Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ijab Qabul Pada Pernikahan


Yurifa Iqbal




Dalam acara akad nikah di tengah-tengah kaum muslimin, sering kita menjumpai bahwa calon suami ketika mengucapkan qabul senantiasa mengucapkannya dalam satu nafas. Bahkan seakan menjadi sebuah keharusan.

Bagaimanakah para fuqaha menjelaskan ucapan ijab dan qabul ini?

shigot ijab qabul adalah salah satu dari rukun nikah asasiyah.

Rukun nikah asasiyah adalah : Shigot Ijab Qabul, kesaksian 2 orang saksi, calon mempelai pria dan wanita, mahar, wali (Al Jaami' li Ahkamil Fiqhi 'alal Madzhahibil Arbaah, syaikh Abdul Hakim Hamadah halaman 353 - 354)

Adapun untuk shigot ijab qabul harus segera dan ada di satu majlis aqad. Masih dalam kitab Al Jaami' li Ahkamil Fiqh alal Madzhahibil Arbaah karya syaikh abdul hakim hamadah halaman 353-354 dijelaskan

و قالوا : لا بد من اتحاد مجلس العقد من نطق الطرفان في المجلس الواحد *على الفور*

para fuqaha berpendapat bahwa mestilah ijab qabul di satu majelis aqad yaitu dua pihak yang berucap (mempelai laki-laki dan wali mempelai perempuan) di dalam satu majelis *dan segera* alias tidak ada pemisah antara ijab dan qabul yang diucapkan itu

Kemudian masih terkait dengan hal ini, di dalam kitab Al Fiqhu 'alal Madzhahibil Arbaah halaman 749 cetakan Ad Daar Al 'Alamiyyah, syaikh Abdurrahman Al Juzairi menuliskan

اتفقوا جميعاً على ضرورة اتحاد مجلس العقد، فلو قال الولي: زوجتك ابنتي وانفض المجلس قبل أن يقول الزوج: قبلت، ثم قال في مجلس آخر أو في مكان آخر، لم يصح.

para fuqaha semuanya telah bersepakat akan urgennya kesatuan majelis aqad, jika berkata seorang wali : saya nikahkan engkau dengan putriku dan terpisah (berlalu) majelis aqad sebelum mempelai laki-laki berkata : saya terima, kemudian dia mengatakan di majelis yang lain atau di tempat yang lain, maka akad nikahnya tidak sah.

واختلفوا في الفور - يعني النطق بالقبول عقب الإيجاب بدون فاصل - فاتفق الحنابلة والحنفية على أن الفور ليس بشرط مادام المجلس قائماً عرفاً، أما إذا تشاغلا بما يقطع المجلس عرفاً فإنه لا يصح.

dan para fuqaha berselisih pendapat dalam kesegeraan, seketika itu juga, yakni ucapan qabul setelah ijab tanpa ada pemisah. fuqaha al hanabilah dan fuqaha al hanafiyyah bersepakat bahwa kesegeraan bukanlah syarat selama majelis aqad berlangsung secara urf (tradisi) setempat, adapun jika kedua pihak yang beraqad sibuk dengan perkara yang memutus majelis yang dikembalikan kepada tradisi, maka aqadnya tidak sah

واشترط الشافعية والمالكية الفور واغتفروا الفاصل اليسير الذي لا يقطع الفور عرفاً.

dan fuqaha asy syafiiyyah serta fuqaha al malikiyyah mempersyaratkan adanya kesegeraan, yakni ucapan qabul sesaat setelah ijab, dan mereka memberikan kelonggaran bolehnya pemisah yang sedikit/ringan yang tidak memotong kesegeraan/al faur secara urf tradisi.

Demikianlah keterangan yang detail dari para fuqaha kita terkait ijab qabul pada akad nikah.

و الله أعلم