Mendahulukan Wudhu Atas Istinja
-
Sekilas ketika kita membaca judul diatas barangkali terbersit dalam diri kita keheranan, karena dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita lebih mendahulukan istinja yang kemudian kita lanjutkan dengan berwudhu jika waktu sholat fardhu telah masuk, atau ketika kita ingin melakukan sholat sunnah. Bisa jadi timbul pertanyaan dalam diri kita, apakah mendahulukan wudhu atas istinja dibolehkan? Sahkah wudhu tersebut?
Untuk mengetahuinya, mari kita baca keterangan yang ada dalam kitab Imam An Nawawi رحمه الله yakni kitab المجموع شرح المهذب juz 2 halaman 119 cetakan ad daar al alamiyyah
ويستنجى قبل ان يتوضأ فان توضأ ثم استنجي صح الوضوء وان تيمم ثم استنجي لم يصح التيمم وقال الربيع فيه قول آخر انه يصح: قال أبو اسحاق هذا من كيسه: والاول هو المنصوص عليه في الام ووجهه ان التيمم لا يرفع الحدث وانما تستباح به الصلاة من نجاسة النجو فلا تستباح مع بقاء المانع ويخالف الوضوء فانه يرفع الحدث فجاز أن يرفع الحدث والمانع قائم
dan beristinja sebelum berwudhu, maka jika seseorang berwudhu kemudian beristinja maka wudhunya sah dan jika dia bertayamum kemudian beristinja maka tayammumnya tidak sah, dan berkata Imam Ar Rabi : dalam masalah istinja setelah tayammum ini ada pendapat lain yang mengatakan tayamumnya sah, abu ishaq berkata ini adalah pemahamannya. dan yang pertama tertulis dalam kitab al umm dimana tayammum tidak menghilangkan hadats dan sungguh bolehnya sholat dikerjakan karena bersihnya dari najis maka tidak boleh sholat sementara penghalang masih ada, berbeda dengan wudhu karena wudhu menghilangkan hadats maka boleh menghilangkan hadats sementara penghalang masih ada
Kemudian Imam An Nawawi menjelaskan ibaroh diatas
إذا توضأ أو تيمم قبل الاستنجاء ثم استنجى بالحجر أو بالماء لافا على يده خرقة أو نحوها بحيث لا يمس فرجه فقد نص الشافعي رحمه الله في البويطى أنه يصح وضوءه ولا يصح تيممه ونقل المزني في المنثور عن الشافعي في صحة التيمم والوضوء جميعا قولين
jika seseorang berwudhu atau bertayammum sebelum beristinja kemudian dia beristinja dengan batu atau dengan air dengan sobekan kain yang menutupi tangannya atau yang sejenisnya dimana tangannya tidak menyentuh kemaluannya, maka sungguh Imam Syafii -semoga Allah merahmatinya- telah menyatakan dalam kitab al buwaithi bahwa wudhunya sah dan tayammum tidak sah, dan Imam Al Muzani telah menukil dalam kitab al mantsur dari Imam Syafii akan sahnya tayammum dan wudhunya sekaligus, ada 2 qoul
ونقل ابن القاص أنه يصح الوضوء وفى التيمم قولان ونقل الربيع أنه لا يصح التيمم قال وفيه قول آخر انه يصح فحصل في المسالتين ثلاثة أقوال
احدها يصح الوضوء والتيمم
والثاني لا يصحان
والثالث يصح الوضوء ولا يصح التيمم
وهذا الثالث هو الصحيح عند الاصحاب وقطع به أكثر المتقدمين والمتأخرين وصححه الباقون
dan ibnul qoss telah menukil bahwasanya wudhunya sah sementara dalam tayammum ada 2 pendapat dan Imam Ar Rabi telah menukil bahwasanya tayammum tidak sah dan dia juga berkata bahwa dalam pendapat yang lain bahwa tayammumnya sah, maka dalam dua permasalahan ini ada 3 pendapat :
1. sah wudhu dan tayammum
2. baik wudhu maupun tayammum tidak sah
3. sah wudhu akan tetapi tayammum tidak sah
