Hukum - Hukum Istinja Dalam Fiqh Madzhab Syafii
Yurifa Iqbal
Dalam kehidupan kita sehari-hari, tentu sebagai seorang Muslim kita senantiasa buang air, baik buang air kecil dan buang air besar, dimana setelah buang air kecil maupun buang air besar tersebut kita harus membersihkannya/mensucikannya, karena kencing dan kotoran manusia (tinja) adalah najis yang harus dibersihkan/disucikan.
Dalam Fiqh, aktivitas menghilangkan najis itu diistilahkan dengan istinja, di dalam kitab Al Fiqhu Al Manhajiyyu 'Ala Madzhabil Imam Asy Syafii juz 1 halaman 45 dijelaskan
الاستنجاء معناه : هو إزالة النجاسة أو تخفيفها عن مخرج البول أو الغائط
Al Istinja maknanya adalah menghilangkan najis atau meminimalkan najis dari tempat keluarnya saluran kencing dan tinja.
Menghilangkan najis ini bisa juga disebut dengan istithobah dan istijmar, sebagaimana keterangan dalam kitab المعتمد في الفقه الشافعي juz 1 halaman 53, Syaikh Doktor Muhammad Az Zuhaili menjelaskan
و الاستطابة و الاستنجاء و الاستجمار بمعنى واحد، و هو عبارة عن إزالة الخارج من السبلين عن مخرجه
dan istithobah, istinja, serta istijmar maknanya adalah satu yaitu ungkapan untuk menghilangkan sesuatu yang keluar dari dua jalan dari tempat keluarnya.
Adapun hukumnya jelas, yang di dalam kitab Al Fiqhu Al Manhajiyyu juz 1 halaman 45 dijelaskan
حكمه : و هو واجب، و قد دل على ذلك قول الرسول صلى الله عليه و سلم
hukumnya adalah wajib, dan sungguh hal tersebut telah ditunjukkan oleh perkataan Rasulullaah صلى الله عليه و سلم
Namun hukum-hukum istinja ini ada perincian lebih lanjut, di dalam kitab التقريرات السديدة في المسائل المفيدة karya Syaikh Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al Kaff pada halaman 105 dijelaskan secara rinci
أحكام الاستنجاء خمسة
hukum-hukum istinja ada 5
١. واجب، إذا كان الخارج نجسا ملوثا (رطبا)
٢. مندوب، إذا كان الخارج نجسا غير ملوث كبعرة يابسة أو دودة
٣. مباح، الاستنجاء من العرق
٤. مكروه، الاستنجاء من الريح
٥. محرم : مع الصحة : الاستنجاء بمغصوب
مع عدم الصحة : الاستنجاء بمحترم كثمرة
1. Wajib, jika yang keluar berupa najis kotor yang basah
2. Mandub, jika yang keluar berupa najis yang tidak kotor seperti kotoran yang kering atau cacing
3. Mubah, beristinja dari keringat
4. Makruh, beristinja dari angin (kentut)
5. Haram, namun sah istinjanya, yakni istinja dengan sesuatu yang dirampas
Haram dan tidak sah, yakni beristinja dengan sesuatu yang dimuliakan seperti buah (karena buah untuk dimakan, bukan untuk beristinja).
Sebahagian fuqaha menambah hukum yang keenam yaitu Khilaful Aula (menyelisihi yang utama), yakni jika beristinja menggunakan air zam-zam.
Demikianlah pembahasan ringkas terkait hukum-hukum istinja'. Semoga bermanfaat.
و الله تعالى أعلم بالصواب