب يديه ورجليه لما فيه من التشبة بالنساء، وكذا يكره له صباغة شعره بالسواد لغير غرض شرعي، فإن كان لغرض شرعي كأن يكون أهيب في نظر العدوفإنه محمود، فإن فعل للتزين للنساء فقيل: مكروه، وقيل: لا. وقال أبويوسف: كما يعجبها أن أتزين لها.

al hanafiyyah : fuqaha madzhab hanafi berpendapat mustahab (dianjurkan) bagi pria untuk menyemir jenggot dan kepalanya, dan dimakruhkan bagi pria mewarnai kedua tangan dan kedua kaki karena ada unsur tasyabbuh dengan wanita. demikian juga dimakruhkan bagi pria mewarnai rambutnya dengan warna hitam tanpa ada tujuan yang syar'i. jika untuk tujuan syar'i seperti membuat takut musuh dalam pertempuran maka hal tersebut sungguh terpuji. jika pria tersebut melakukannya untuk hiasan bagi wanita, maka ada yang berpendapat makruh dan ada yang mengatakan tidak makruh. telah berkata abu yusuf sebagaimana aktivitas menyemir itu membuat tertarik wanita, maka aku berhias diri untuk kaum wanita

الحنابلة - قالوا: يسن الخضاب الحناء ونحوها كالزعفران، أما الصباغة بالسواد فإنه مكروه ما لم يكن لغرض شرعي فإنه لا يكره، أما إذا كان لغرض فاسد كالتدليس على امرأة يريد زواجها فإنه يحرم.

al hanabilah : disunnahkan mewarnai dengan pacar/inai dan sebagainya, contohnya zafran kunyit, adapun menyemir dengan warna hitam maka hal itu makruh selama tidak ada tujuan syar'i, kalau tujuannya syar'i maka tidak dimakruhkan, adapun jika tujuannya tidak baik seperti mengelabuhi wanita yang ingin dia nikahi, maka hukumnya haram.

الشافعية - قالوا: يكره صباغة اللحية والشعر بالسواد، إلا الخضاب بالصفرة والحمرة فإنه جائز إذا كان لغرض شرعي كالظهور بمظهر الشجاع أمام الأعداء في الغزو ونحوه. فإذا كان لغرض فاسد كالتشبه بأهل الدين فهومذموم، وكذلك يكره صبغها بالبياض كي يظهر بمظهر الشيب ليتوصل بذلك إلى الأغراض المذمومة كتوقيره والاحتفاء به وقبول شهادته وغير ذلك وكما يكره تبييض اللحية بالصبغ فإنه يكره نتف شيبها.

asy syafiiyah : fuqaha syafiiyah berpendapat makruh mewarnai jenggot dan rambut dengan warna hitam, kecuali warna kuning dan merah, maka menyemirnya jaiz (boleh) jika ada tujuan syar'i seperti menampakkan sikap berani di hadapan para musuh dalam medan pertempuran dan sebagainya. jika tujuan menyemirnya tidak baik seperti menyerupai pemeluk agama lain maka hal tersebut tercela. dan demikian pula makruh mewarnainya dengan warna putih agar terlihat ubannya dan sampai pada tujuan-tujuan tertentu yang tercela seperti mendapatkan pemuliaan, mendapat penyambutan/penjamuan dari orang lain, diterimanya kesaksian, dan lain-lain, sebagaimana makruh memutihkan jenggot dengan cara mewarnainya. sesungguhnya makruh hukumnya mencabut uban jenggotnya
و الله أعلم

referensi kitab :

al fiqhu alal madzahibi al arbaah syaikh abdurrahman al juzairi halaman 416