Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Bermuamalah dengan Harta Orang yang Hartanya Bercampur antara yang Halal dan Haram

Yurifa Iqbal



Dalam kehidupan, manusia tentu akan saling berinteraksi dengan sesamanya, apalagi jika dia berprofesi sebagai pedagang, pebisnis, dan pengusaha, maka dia tentu akan melakukan aqad, bertransaksi, bermuamalah, saling berjual beli dengan sesama manusia.
Diantara manusia pun tentu ada yang sumber hartanya berasal dari yang haram, semisal mencuri, korupsi, atau hartanya bercampur antara harta yang halal semisal gaji bulanan dan harta yang haram semisal pungutan liar (pungli).
Dalam beberapa kitab madzhab Imam Syafii, telah dijelaskan hukum beraqad/bermuamalah dengan orang yang hartanya berasal dari yang haram atau bercampur antara yang halal dan haram
Misalnya di dalam kitab فتح المعين karya imam Zainuddin Al Malibari halaman 65 dijelaskan
ولا تحرم معاملة من أكثر ماله حرام، ولا الاكل منها – كما صححه في المجموع -.

وأنكر النووي قول الغزالي بالحرمة، مع أنه تبعه في شرح مسلم. ولو عم الحرام الارض جاز أن يستعمل منه ما تمس حاجته إليه، دون ما زاد

Tidak haram bermuamalah dari harta orang yang mayoritas hartanya berasal dari yang haram dan juga tidak haram makan dari muamalah itu, sebagaimana yang dishohihkan Imam An Nawawi dalam kitab Al Majmu, dan Imam Nawawi mengingkari pendapat Imam Al Ghazali dimana Imam Ghazali berpendapat hukumnya adalah haram, meskipun Imam Nawawi mengikuti Imam Ghazali dalam kitab Syarh Shahih Muslim, seandainya yang haram itu tersebar secara merata di bumi, maka boleh digunakan harta haram tersebut sebatas apa-apa yang memang hajat memaksanya tanpa ada tambahan
Kemudian syarah dari kalimat tersebut terdapat dalam kitab إعانة الطالبين juz 2 halaman 632, dijelaskan dalam kitab tersebut sebagai berikut
(فائدة) قال في المجموع: يكره الاخذ ممن بيده حلال وحرام.

كالسلطان الجائر وتختلف الكراهة بقلة الشبهة وكثرتها، ولا يحرم إلا أن تيقن أن هذا من الحرام.
وقول الغزالي: يحرم الاخذ ممن أكثر ماله حرام، وكذا معاملته شاذ.

Telah berkata Imam Nawawi di dalam kitab Al Majmu’ : makruh mengambil sesuatu dari orang yang di tangannya terdapat harta halal dan harta haram seperti penguasa yang zholim, dan kemakruhannya berbeda tergantung dengan sedikit syubhatnya atau banyak syubhatnya, dan tidak haram kecuali jika orang yang bermuamalah tersebut yakin bahwa harta orang tersebut memang harta haram, dan pendapat Imam Ghazali akan haramnya mengambil harta (semisal jual beli) dari orang yang mayoritas hartanya haram dan demikian juga bermuamalah dengannya adalah pendapat yang syadz (ganjil).
Pendapat mu’tamad dalam madzhab Syafii adalah sebagaimana yang terdapat dalam kitab المجموع شرح المهذب ketika Imam Asy Syirozi menuliskan yang kemudian dikutip juga oleh Imam An Nawawi dalam kitab Al Majmu tersebut, dimana dalam kitab المجموع شرح المهذب juz 7 halaman 470-471 dijelaskan
(ولا يجوز مبايعة من يعلم أن جميع ماله حرام لما روى أبو مسعود البدرى أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن حلوان الكاهن ومهر البغى * وعن الزهري (في امرأة زنت بمال عظيم قال لا يصلح لمولاها أكله لان النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن مهر البغى)
Tidak boleh berjual beli bagi orang yang mengetahui bahwa semua harta orang yang melakukan jual beli dengannya berasal dari harta haram sebagaimana riwayat Abu Mas’ud al badari bahwa sungguh Nabi صلى الله عليه و سلم melarang hadiah dari dukun dan upah hasil zina dan dari Az Zuhri, (wanita yang berzina dan mendapat uang yang banyak maka Az Zuhri berkata tidak layak bagi maulanya untuk makan dari uang tersebut karena Nabi صلى الله عليه و سلم melarang upah hasil dari pekerjaan zina)
فان كان معه حلال وحرام كره مبايعته والاخذ منه لما روى النعمان بن بشير قال (سمعت رسول الله صلى الله عليه يقول الحلال بين والحرام بين وبين ذلك امور مشتبهات وسأضرب لكم في ذلك مثلا ان الله تعالى حمى حمى وان حمى الله حرام وان من يرعى حو الحمى يوشك ان يخالط الحمي) وان بايعه وأخذ منه جاز لان الظاهر مما في يده انه له فلا يحرم الاخذ منه)
Jika harta yang ada pada orang tersebut bercampur antara yang halal dan yang haram, maka makruh melakukan jual beli dengan orang tersebut dan mengambil darinya, dari riwayat Nu’man bin Basyir berkata [ aku mendengar Nabi صلى الله عليه و سلم berkata yang halal jelas dan yang haram jelas dan diantara kedua perkara tersebut terdapat perkara-perkara syubhat dan aku berikan contoh untuk kalian bahwa sesungguhnya Allah memiliki larangan, dan larangan Allah adalah suatu yang haram, dan sungguh siapa yang menggembala di sekitar sesuatu yang tidak boleh didekati maka hampir-hampir dia menerobosnya]. dan jika dia menjual dan mengambil harta (harga) dari orang yang bercampur antara harta halal dan harta haram hukumnya boleh karena yang tampak adalah apa yang ada di tangannya itu adalah miliknya, karena itu tidak haram mengambilnya.
Namun jika kita ingin menjadi hamba Allah yang menjaga diri dari perkara syubhat, ingin betul-betul wara’ maka penjelasan kitab Al Arbain An Nawawiyah karya Syaikh Doktor Musthafa Dib Al Bugho dan Syaikh Doktor Muhyiddin Mistu halaman 37 ini bisa kita amalkan
و من الورع ترك الشبهات مثل عدم معاملة إنسان في ماله شبهة أو خالط ماله الربا
Dan diantara sikap wara’ adalah meninggalkan berbagai syubhat seperti tidak bermuamalah dengan orang yang di hartanya terdapat syubhat atau orang yang mencampur hartanya dengan riba
Semoga Allah memberkahi harta-harta kita.

Aamiin

Wallaahu a’lam