dan pendapat ketiga inilah yang benar dalam madzhab Imam Syafii dan kebanyakan fuqaha mutaqaddimin dan mutaakhirin telah menetapkannya dan sisanya telah membenarkannya
jadi pendapat terkuat dalam Madzhab Imam Syafii adalah jika berwudhu sebelum istinja maka wudhunya sah, adapun tayammum sebelum istinja, maka tidak sah
dalam kitab Madzhab Imam Syafii yang lain, semisal katakanlah kitab التقريرات السديدة في المسائل المفيدة karya Syaikh Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al Kaff juz 1 halaman 109 dijelaskan dalam sunnah-sunnah istinja
سنن الاستنجاء كثيرة منها
sunnah-sunnah istinja sangat banyak diantaranya adalah
تقديم الاستنجاء على الوضوء
mendahulukan istinja atas wudhu
dalam kitab ini juga dijelaskan
فيصح أن يقدم الوضوء على الاستنجاء و صورته : أن يستنجي بحائل لكيلا ينتقض وضوؤه
sah mendahulukan wudhu atas istinja yang bentuknya adalah seseorang beristinja dengan penghalang/حائل agar ketika mensucikan tempat keluar najis wudhunya tidak batal
pun demikian yang dijelaskan dalam kitab الفقه الشافعي الميسر juz 1 halaman 112 karya syaikh doktor Wahbah Az Zuhaili, dimana syaikh Wahbah menjelaskan
Yurifa Iqbal
Sekilas ketika kita membaca judul diatas barangkali terbersit dalam diri kita keheranan, karena dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita lebih mendahulukan istinja yang kemudian kita lanjutkan dengan berwudhu jika waktu sholat fardhu telah masuk, atau ketika kita ingin melakukan sholat sunnah. Bisa jadi timbul pertanyaan dalam diri kita, apakah mendahulukan wudhu atas istinja dibolehkan? Sahkah wudhu tersebut?
Untuk mengetahuinya, mari kita baca keterangan yang ada dalam kitab Imam An Nawawi رحمه الله yakni kitab المجموع شرح المهذب juz 2 halaman 119 cetakan ad daar al alamiyyah
ويستنجى قبل ان يتوضأ فان توضأ ثم استنجي صح الوضوء وان تيمم ثم استنجي لم يصح التيمم وقال الربيع فيه قول آخر انه يصح: قال أبو اسحاق هذا من كيسه: والاول هو المنصوص عليه في الام ووجهه ان التيمم لا يرفع الحدث وانما تستباح به الصلاة من نجاسة النجو فلا تستباح مع بقاء المانع ويخالف الوضوء فانه يرفع الحدث فجاز أن يرفع الحدث والمانع قائم
dan beristinja sebelum berwudhu, maka jika seseorang berwudhu kemudian beristinja maka wudhunya sah dan jika dia bertayamum kemudian beristinja maka tayammumnya tidak sah, dan berkata Imam Ar Rabi : dalam masalah istinja setelah tayammum ini ada pendapat lain yang mengatakan tayamumnya sah, abu ishaq berkata ini adalah pemahamannya. dan yang pertama tertulis dalam kitab al umm dimana tayammum tidak menghilangkan hadats dan sungguh bolehnya sholat dikerjakan karena bersihnya dari najis maka tidak boleh sholat sementara penghalang masih ada, berbeda dengan wudhu karena wudhu menghilangkan hadats maka boleh menghilangkan hadats sementara penghalang masih ada
Kemudian Imam An Nawawi menjelaskan ibaroh diatas
إذا توضأ أو تيمم قبل الاستنجاء ثم استنجى بالحجر أو بالماء لافا على يده خرقة أو نحوها بحيث لا يمس فرجه فقد نص الشافعي رحمه الله في البويطى أنه يصح وضوءه ولا يصح تيممه ونقل المزني في المنثور عن الشافعي في صحة التيمم والوضوء جميعا قولين
