Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Menjadikan Barang Yang Sedang Diperjualbelikan Sebagai Agunan/Jaminan


Yurifa Iqbal, S.Si.




Di dalam akad jual-beli kredit perumahan rumah (KPR), biasanya yang dijadikan jaminan adalah objek rumah yang diperjual belikan tersebut, dengan kata lain yang menjadi jaminan atau agunan adalah rumah yang diperjualbelikan.
Bagaimana hukum syara' terkait hal ini? adakah keterangan dari para fuqaha terkait hal ini?

Ada beberapa kitab karya fuqaha yang bisa kita baca terkait menjadikan agunan barang yang sedang diperjualbelikan, misalnya dalam kitab الفتاوى الكبرى الفقهية للإمام ابن حجر الهيتمي juz 2 halaman 287 dijelaskan

لا يصح البيع بشرط رهن المبيع سواء أشرط أن يرهنه اياه قبل قبضه أم بعده
tidak sah al bay' (jual beli) dengan syarat menjaminkan barang (menggadaikan barang) yang diperjualbelikan sama saja apakah dipersyaratkan bahwa hal menjaminkan/menggadaikan barang itu sebelum serah terima atau setelah serah terima.

hal yang sama juga dijelaskan dalam kitab المغني للإمام ابن قدامة المقدسي كتاب الرهن (kitab versi microsoft word juz 9 halaman 29), dalam kitab ini dijelaskan

وإذا تبايعا بشرط أن يكون المبيع رهنا على ثمنه‏,‏ لم يصح قاله ابن حامد وهو قول الشافعي لأن المبيع حين شرط رهنه لم يكن ملكا له وسواء شرط أنه يقبضه ثم يرهنه أو شرط رهنه قبل قبضه
dan jika ada dua orang yang berjual beli dengan syarat barang yang diperjualbelikan menjadi jaminan atas harganya maka hal tersebut tidak sah, telah berkata ibnu hamid dan itu adalah pendapat Imam Syafii karena sesungguhnya barang yang diperjualbelikan ketika dipersyaratkan menjadi jaminan, maka barang itu tidak sempurna kepemilikannya (untuk pembeli) sama saja dipersyaratkan pembeli menerima barang itu kemudian menjaminkannya/menggadaikannya atau dipersyaratkan untuk dijadikan jaminan sebelum pembeli menerimanya.

Di dalam kitab al haawy al kabir syarah kitab mukhtasor al muzani karya Imam Al Mawardi juz 6 halaman 188 juga dijelaskan sebagai berikut :

قال الشافعي رضي الله عنه: " ولو اشترطا أن يكون المبيع نفسه رهنا فالبيع مفسوخ من قبل أنه لم يملكه المبيع إلا بأن يكون محبوسا على المشتري ".
telah berkata Imam Syafii semoga Allah meridhoinya : jika dua orang mempersyaratkan barang yang sedang diperjualbelikan menjadi jaminan/agunan, maka jual beli tersebut batal karena barang tersebut tidak dapat dimiliki melainkan ditahan dari pembeli

قال الماوردي: وهذا كما قال. إذا شرطا في عقد البيع أن يكون ما ابتاعه رهنا على ثمنه، كان رهنا باطلا و بيعا باطلا
telah berkata Imam Al Mawardi : demikianlah sebagaimana yang dikatakan, apabila ada dua orang yang mensyaratkan dalam akad jual beli bahwa orang yang membeli barang harus menjadikan barang tersebut menjadi jaminan atas harganya (gadai), maka akad gadai tersebut batal, demikian pula akad jual beli juga batal

Imam Ibnu Hazm dalam kitab المحلى juz 8 halaman 100 pun menjelaskan
و لا يجوز بيع سلعة على أن تكون رهنا عن ثمنها فإن وقع فالبيع مفسوخ
tidak boleh jual beli barang yang mana barang tersebut menjadi jaminan/agunan atas harganya, jika telah terjadi hal yang demikian, maka jual belinya batal/tidak berlaku.

Maka dari penjelasan diatas, dapatlah kita ketahui bahwa tidak sah menjadikan jaminan (menggadaikan) barang yang sedang diperjualbelikan, yang berarti tidak sah menjadikan rumah yang diperjualbelikan sebagai jaminan/agunan.
Adapun untuk jaminan, maka bisa digunakan barang lain selain objek rumah itu yang berupa tanah lain atau rumah yang lain.

و الله تعالى أعلم بالصواب