Hukum Membatalkan Puasa Ketika Bertamu
Yurifa Iqbal
Momen Idul Fitri ini memang berbeda dengan Idul Fitri tahun-tahun sebelumnya, jika tahun-tahun sebelumnya kaum muslimin saling mengunjungi kerabat, saudara, dan sanak famili, maka pada tahun ini hal tersebut tidak bisa atau belum bisa dilakukan dengan alasan PSBB, Social Distancing, Larangan Mudik, dst, meskipun tetap ada kaum muslimin yang melakukannya, misalnya dengan tetap menjaga jarak.
Kemudian bagaimana hukumnya jika kita bertamu atau menghadiri undangan nikah atau open house dan kita dalam keadaan puasa?
Di dalam kitab Kanzur Roghibin Syarh Minhaj Ath Tholibin karya Imam Jalaluddin Al Mahally pada halaman 421 dijelaskan :
فإن شق على الداعي صوم نفل فالفطر أفضل من إتمام الصوم، و إن لم يشق عليه، فإتمامه أفضل
jika si pengundang (yg konteksnya dalam walimah urs) merasa berat hati dengan puasa sunnah tamu undangan, maka berbuka puasa afdhol (lebih utama) dari pada menyempurnakan atau meneruskan puasa, adapun jika pengundang tidak mempermasalahkan kalau tamu undangan puasa sunnah, maka menyempurnakan puasa sunnah afdhol (lebih utama).
أما صوم الفرض، فلا يجوز الخروج منه مضيعا كان أو موسعا كالنذر المطلق، و يستحب للمفطر الأكل و قيل يجب وأقله لقمة
adapun puasa wajib, maka tidak boleh membatalkannya baik waktunya mudhoyyaq (sempit) atau muwassa' (luas) seperti puasa nadzar muthlaq. dan disunnahkan bagi orang yang membatalkan puasa untuk makan bahkan jg dikatakan wajib dan kadar paling sedikit adalah satu suapan makanan.
Sementara dalam kitab Kifayatul Akhyar karya Imam Taqiyuddin Al Hishni pada halaman 204 - 205 dijelaskan sebagai berikut :
ومن شرع في صوم تطوع لم يلزمه إتمامه ويستحب له الاتمام فلو خرج منه فلا قضاء لكن يستحب وهل يكره أن يخرج منه؟ نظر إن خرج لعذر لم يكره وإلا كره ومن العذر أن يعز على من يضيفه امتناعه من الأكل
Dan barang siapa yang memulai puasa tathawu (sunnah), maka tidak harus disempurnakan, dan dianjurkan (disunnahkan) untuk disempurnakan puasa sunnahnya tersebut, maka jika dia membatalkan puasa sunnah tersebut, tidak ada qadha atasnya, akan tetapi dianjurkan untuk mengqadha puasa sunnah tersebut, dan apakah makruh kalau puasa sunnah dibatalkan? Maka dilihat, jika dia membatalkannya karena ada udzur maka hukumnya tidak makruh, jika tidak ada udzur, maka hukumnya makruh, dan diantara udzur adalah memuliakan orang yang menjamunya yang dengan puasa sunnah akan menahannya dari memakan jamuan dari tuan rumah tersebut.
Demikianlah sekilas terkait pembahasan hukum puasa ketika bertamu atau berkunjung. Semoga bermanfaat.
والله تعالى أعلم بالصواب