jika seseorang berwudhu atau bertayammum sebelum beristinja kemudian dia beristinja dengan batu atau dengan air dengan sobekan kain yang menutupi tangannya atau yang sejenisnya dimana tangannya tidak menyentuh kemaluannya, maka sungguh Imam Syafii -semoga Allah merahmatinya- telah menyatakan dalam kitab al buwaithi bahwa wudhunya sah dan tayammum tidak sah, dan Imam Al Muzani telah menukil dalam kitab al mantsur dari Imam Syafii akan sahnya tayammum dan wudhunya sekaligus, ada 2 qoul
ونقل ابن القاص أنه يصح الوضوء وفى التيمم قولان ونقل الربيع أنه لا يصح التيمم قال وفيه قول آخر انه يصح فحصل في المسالتين ثلاثة أقوال
احدها يصح الوضوء والتيمم
والثاني لا يصحان
والثالث يصح الوضوء ولا يصح التيمم
وهذا الثالث هو الصحيح عند الاصحاب وقطع به أكثر المتقدمين والمتأخرين وصححه الباقون
dan ibnul qoss telah menukil bahwasanya wudhunya sah sementara dalam tayammum ada 2 pendapat dan Imam Ar Rabi telah menukil bahwasanya tayammum tidak sah dan dia juga berkata bahwa dalam pendapat yang lain bahwa tayammumnya sah, maka dalam dua permasalahan ini ada 3 pendapat :
1. sah wudhu dan tayammum
2. baik wudhu maupun tayammum tidak sah
3. sah wudhu akan tetapi tayammum tidak sah
dan pendapat ketiga inilah yang benar dalam madzhab Imam Syafii dan kebanyakan fuqaha mutaqaddimin dan mutaakhirin telah menetapkannya dan sisanya telah membenarkannya
jadi pendapat terkuat dalam Madzhab Imam Syafii adalah jika berwudhu sebelum istinja maka wudhunya sah, adapun tayammum sebelum istinja, maka tidak sah
dalam kitab Madzhab Imam Syafii yang lain, semisal katakanlah kitab التقريرات السديدة في المسائل المفيدة karya Syaikh Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al Kaff juz 1 halaman 109 dijelaskan dalam sunnah-sunnah istinja
سنن الاستنجاء كثيرة منها
sunnah-sunnah istinja sangat banyak diantaranya adalah
تقديم الاستنجاء على الوضوء
mendahulukan istinja atas wudhu
dalam kitab ini juga dijelaskan
فيصح أن يقدم الوضوء على الاستنجاء و صورته : أن يستنجي بحائل لكيلا ينتقض وضوؤه
sah mendahulukan wudhu atas istinja yang bentuknya adalah seseorang beristinja dengan penghalang/حائل agar ketika mensucikan tempat keluar najis wudhunya tidak batal
pun demikian yang dijelaskan dalam kitab الفقه الشافعي الميسر juz 1 halaman 112 karya syaikh doktor Wahbah Az Zuhaili, dimana syaikh Wahbah menjelaskan
و الأفضل تقديم الاستنجاء على الوضوء، فإن أخره عنه صح، لأنه لا يشترط في الوضوء إزالة النجاسة، أما إن أخره عن التيمم فلا يصح، لأنه يستباح به الصلاة و لا استباحة مع النجاسة
dan yang afdhol adalah mendahulukan istinja atas wudhu dan jika seseorang mengakhirkan istinja dari wudhu maka wudhunya sah karena tidak disyaratkan dalam wudhu menghilangkan najis, adapun jika seseorang mengakhirkan istinja dari tayammum maka tayammumya tidak sah karena tayammum membuat sholat boleh dikerjakan dan sholat tidak boleh dikerjakan ketika ada najis
Demikianlah pembahasan mendahulukan wudhu atas istinja, semoga bermanfaat.
و الله أعلم
dan yang afdhol adalah mendahulukan istinja atas wudhu dan jika seseorang mengakhirkan istinja dari wudhu maka wudhunya sah karena tidak disyaratkan dalam wudhu menghilangkan najis, adapun jika seseorang mengakhirkan istinja dari tayammum maka tayammumya tidak sah karena tayammum membuat sholat boleh dikerjakan dan sholat tidak boleh dikerjakan ketika ada najis
Demikianlah pembahasan mendahulukan wudhu atas istinja, semoga bermanfaat.
و الله أعلم